5

1.3K 182 44
                                    

Gulf menunggu. Ia menunggu respon Mew akan malam panas yang merenggut saat pertamanya kala itu.
Namun seperti kata Mild Sutinut, kenangan malam itu hilang begitu saja bersamaan dengan efek alkohol pada tubuh Mew.
Gulf makin percaya ketika bahkan setelah sebulan, Mew tak menyinggung tentang hari itu sedikitpun. Meski keduanya selalu bicara lewat pangggilan telepon, panggilan video, atau hanya lewat pesan singkat. Entah mengapa, Mew selalu menghubunginya ketika ia selesai dengan jadwalnya mempromosikan lakorn mereka.

Seperti sekarang ini. Di hampir tengah malam.

"Kau tidur? Aku mengganggu?"  Padahal Mew dapat dengan jelas melihat wajah bantal Gulf.

"Ya." Gulf menjawab seadanya. Ia memang sedang tertidur tadi. Dan ya, Mew mengganggu waktu tidurnya.

Mew yang melihat respon Gulf hanya tertawa kecil. Lelaki ini memang luar biasa menggemaskan.

"Sampai kapan disana?"

Gulf hanya mengerutkam dahi mendengar tanya Mew. Tentu saja sampai pagi menjelang. Ia tak punya jadwal apapun selain wawancara lusa bersama para pemain lainnya.

"Aku serius, Gulf. Aku sudah lama menunggu disini."

Mendengar itu Gulf berusaha membuka mata. Dan ketika ia memperhatikan latar tempat Mew menelpon, tanpa pikir panjang ia segera meletakan ponsel, berlari menuju pintu depan dan dengan cepat memutar kunci.
Namun saat akan membuka pintu, Gulf termenung sebentar. Kenapa cepat sekali kakinya melangkah? Untuk apa secepat itu tubuhnya merespon? Harusnya ia tak bergerak secepat ini. Memangnya apa yang ia dapat ketika menyambut Mew dengan kecepatan kilat?

Saat Gulf masih berperang dengan kepalanya, pintu dihadapannya tiba-tiba saja membuka dan terpaksa membuatnya mundur selangkah dari pintu.
Terkejut? Tentu saja.

"Kenapa tak juga dibuka? Aku sudah mendengarmu sedari tadi dibalik pintu." Tubuh Mew belum masuk sepenuhnya. Ruang yang ada masih cukup sempit.

Gulf hanya mampu terdiam. Apartemen murah ini sudah pasti akan mampu memberitahu Mew seheboh apa dirinya tadi.

"Untuk apa phi kemari?"
"Astaga, aku tak boleh kemari?"

Dan tanpa meminta izin, Mew mendorong pintu dan membawa dirinya masuk. Bahkan sebelum dipersilahkan.

"Selamat."

Gulf berdiri bingung. Selamat? Untuk apa?

Dan sebelum ia sempat bertanya, suara berisik ponselnya kembali terdengar.
Mew lalu memberi isyarat agar Gulf mengangkat ponselnya.
Gulf mengikuti. Dengan ragu ia berjalan menuju kamar, mengambil ponsel yang tergeletak asal di tempat tidur. Layarnya menampilkan nama Mix, managernya.

"Ha-"/"Gulf!! Kau tak akan percaya ini. Gulf Gulf Gulf!!! Astaga, aku sangat senang. Astaga! Guullfff!!!"

Suara Mix jelas begitu antusias. Tapi Gulf masih bingung karena apa.

"Mix, apa-"/"Kau!! Kau punya jadwal esok hari, Gulf. Kita tak lagi pengangguran."

Mix begitu bersemangat. Dan Gulf juga. Tapi, pekerjaan apa?

"Besok, ada brand pakaian yang ingin memakai kau dan Mew sebagai model. Ini bukan sekedar brand lokal, Gulf. Ini brand ternama dari Paris. Paris, Gulf. Paris!"

Mata Gulf tentu membola. Ia tak mimpi kan?

"Lalu lalu, besok, setelah wawancara dengan pemain lain untuk promosi, ada sebuah brand kosmetik yang harus kau promosikan, live Gulf. Live."

Tunggu, keajaiban apa ini? Kebaikan apa yang ia lakukan dimasa lalu hingga balasannya semanis ini dikehidupannya sekarang?

"Bukan hanya itu, Gulf. Akan ada banyak sekali jadwalmu di minggu depan. Banyak sekali produk yang meminta kau dan phi Mew sebagai pengiklannya.
Bukan karena phi Mew yang meminta, tapi karena respon publik yang menyukai kemisteri kalian. Kau benar-benar disukai banyak orang sekarang, Gulf."

The ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang