HALOOO AYANK!
LONG TIME NO SEE (ya walaupun aslinya gak pernah see sih) But gwenchanaaa!
Semoga kalian tetap dalam keadaan sehat-sehat yaaa🥰Maaf banget ya baru bisa update, jadi singkatnya aku tuh di RL lagi ngejar beberapa target hidup 🥺
Btw btw,
Kangen gak sii sama Revan Arfan? 😂
Okelah, kangen gak kangen tetep aku lanjut alurnya xixixi..Langsung aja cusss baca yaaa, paling recommended bacanya ditemeni ayank 😍
Mata lentik Audrey yang sedari dulu selalu memancarkan keceriaan tidak akan Arfan biarkan mengeluarkan setetes bulir bening lagi, terlebih karena dirinya. "Audrey, janji jangan pernah nangis lagi, ya," lagi-lagi tanpa sadar Arfan mengucapkan kalimat yang membuat Audrey mematung. "Audrey nggak bakalan nangis, asalkan tiga prajurit Audrey selalu ada di samping Audrey," balas gadis itu dengan menyunggingkan senyum yang menambah kesan manis pada dirinya.
Arfan ikut tersenyum, namun senyuman itu perlahan menghilang saat ia mulai merasakan sakit. "Kak Arfan pamit dulu ya," Tanpa menunggu jawaban Audrey, laki-laki itu melangkah menjauh dari Audrey. Rasa sakit itu kian menjadi hingga membuat langkahnya sempoyongan.
"Kak Arfan?!" pekik Audrey saat melihat Arfan hampir saja ambruk jika ia tidak berpegang pada dinding. "Gue tuntun, ya?" tawar Revan yang dijawab dengan gelengan oleh Arfan, ia takut Audrey akan semakin curiga. "Kak Arfan kenapa?" tanya Audrey yang kini terlihat khawatir.
Arfan menggeleng,"nggak papa, kecapean aja, pulang dulu ya princess,"
Sudah hampir 3 jam Arfan tertidur akibat rasa sakit yang menghujam tubuhnya, "Bang?" Revan kini memasuki kamar Arfan dengan membawa nampan berisi makanan, obat, dan handuk basah. Revan melihat Arfan yang masih terpejam, rasanya tidak tega jika ia harus membangunkan abangnya, namun obat yang ia bawa juga harus diminum."Bang, bangun dulu yuk," sekali lagi Revan mencoba membangunkan Arfan hingga perlahan mata indah itu terbuka.
"Makan bang, gue suapin ya, bang?" Arfan heran, Adiknya yang biasanya manja kini malah berbalik memanjakan dirinya. "Nggak usah, gue sendiri aja," Revan mendengus kesal saat niat baiknya ditolak, Arfan tertawa dan mengangguk mengiyakan tawaran Revan hingga membuat adiknya itu tersenyum girang. "Gitu dong, sekali-kali nurut sama adek," ucap Revan dengan menyuapkan satu per satu makanan.
"Udah Van, obatnya siniin," pinta Arfan. Revan menyerahkan obat itu dan Arfan langsung menelan beberapa obat yang selamanya akan menemani hari-harinya.
Revan mulai mengelap tangan Arfan dengan handuk basah yang tadi ia bawa. Arfan menahan tawa, lagi-lagi adiknya ini menunjukkan sikap yang menurutnya sedikit berlebihan. "Lo sayang banget ya sama gue?" goda Arfan pada Revan yang kini dengan telaten merawat abangnya.
"B aja sih, Nggak sayang-sayang banget," jawabnya singkat yang membuat Arfan semakin ingin menggoda adiknya. "Kalau nggak, kenapa lo waktu itu nangis? Gimana ya reaksi cewek-cewek SMA Cempaka kalau tau si playboy cap kakap ini nangis? Bakalan ilfeel?"
Grap!
Revan memeluk Arfan dengan erat hingga air matanya tumpah. "Kenapa, Van?" Revan tidak menjawab, isakan tangisnya kian menjadi, "Gue takut, bang, lo tau nggak sih seberapa hancurnya hati gue pas tau kalau selama ini Lo sakit? Lo tau nggak gimana rasanya pas liat saudara kembar gue kritis? Sakit banget rasanya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Abang || Available Book Version
Teen FictionRevan dan Arfan, dua saudara kembar yang memiliki perbedaan sifat bak langit dan bumi. Arfan, dibalik senyum dan tatapan teduh yang selalu ia tampilkan, ternyata ada rahasia besar yang membuat hidup Revan berubah 180°. "Gue terlalu bergantung sama...