18

1K 141 14
                                    

Disclaimer!!!!

Cerita fiksi. Tidak berkaitan dengan kehidupan nyata.Beberapa istilah dipakai semata untuk keperluan alur cerita.
Tidak bermaksud menyinggung satu kelompok tertentu. Terimakasih.

"Sudah bangun, cantikku?"

Gulf baru mengerjap mata, menyesuaikan dengan terangnya kamar yang dirinya tempati.
Cantik? Siapa cantik?
"Maaf, hanya ini yang mampu kubuat untukmu. Mau segera dimakan atau bersihkan dirimu dahulu?"
Ah, cantik itu dirinya? Lalu, ada apa dengan Mew pagi ini? Kenapa - ekhem- romantis sekali?
"Ada yang sakit? Masih lelah? Perlu kubantu ke kamar mandi? Butuh sesuatu?"

"Phi, kau kenapa?"
Yang ditanya hanya tersenyum makin lebar. Maaf saja, dia jadi terlihat sedikit bodoh.
"Hanya ingin memastikan. Kau tau, semalam luar biasa untukku. Terhebat dalam hidupku. Sangat luar biasa. Terimakasih, Gulf. Terimakasih, cintaku."

Gulf tidak salah kan jika ingin menggoda sebentar? Salah sendiri, Mew terlalu lucu. Seperti baru saja melakukan seks pertama. Seperti baru kehilangan perjakanya.
"Buatku biasa saja. Beberapa tahun ini banyak pengalaman yang kudapat. Dan semalam... belum mendekati yang terhebat. Buatku." Gulf memberi raut paling datarnya. Lagipula, respon Mew terlalu menggemaskan. Wajah berseri itu langsung saja jadi sendu. Sepertinya Gulf bahkan mampu melihat awan hitam diatas kepalanya.

"O-. Ooh. Haha. Ekhm, maaf jika begitu. Aku akan berusaha lebih keras lain kali. Aku... akan belajar lebih banyak." Wajahnya sengaja ia paksakan tetap ceria. Menggemaskan.

"Coba lihat video kami. Sepertinya video ke dua puluh lima? Aku benar menikmati saat itu. Pelajari darisana saja." Gulf hanya ingin menggoda lebih jauh. Karena wajah Mew benar-benar mendukung.

"Dimakan, Gulf. Aku harus berangkat ke studio. Hanya perlu mengambil ponsel saja. Aku pamit." Wajahnya benar-benar lucu. Sepertinya ia marah, tapi sengaja ditahan.

"Meeww, bisakah disini saja hari ini? Temani kekasihmu ini. Ya?" Gulf meminta dengan suara dibuat manja dan lembut.
"Tidak. Aku akan ke studio dan mempelajari video ke duapuluh limamu itu." Mew merajuk, dan ia berani menunjukannya sekarang.
"Kau terlalu aneh pagi ini. Membuatku merasa aneh setengah mati."
"Aneh? Aku hanya ingin membuatmu merasa nyaman. Membuatmu tau perasaanku."

Gulf tentu tertawa. Namun wajah cemberut Mew memaksa Gulf menelan tawanya.
"Dengar, phi. Aku tau maksudmu yang sebenarnya. Dan kau harusnya tenang-tenang saja. Dengan mereka, saat itu, pekerjaanku. Denganmu, kali ini, perasaanku.
Kau tak perlu merubah dirimu menjadi orang paling romantis hanya untuk mengingatkanku bahwa aku kekasihmu. Tak perlu bersaing dengan mereka, dengannya, karena dalam hatiku, masih namamu yang terukir."

Mew yang sudah menunduk dalam sontak mengangkat wajah. Matanya mengunci netra Gulf.
"Maksudmu, kau juga mencintaiku? Aku di hatimu?" Kini wajahnya berbinar kembali.

Gulf tak langsung menjawab. Ia hanya mengangguk.
"Ya. Dalam hatiku ada dirimu, phi."

"Ah, kau benar-benar bisa menerbangkanku setelah menguburku jauh dalam tanah."
"Jadi, bisa temani aku disini, hari ini?"
"Tentu."
"... Daann... memandikanku?"

Mata yang tadinya berbinar bahagia, berubah menjadi sorot nakal. "Kau yakin? Sarapanmu akan dingin jika aku yang mandikan. Dan kau pasti akan melewatkan sarapanmu."
Sekarang, ada kilatan nafsu dalam matanya.
"Kurasa sekarang bahkan tak bisa disebut sarapan. Sudah pukul sepuluh kan?" Gulf membalas dengan raut tak kalah menggoda. Sedang matanya melirik pada jam dinding di atas televisi.

"Permintaanmu, perintahku, cintaku. Lelakiku."

Setelahnya Gulf sedikit terkejut begitu Mew membawanya didepan dada. Pria ini, usianya bahkan tak muda lagi. Dan ketika keduanya telah berada di bawah shower bersama, satu kalimat dari bibir Gulf membuat Mew mampu melupakan segala jadwalnya hari itu.

The ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang