3. Bahasa Lain

5.6K 416 39
                                    

Aku belum pernah merasa sekacau ini, tubuh dan pikiranku sama sekali tidak bisa kukontrol, seperti sebuah mozaik tak beraturan, banyak pikiran aneh menyalip menerobos otakku yang terasa hampir pecah.

Hanya dengan menghirup aroma enak dari tubuh gadis ini otakku terasa lebih tenang, suara-suara dengingan, ataupun kilatan gambar bak memori acak itu mulai perlahan menghilang.

Aromanya mirip rempah yang anehnya sangat kusukai, entah aku sudah pernah menghirup aroma seperti ini, atau mungkin sudah kecanduan tanpa kusadari.

Namun yang kutahu gadis ini bukan jenis sepertiku, ia memakai bahasa yang tak kumengerti, di satu sisi ia akan mengernyit dengan apa yang kulakukan pada tubuhnya, kemudian di sisi lain ia akan membuka mulutnya yang lezat, mengeluarkan suara indah yang sangat kusukai.

Aku menggotongnya, menempelkan punggungnya ke dinding, memakan bulir keringat yang keluar dari tubuhya.

Sungguh, aku tidak berbohong karena ini terasa manis di lidahku. Meski aku benci karena tidak bisa mengerti apa yang dia ucapkan, aku ingin tahu apakah gadis ini menyukai apa yang sedang kami lakukan.

Aku butuh kepastian, maka kumasukkan jariku ke dalam bahan celananya yang lembab, lembutnya terasa sampai ke semua otot penisku yang membengkak.

Gadis ini sudah basah. Bukan, lebih tepatnya banjir, sangat becek sampai membuatku limbung.

Aku juga tak tahu mengapa jantungku berdebar sangat cepat, lebih kepada tidak normal karena nafasku juga memburu bak kerasukan.

Gadis ini menjerit, di telingaku terdengar jeritan senang darinya, jerit seekor betina yang minta dikawini, ingin ditusuki menggunakan penis.

Otak warasku walau sedikit agak memberikan warning yang membuatku berhenti selama beberapa saat, mataku mengerjap, menatap mata hitamnya yang pekat, maniknya begitu jernih, bulu mata lentiknya mengerjap saat ia terengah, berbalik menatapiku dengan memohon.

"Siapa namamu?" Aku bertanya, ingin mengetahui nama dari gadis yang bisa membuatku merasa sekacau ini.

Dadanya naik turun dengan cepat, ia membeo di tempat, tentu saja ia tak mengerti dengan bahasa yang kugunakan, kami sama sekali tidak bisa berkomunikasi.

"........"

Aku memejamkan mataku sejenak, saat kubuka, aku memperhatikan bekas gigitanku di sana, merah keunguan, dengan dua lubang bekas gigitan yang masih mengeluarkan sedikit bercak darah.

Bodohnya aku mendekatkan wajahku pada bekas gigitan di lehernya, menjilati setitik darahnya yang keluar dari sana.

Dan begitu saja, penisku bergetar hebat, aku sampai kewalahan saat kulihat ia bermutasi menjadi dua.

Gadis di atas gendonganku memekik nyaring, ia hampir pingsan kalau tidak segera kuciumi mulutnya yang lezat.

Sialan!

Monster macam apa aku ini, aku tidak tahu apapun. Aku bahkan tidak tahu siapa namaku, kenapa aku ada di sini, dan mengapa vagina gadis ini sudah sangat basah dan siap untuk kumasuki.

Terlebih, aku tak tahu kalau aku bisa memiliki dua penis! Rasanya siksaan ini menjadi dua kali lebih mendesak, aku merasa tercekik jika tidak segera memasukkan penisku ke dalam rahim gadis ini.

Aku bisa mencium bau harum dari balik celana dalamnya, dari balik lendirnya yang ada di jemariku.

Aku menghisap lidahnya yang wangi, merasakan hangat mengalir ke seluruh otot di kedua penisku yang sekeras besi.

"........"

Gadis itu mencoba berbicara padaku, aku ingin mendengarkan suaranya yang manis. Hanya saja dua penisku bergetar, kedutannya membuatku hampir ingin menghancurkan sesuatu jika tidak segera dimasukkan ke dalam lubangnya yang hangat.

Lubang ini, yang terus menerus mengeluarkan cairan harum saat kuentoti menggunakan tiga jemariku.

Haruskah kumasukkan ibu jariku juga? Apakah akan sobek?

Tidak, tidak mungkin lubang selicin ini akan sobek hanya dengan 4 jari, karena lubang ini akan menelan dua penisku sekaligus.

Aku akan menggenjotnya, menusukinya sampai kami sama-sama terbang ke angkasa.

"Ssstt.... Jangan menangis, ini akan terasa enak dan menyenangkan." Aku menggigiti daun telinganya saat pelan-pelan kumasukkan ibu jariku ke dalam lubangnya yang berlendir dan bergetar.

Gadis bertubuh rempah ini gemetar hebat, ia meracau, seperti mengumpat namun dengan ekspresi bahagia.

Aku bersumpah bisa melihat senyum dibalik wajah mempesona ini, aku juga bersumpah akan mengingat wajahnya, walau aku tak tahu siapa namanya.

Bagaimana mungkin aku mengingat nama gadis ini jika aku saja tidak mengingat namaku.

Yang ada di pikiranku sekarang hanya bagaimana caranya untuk segera memasukkan dua penisku dalam lubangnya yang bergetar nikmat.

Vaginanya mengetat, memijit keempat jemariku dengan kuat, membuatku menggeram dan lebih menekan punggungnya ke dinding.

Keluar, masuk... Keluar masukk....

Aku mengentoti lubangnya dengan empat jariku yang juga gemetaran, menikmati bagaimana bunyi becek vaginanya menggema di dalam kamar yang sunyi.

Kemudian gadis cantik ini berteriak tepat saat kugigit pentil susunya dibalik kaus yang ia gunakan, tubuhnya tak lagi hanya bergetar, ia mengejang, dan tanganku benar-benar basah karena vaginanya mengeluarkan banyak cairan cinta.

To be Continued....

***

Haii, Long time no see....

Gimana kabarnya?
Aku harap sehat-sehat ya walau keadaan negara lagi gak sehat, haha...

Gaya banget diriku ngomongin negara, btw busway.... Jangan lupa masukkan Snake to You ke dalam Reading List teman-teman ya untuk mendukungku melanjutkan cerita ini hehe... Vote dan komen juga pastinya dongg...

Salam dari aku yang lagi sibuk selesaiin Ebook Tetangga Dudaku :"(
Maaf yaaa ngaret banget dari jadwal awal... Abisnya aku sibuk kerja, kerja dan cari jodoh biar bisaa... Hmm...

Wkwk okelahh... See you next time sayangg :*

Snake to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang