3

1.4K 180 13
                                    

Satu kalimat sederhana dengan efek luar biasa. Karena Gulf seketika kembali segar bugar. Segala kantuk yang ia rasakan sirna begitu saja.
Ia? Dirinya? Ia mampu membuat seorang Mew Suppasit merasa nyaman? Apakah Gulf bisa berbesar hati sekarang?

Ah, hanya satu kalimat dan Gulf kembali jatuh lebih dalam. Resiko yang mengagumi, pasti saja lebih dulu jatuhnya.
Sebanyak apapun ia mengelak, dirinya tau ia telah menyukai lebih dalam. Selalu jadi lebih dalam di setiap tatapan mata mereka.

Bagaiman tidak? Cara Mew memperhatikannya, menjaganya, memanjakannya, bicara padanya. Semua yang lelaki itu lakukan hanya membuatnya jatuh lebih dalam. Menginginkan lebih banyak.
Katakan ia lemah. Tapi dirinya hanya seonggok daging yang berhati. Dan hatinya, memilih yang tak tergapai sebagai dambaan diri.

Maka Gulf berbalik ketika dirasa napas Mew telah teratur mengalun. Sang aktor telah tertidur lelap. Kesempatan ini dipakainya untuk mengagumi tiap mili wajah Mew. Mengagumi tiap sisi pahatan pencipta.

Dan saat jemarinya hendak menyentuh garis rahang Mew, ingatan tentang percakapannya dengan Mix, sang manager kembali terngiang.

"Posisimu bahaya, Gulf. Kau akan dimaki jika seperti ini. Nama Mew Suppasit dan Mai Davikah sudah begitu kuat di industri ini. Sedangkan kau? Kau seorang yang baru akan mulai. Kau tak punya nama sama sekali.

Menurutmu apa yang terjadi jika penggemar mereka berdua tau kau malah membangun kemisteri dengan Mew Suppasit diluar kebutuhan shooting?

Kau akan diburu seperti iblis paling berdosa dan dicaci bagai manusia paling hina. Sosial media itu kejam, Gulf. Karirmu bisa jatuh dengan sekali ketikan jahat mereka.

Menjadi teman aktor berpengalaman seperti Mew Suppasit memang bagus. Bahkan akan amat sangat menguntungkanmu, tapi menjalin hubungan yang lebih? Penggemarnya bisa memakanmu hidup-hidup, Gulf. Kau tak akan bertahan.

Kalaupun ingin menjalin hubungan, atau dekat dengannya dimata publik, kumohon lakukan saat semua yang berhubungan dengan lakorn ini selesai. Kau akan lebih aman saat itu.

Kumohon pertimbangkan, jika kau ingin karirmu berkembang lebih jauh dari sekarang."

Maka gerakannya terhenti seketika. Ia ingin sukses. Gulf ingin sukses sebagai seorang aktor. Ia ingin kembali ke kampung halamannya dan dengan bangga memberitahukan pekerjaannya pada sang ibu. Ia akan dengan bangga membelikan ibunya sebuah televisi, dan menunjukan wajahnya yang terpampang jelas dalam layar. Gulf ingin itu. Ia ingin berbakti padanya yang memberi Gulf seluruh dunia.

Maka telapaknya ia remas, dan dengan berat hati kembali memunggungi Mew. Yang lagi-lagi, memeluk pinggangnya erat dari arah belakang. Sepertinya akan sulit mulai sekarang. Karena Gulf harus menyukai dalam diam. Ia harus menyembunyikan tatapan penuh cinta, yang selalu terpancar untuk lelaki dibelakangnya.

Tanpa tau, senyuman lembut tercipta pada bibir tipis si lelaki pucat.

.
.
.

Tiga minggu setelah Mew menginap di tempat Gulf, dan semuanya masih biasa-biasa saja. Gulf tetap sama. Pria tinggi dengan pribadi begitu lucu. Sedangkan Mew, tetap menatap Gulf dalam dan sarat makna. Seperti biasa.

"Wajahmu semakin cantik." Celetuknya ketika melihat Gulf sedang di touch up sedikit.
"Juga tampan dan manis. Ahhh... wajah aktor terkenal masa depan memang harus seperti ini."

Gulf yang mendengar itu hanya mampu tersipu malu. Semenjak tiga minggu lalu, ia memang membuat garis tak kasat mata untuknya dan Mew.

"Hari terakhir shooting. Bagaimana perasaanmu?" Mew bertanya ketika Gulf telah selesai dibenahi.

The ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang