🍁Tentang Dikta

1.2K 164 500
                                    

HALO! CIYE YANG LAGI MALMING😁
LAGI MALMING SAMA SIAPA NI????

DIAJAKIN REVAN MALMING, MAU NGGAK?

SEBAGIAN BESAR CHAPTER INI SPESIAL UNTUK DIKTA, ORANG BARU YANG HIDUPNYA KACAU KARENA.... (BACA SAMPAI TUNTAS DEH BIAR DAPET JAWABANNYA)

JANGAN LUPA VOTE YA, KOMEN SEBANYAK MUNGKIN. KRITIK DAN SARAN? BOLEH BANGET ASAL NGGAK NYURUH ARFAN BUNUH DIRI 🙏

(SAMBIL DENGERIN LAGU "JAGAKAN DIA" MAKIN MANTEP YANK)🥰

.


Gadis yang baru saja masuk itu langsung duduk di tepi ranjang Arfan, sedangkan Revan dan Arfan masih bingung "maaf, dengan siapa ya?" tanya Arfan. Gadis yang ditanya Arfan tidak menjawab, bahkan dengan santainya ia mengambil apel yang ada di genggaman Revan dan seketika membuat laki-laki itu melongo. "Mbak cantik, mbaknya siapa ya?"

"Sherina Aqila Zhafrena, perempuan paling pinter seantero SMA Cempaka, calon dokter muda yang cantik jelita mempesona," balas gadis yang ternyata adalah Sherin. Revan seketika terperanjat dan pada satu detik kemudian tawanya meledak, "innalilahi tobat juga,"

"Alhamdulillah, Van," tegur Arfan membenarkan kalimat adiknya. "Iya maksud gue itu, bang," balas Revan cengengesan. "Lo kesambet apa? Tumben pake hijab? Sumpah cantiknya ngalahin mantan gue yang ke 20,"

Sherin memutar bola matanya malas, "Inget ya! Gue nggak bakalan mau jadi yang ke 25 buat Lo!" peringat Sherin sebelum atensinya fokus pada Arfan, "Keadaan Lo gimana, Fan?"

"Besok udah bisa pulang," balasnya dengan menampilkan senyuman khas yang membuat Sherin mengangguk paham. "Btw, tadi kalian ngobrolin apa sih? Kayaknya serius banget,"

"Nah iya, mumpung ada sumber terpercaya sekaligus terakurat. Gue mau tau semua masalah yang terjadi antara lo, Arfan, sama Dikta," jawab Revan yang membuat senyum Sherin memudar.

🍁REVAN DAN ARFAN 🍁

Sudah hampir satu jam Audrey menunggu Arfan yang janji akan menemuinya hari ini, "Bohong lagi, kan? Kemarin bilang sendiri bakalan kesini hari ini? Ngapain bilang kalau akhirnya bohong?"

"Semua cowok emang suka bohong," imbuh Audrey yang mengundang atensi Ansel. "Nggak juga, ada kok cowok yang bisa dipercaya, contohnya Abang ini," Ansel berusaha mencairkan hati adiknya.

Ansel mendekati Audrey dan memeluk adiknya, "Audrey inget ini ya. Setiap orang yang berbohong punya alasan, baik itu alasannya baik atau buruk, tapi yang jelas akan selalu ada alasan atas semua kejadian,"

Audrey mengangguk paham, matanya mulai berkaca-kaca. "Sama seperti Arfan yang hilang kabar, pasti dia juga punya alasan tersendiri untuk itu. Abang yakin kok kalau sebentar lagi Arfan pulang,"

Tok! Tok!

Atensi kakak beradik itu teralihkan pada ketukan pintu. "Audrey aja, bang," sahut Audrey saat Ansel akan berjalan ke ruang tamu untuk membuka pintu.

"Iya sia-" belum sampai kalimatnya selesai, Audrey langsung membekap mulutnya sendiri, air matanya seketika mengalir deras saat mengetahui siapa yang datang.

"Princess ngelanggar janji lagi, ya?" Audrey langsung menyeka air matanya dan menggeleng. "Nggak, Audrey nggak nangis. Cuma kaget aja," jawabnya dengan celingukan. "Kak Arfan kemana aja? Audrey kuwatir," lirihnya dengan berusaha menahan air matanya.

Tamu yang ternyata Arfan itu tersenyum dan mengangkat sebuah plastik yang berisi ikan cupang, "Cari Fafan part 2 susah ya ternyata, butuh waktu hampir 3 minggu,"

"Audrey janji bakalan rawat Fafan part 2 dengan lebih baikkkk daripada Fafan part 1, jadi kak Arfan nggak perlu ngilang lagi untuk cari Fafan," racau Audrey yang membuat Arfan tertawa, gadisnya ini memang tetap sama, selalu menggemaskan. "Yauda pindahin ke akuarium, gih," Audrey mengangguk dan berjalan menuju akuarium berukuran sedang yang khusus untuk satu ikan teristimewa, Fafan.

"Kata Revan, Lo baru boleh pulang besok?" tanya Ansel saat Audrey sibuk dengan Fafan. "Yaa kan gue udah nggak papa," bohong Arfan, luka paska operasi itu tidak mudah sembuh, bahkan untuk berjalan saja rasanya harus menahan sakit. Tapi demi melihat senyum Audrey, rasa sakit tak lagi berarti bagi Arfan.

"10 menit aja Fan, Lo masih butuh istirahat," pesan Ansel pada Arfan yang dijawab dengan anggukan. Laki-laki itu pun mendekat ke akuarium. "Lucu ya?"

"Iya dong! Fafan itu selalu lucu, yang nggak lucu itu yang ngasih, soalnya demi cari Fafan part 2 dia sampe ngilang," sindir Audrey pada Arfan yang malah membuat laki-laki itu terkekeh. "Drey, Kullu Nafsin Dzaiqotul Maut. Apa artinya?" Audrey terdiam, pandangannya beralih pada Arfan yang kini ada disampingnya.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati,"

"Benar, jadi jangan mencintai atau bahkan membenci sesuatu secara berlebih-lebihan, karena pada nyatanya semua hanya titipan," Audrey semakin dibuat bingung dengan kalimat Arfan. "Kenapa tiba-tiba bahas ini, sih?"

Dari kejauhan Ansel melihat interaksi keduanya, hati kecilnya seakan tercabik dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Arfan. "Beberapa hari ini Abang ngomongnya ngelantur," sahut Revan.

Ansel mengalihkan pandangannya pada Revan yang kini juga menatap aneh kearah Arfan, "operasinya lancar, kan?" Revan mengangguk, "lancar, bahkan kata dokter Alzam, proses pemulihan abang tergolong cepat. Jarang ada pasien yang baru saja melakukan operasi jantung bisa langsung berjalan, biasanya perlu ada tahap rehabilitasi paska operasi minimal satu minggu,"

"Berarti seharusnya semua baik-baik aja, kan?" tanya Ansel lagi yang kini membuat Revan menghela napas. "Semoga aja gitu, Sel. Yang jelas gue ngerasa Abang beda sejak operasi. Omongannya suka ngelantur, setiap gue lihat dia, gue selalu merasa dia akan pergi," .

.


.

ARFAN KENAPA LAGI..?!

Gimana guys setelah tau kisah Dikta, masih kesel sama dia? Atau udah mulai empati?

Kasih kata-kata motivasi dong buat Revan, biar dia nggak ovt tentang Arfan terus 🤩

See you ayank!

"Selalu merindu pada seseorang padahal hampir setiap hari bisa bertemu dengan orang itu adalah rindu yang tak berujung,"
-26 Maret 2022

Aku Bukan Abang || Available Book VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang