𝐁𝐚𝐛 𝟏 :: 𝐒𝐚𝐲𝐨 𝐝𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐛𝐚𝐫𝐮

776 113 8
                                    

Happy reading
(⌐■-■)

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Pagi hari yang indah, Sachiko baru saja selesai mandi. Kegiatan nya hari ini adalah menjual kayu dan arang ke desa terdekat, sebenarnya dia masih punya cukup uang namun Sachiko juga harus tetap mencari nafkah untuk jaga-jaga.

"Iwami-san- Ah, aku lupa." Sachiko menghela nafas panjang, sudah 2 hari yang lalu Iwami pergi namun Sachiko masih belum melupakan sosok guru, ayah, sekaligus panutan nya.

Sachiko menggulung rambut nya lalu mengambil topeng yang menutupi setengah wajahnya. Topeng ini pemberian Iwami, dia sendiri yang membuatnya.

"Yosh! Mari lupakan kesedihan dan mulai menjual kayu dan arang." Senyumnya kembali merekah semangat, lalu mengambil sekeranjang kayu bercampur arang dan membawa di punggung nya. Tak lupa Sachiko membawa katana dan belati nya.

Perjalanan menuju desa sebenarnya sangat jauh, itu sebabnya Sachiko berangkat saat pagi-pagi bahkan matahari belum terbit.

Menggosokkan telapak tangannya, udara pagi di hutan cukup membuat jarinya membeku.

Singkatnya, Sachiko sudah sampai di desa tujuan. Orang-orang mulai keluar dari dalam rumah dan melakukan aktifitas. Sachiko pergi ke pasar, tempat biasanya dia menjual kayu dan arang nya.

"Ohayou, tobi-san." Sapa Sachiko dengan suara khas nya.

"Ohayou! Sachiko-san! Menjual kayu dan arang lagi?" Tanya pria botak yang tengah memasukkan barang-barang kedalam kotak.

"Ha'i. Arang hari ini cukup banyak."

"Kebetulan! Aku sedang butuh banyak arang dan kayu untuk bahan bakar memasak. Akhir-akhir ini kedai ku sangat ramai! Hohoho kami-sama memang sangat baik!!!" Ucap nya dengan senyuman cerah.

Sachiko mulai melayani pembeli itu, orang ini sudah cukup lama mengenal Sachiko sejak Sachiko berjualan di desa ini. Setelah menjual barang nya pada tobi. Sachiko kembali berkeliling, masih ada beberapa kayu dan arang yang tersisa.

Saat hari mulai siang, tepat saat itu semua dagangannya habis. Sachiko cukup bangga dengan kemampuan berdagang nya, Perjalanan pulang Sachiko menyempatkan diri untuk pergi ke kuil. Jarak dari desa ini ke kuil tidak begitu jauh, mungkin 3-4 jam

Sesampainya di sana, hari belum malam masih ada matahari dan langit jingga yang indah. Sachiko berdiri di depan kuil tua yang sudah tak terawat itu, dan menyatukan telapak tangannya untuk berdoa.

"Sudah berapa tahun ya?....aku masih berharap kalian ada disini. Anak-anak dan Gyomei. Kami-sama, apa yang harus aku lakukan sekarang? Iwami-san sudah pergi, dan aku sendiri lagi. Apa anda tidak ingin membawa ku juga?"

"Hei, nak!"

Sachiko tersentak, menoleh ke arah belakang. Seorang pria agak jauh di belakang, dengan beberapa tumpuk kayu di tangannya.

"Apa yang kau lakukan disana?" Tanya nya. Sachiko masih belum menjawab.

"Lebih baik kau pulang, hari mulai malam dan banyak hewan buas saat malam. Kuil itu sudah tak terpakai, rumor nya sejak tragedi itu, orang yang datang kesana akan mendapatkan sial."

"Rumor bodoh." Batin Sachiko.

"Aku jadi teringat kejadian tragis itu. Ckck untungnya masih ada yang selamat." Kata sang pria mulai berjalan pergi, Sachiko mendengar perkataan barusan langsung mencegah pria itu.

"Sumimasen. Apa maksudnya ada yang selamat?" Tanya Sachiko, pria itu sedikit tersentak karena tiba-tiba Sachiko berdiri di depannya.

"Oh, kami-sama jantungku...Ya, saat itu ada yang selamat. Hanya satu orang."

HIPPEASTRUM [HIMEJIMA GYOMEI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang