🍁Denial Your Feel

1.1K 143 10
                                    

Halooo semuanya 🤍
Thanksss bangettt buat kalian semua yang udah setia nungguin Revan dan Arfan, semoga tetep stay sampai akhir cerita yapsss🥰

Oh ya gaes, biar ceritanya makin rame dan aku makin rajin update, tolong banget dung bantuin sebar cerita ini 😉

Hampir seluruh waktu luang Audrey habis di rumah sakit. Bahkan sebelum berangkat sekolah, ia terlebih dahulu mengunjungi rumah sakit dengan dalih menyapa Arfan. "Dek, ke rumah sakitnya nanti pulang sekolah aja ya? abang ada agenda pagi," hari ini adalah hari Senin. Seperti rutinitas biasanya, akan ada pemeriksaan atribut yang dilakukan oleh pengurus OSIS sehingga mewajibkan mereka untuk datang lebih awal daripada biasanya.

Ansel yang dulu hampir tidak pernah memiliki waktu untuk Audrey, kini selalu mengantar sekaligus menjemput adik sematawayangnya itu. Ia ingin selalu memastikan bahwa keadaan adiknya baik-baik saja, terlebih pada psikisnya yang terguncang tepat satu minggu sebelum ujian berlangsung.

"Kalau abang nggak bisa nganter, Audrey bisa sendiri kok," jawab Audrey yang sudah siap berangkat. "Abang anter, drey," sahut Ansel dengan menggandeng adiknya, rasanya laki-laki itu tak tega membiarkan Audrey ke rumah sakit sendiri, terlebih karena abi sedang berada di luar kota.

Sesampainya mereka di rumah sakit, Audrey langsung berjalan menuju ruang Arfan dengan wajah sumringah. "Drey, 10 menit aja ya," pesan Ansel yang dijawab anggukan oleh adiknya.

"Selamat pagi Kak Arfan," sapa Audrey yang terus mencoba tersenyum walaupun sorot mata sedihnya tak bisa berbohong. "Princess ngelanggar janji lagi, ya?"
"Audrey, janji jangan pernah nangis lagi, ya," Kalimat-kalimat yang diucapkan Arfan terus berputar dalam ingatan Audrey seakan menjadi pengingat bagi gadis itu untuk menahan air matanya.

"Princess nya Kak Arfan nggak ngelanggar janji lagi kok, Audrey nggak nangis," ucapnya dengan tersenyum. "Tapi Kak Arfan bangun ya? Kak Arfan nggak capek tidur? Audrey bentar lagi ujian loh, Kak Arfan udah janji mau ngajarin Audrey," monolog Audrey dengan memainkan jari Arfan dan terus berbicara seakan Arfan bisa mendengarkan semua ocehan princess kecilnya seperti yang dulu selalu ia lakukan.

Audrey, gadis itu harus tetap terlihat baik-baik saja dihadapan Arfan. "Audrey kangen Kak Arfan," ucap Audrey yang mendapat respon air mata dari Arfan. Audrey spontan menghapus jejak air mata lalu mengusap pipi Arfan yang memucat. "Nggak, nggak boleh nangis, Kak Arfan sendiri yang bilang kalau Audrey nggak boleh nangis, jadi Kak Arfan juga nggak boleh nangis,"

"Audrey, berangkat sekolah dulu ya, udah ditunggu sama abang," ucap bunda yang baru saja memasuki ruang rawat Arfan. "Kak Arfan bangun ya, nanti Audrey kesini lagi, Assalamualaikum," pamit Audrey yang diakhiri dengan kecupan singkat pada punggung tangan Arfan.

🍁REVAN DAN ARFAN 🍁

"Langsung masuk barisan, Sel," titah Kak Nafis selaku ketua OSIS yang sudah siap memberikan briefing sebelum penugasan. Selama briefing berlangsung, Ansel mengedarkan pandangannya mencari Revan, namun hasilnya nihil.

Penugasan pun dimulai, seluruh pengurus OSIS menjalankan tugasnya masing-masing. Ada yang bertugas melakukan evaluasi di gerbang, ada juga yang bertugas mengevaluasi atribut di depan meja evaluasi. Para siswa yang hendak mengikuti upacara harus terlebih dahulu melakukan absen pada meja evaluasi yang ada di setiap pintu lapangan upacara.

"Dasinya mana, Kak?" tanya Clara-pacar Bian pada salah satu kakak kelasnya. "Nggak bawa," jawabnya enteng. "Eh, Lo ngapain nulis nama gue disitu?!" bentak Leo dengan suara lantang saat Clara  menulis namanya di daftar pelanggar tata tertib. "Sesuai peraturan tata tertib yang berlaku, jika ada yang tidak mengenakan atribut lengkap, maka dikenakan sanksi, Kak,"

Aku Bukan Abang || Available Book VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang