2

1.7K 207 19
                                    

Jika orang menyebut aktor ternama Thailand, nama Mew Suppasit akan muncul disana. Aktor serba bisa dengan talent luar biasa. Ia adalah satu diantara banyak aktor yang bisa kau panggil seniman. Ia tak hanya bernyanyi, ia menulis lagunya sendiri. Ia tak hanya tampan, otaknya juga tak kalah cerdas. Tangannya tak hanya pandai memetik gitar, jemarinya juga luwes memegang kuas.

Banyak sekali kebisaannya hingga banyak orang yang menginginkannya jadi menantu. Tak perduli anak yang mereka punya itu pria atau wanita. Mew Suppasit memang cocok sekali dijadikan menantu idaman. Tak merokok, tak bertato. Alasannya? Ia suka mendonor darah. Apalagi yang menghalangi orang-orang untuk mengaguminya? Tak ada.

Sedang untuk Gulf, Mew begitu baik hati dan tak pandang ketika menolong.

Sebenarnya ada satu cerita yang ia simpan selama proses audisi dulu. Cerita yang membawanya mendapat peran kunci dalam lakorn pertamanya ini. Lalu berlanjut pada workshop yang tim adakan.
Dan semuanya berpusat pada Mew Suppasit.
Aktor ternama yang Gulf kira tak akan sudi melirik pendatang baru sepertinya.

"Gulf, sudah lama?"

Sepertinya Gulf melamun terlalu lama. Dan suara sang pemeran utama memaksanya keluar dari lamunan kecilnya. Ia bahkan tak tau kapan Mew sampai disana. Berdiri di hadapannya.

"Waahh.. apa ini? Kau melamun di siang hari? Ckckck. Anak muda sekarang ada-ada saja."

Gulf kembali terdiam ketika Mew dengan tanpa aba-aba mengusak rambutnya gemas.
Hal inilah yang membuat Gulf lolos audisi di tempat pertama. Penampilannya yang terlihat sinis dan acuh di luar, namun begitu lembut dan menggemaskan di dalam. Dan Mew berhasil menunjukan sisi menggemaskan Gulf di tempat audisi.
Karakter adik dari pemeran utama wanita adalah orang yang sulit menunjukan kasih sayang dan afeksi. Namun begitu penyayang dan penuh kasih didalam.
Persis Gulf kala itu. Yang langsung memerah wajahnya begitu Mew menempatkan telapaknya di leher Gulf. Dengan telinga Gulf berada disela ibu jari dan telunjuk Mew.

"Phi ingat namaku?" Gulf bertanya ragu.

Mew punya terlalu banyak urusan dan kenalan untuk bisa mengenali aktor baru seperti Gulf. Tapi sekali lagi Gulf tersadar, mungkin inilah yang membuat Mew bertahan di puncak meski telah sepuluh tahun berlalu.

"Justru aneh jika aku tak ingat namamu, Gulf. Workshop akan terasa membosankan jika kau tak ada." Mew lalu tersenyum. Tipe senyuman yang akan meluluhkanmu dalam sekali lihat.

Gulf lalu menunduk malu. Masih mengingat kejadian memalukan yang terjadi padanya. Gulf dan Mew sempat berlatih beladiri untuk pendalaman karakter mereka. Dan Gulf yang tak pernah naik ring terjatuh saat akan memasuki arena. Belum lagi dirinya yang terdiam kaku dengan wajah memucat saat pelatih sengaja mencobanya dengan satu pukulan langsung pada wajah. Yang tentu berhenti beberapa senti di depan hidungnya.
Belum lagi kegembiraan luar biasa yang ia rasakan begitu mereka mereka adegan di kolam renang. Gulf hanya rindu danau di desa, jadi ia tak ingin keluar dan terus bermain dalam dinginnya air.
Lalu bagaimana dengan polosnya menutup mata dengan wajah ketika Mew dan Davikah akan berciuman, padahal seharusnya Gulf mencegah dengan mendorong Davikah menjauh. Banyak lagi sebenarnya, cuma Gulf terlalu malu untuk mengingat segalanya.

"Kau belum menjawab. Sudah lama disini, Gulf?" Mew kembali bertanya. Tentu masih dengan wajah ramahnya.

Gulf sendiri sudah menggeleng, pertanda ia mengingkari. Berbohong pada Mew.
Namun suara sang sutradara justru membuatnya jadi mati langkah.

"Bohong. Ia disini empat jam lalu. Sedari tadi membantu kesana kemari, bukannya menghapal script seperti aktor-aktor kebanyakan." Sang Sutradara menyela.

Mew yang melihat itu tertawa lebar. Ia sudah kenal lama dengan sutradara ini. Jadi Mew tau betul bahwa ia hanya bercanda.
Sedangkan Gulf? Wajahnya sudah memerah karena malu, juga takut. Anak malang itu sepertinya merasa dimarahi sang sutradara.

The ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang