Sejujurnya, Jane masih terus menyesali keterlambatan langkahnya dalam membalas semua tindakan yang dilakukan Harald dan seluruh orang-orang terdekat pria itu di masa lalu. Semasa remaja, Jane memang sudah mempersiapkan dirinya untuk mengambil alih Parviez Companies yang selama ini dipegang oleh Hararld sejak kakeknya meninggal. Di usianya yang hampir sembilan belas tahun, Jane berhasil masuk ke perusahaan dan hanya berselang dua tahun setelahnya, ia sudah mengambil peran penting di Parviez Companies.
Jane tidak pernah mengusik semua parasit itu, walau tak pernah benar-benar melepaskan kedua mata dan telinganya mengawasi mereka semua—itulah alasan yang membuatnya menempelkan alat penyadap di rumah keluarga Harald. Tetapi walau begitu, Jane tak pernah melakukan hal apa pun selain memperhatikan. Karena saat itu, Jane berpikir akan lebih baik sedikit lama membiarkan Harald dan parasit lainnya menikmati hidup nyaman dari uang kakeknya, lalu setelahnya ia akan menghancurkan keluarga itu dengan memberikan rasa sakit yang pasti tidak akan terlupakan. Sayangnya, di pertengahan jalan Jane justru mengenal Nate dan dengan bodohnya terjebak permainan yang dibuat oleh Ava—sang kakak tiri. Jane lengah, lalu tanpa sadar melupakan seluruh rencana pembalasannya.
Dan sekarang, setelah Jane tidak pernah mengusik kumpulan parasit itu, yang didapatkannya justru sebuah rencana menjijikkan untuk menghancurkannya. Tentu saja Jane semakin marah. Karena itu, Jane akhirnya memilih untuk menyerang tanpa perlu bersembunyi dalam kepura-puraan lagi.
"Kau menargetkan mereka satu per satu secara urut."
Jane mengulas senyum miring masih menatap nama-nama yang ada di papan tulis bening di ruang kerja Jo. "Apa menurutmu, aku harus menyerang Ava lebih dulu?" gumamnya bersidekap dengan raut wajah berpikir.
"Bukankah santapan terenak lebih menyenangkan jika dinikmati paling terakhir?" balas Jo sambil berjalan menghampiri Jane.
"Tadinya aku juga berpikir begitu. Selain Jim, Ava adalah target terakhirku. Tapi apa yang direncanakannya padaku kemarin sepertinya sedikit membuatku berubah pikiran." Jane menatap datar nama Ava di papan tulis. "Dia membuatku muak sekali."
"Justru itu, kau harus membiarkannya bernapas lega dulu setelah kejadian kemarin. Setelah dia merasa semuanya telah membaik, baru kau bisa meledakkan bom tepat di depan wajahnya. Seperti katamu, cara itu pasti terasa lebih menyenangkan."
Jane menyeringai kecil. "Tapi tetap saja target terakhirku adalah Jim. Dia harus hidup sampai akhir agar bisa melihat bagaimana kehancuran kedua anaknya, menantu dan para cucunya."
Jo melirik singkat pada Jane yang terlihat begitu penuh dendam saat menatap satu nama itu. Tentu saja Jo tidak akan menyalahkan kebencian itu. Jo dan keluarganya adalah saksi bagaimana kehancuran yang Jane rasakan karena pria itu.
"Oh, ya. Aku juga akan menyelesaikan segalanya dengan Nate."
Kepala Jo mengangguk singkat. "Aku sudah mengamankan seluruh aset yang kau miliki. Hanya tinggal rumah peninggalan kakekmu dan Parviez Companies yang ada di tangannya," ujarnya. "Kau harus tahu kalau aku akan mendukung apa pun keputusanmu."
Jane menoleh dan mengulas senyum pada Jo. "Kau memang yang terbaik," pujinya.
Jo hanya mendengkus samar dengan senyum terkulum, lalu membuang napas pelan. "Kau sudah memikirkan kemungkinan terburuk dari rencana yang akan kita lakukan, kan?"
"Tentu saja," sahut Jane sambil menganggukkan kepalanya. "Tapi seperti yang kubilang sebelumnya. Lebih baik perusahaan kakekku hancur daripada harus terus menghidupi manusia-manusia itu. Aku yakin kakekku juga setuju dengan pemikiran itu," lanjutnya dengan raut datar.
Kalimat dengan nada tanpa ragu itu membuat Jo menatap lekat ke arah Jane.
"Jadi, kau hanya perlu membantuku dengan mengumpulkan semua informasi tentang parasit-parasit itu. Karena setelah aku menyelesaikan segalanya dengan Nate, aku akan mulai menyerang mereka satu per satu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back [Completed] ✔️
General FictionSong Series #3 I wish I could turn back the time And let you know I never meant to hurt you [Sorry - Pamungkas] Pada akhirnya, Janice Harald yang kaku dan dingin berhasil membuka hatinya untuk Nathanael Axton karena kegigihan pria itu meluluhkannya...