19 - Memberi Peringatan

3.3K 597 216
                                    

Tidak sulit untuk menebak kalau Nate benar-benar sudah mengubah rencana pria itu untuknya. Jane yakin kalau perubahan sikap Nate yang lebih otoriter dengan terus membahas kesepakatan mereka adalah bentuk rencana baru pria itu agar tetap bisa mengikatnya sampai seluruh hartanya habis diberikan pada keluarga Harald. Sayangnya, Nate mungkin lupa bahwa Jane tak akan sebodoh ibunya yang harus mati karena cinta.

Jane membuang napas pelan saat mengingat baru delapan hari kesepakatannya dengan Nate berlangsung. Ia jelas beruntung karena kandungannya kali ini jauh lebih kuat—mengingat Nate memang benar-benar berniat membuatnya hamil. Dalam hati, Jane mengejek kebodohan Nate kali ini. Nate bersikap seolah sudah mengendalikan keadaan, padahal Jane-lah yang menggiring pria itu masuk dalam rencananya.

"Mari kita kembali memainkan peran, Nate," gumam Jane dengan seringai di bibir saat menatap pantulan wajahnya di cermin.

Setelahnya, Jane keluar dari kamar mandi dan menemukan Nate ternyata sedang berdiri menunggunya di sisi ranjang. "Apa kita akan berangkat sekarang?"

"Aku sudah menyiapkan gaun khusus untukmu, tapi kenapa kau justru memakai gaun terbuka seperti ini?"

Jane menundukkan kepala untuk melihat penampilannya kali ini. Kemudian Jane kembali menatap Nate dengan kernyitan di keningnya. "Kenapa kau harus protes? Bukankah selama ini kau selalu mengatakan aku sangat cantik saat memakai apa pun?"

Rahang Nate mengetat kuat. "Kau tidak pernah mengenakan gaun seterbuka ini," desisnya. Bagaimana mungkin Nate tak geram saat melihat gaun Jane yang terbuka di bagian setengah punggung wanita itu? Pun dengan bahu Jane yang terpampang mulus. Sialan! "Ganti gaunmu sekarang," perintahnya tegas.

Sayangnya, Jane justru bersidekap santai membalas tatapan taham Nate. "Seingatku, tubuhku masih milikku sendiri. Jadi, kenapa aku harus menuruti perkataanmu ini?" sambarnya dengan senyuman di bibir. "Lagipula, kalau kau memang tidak ingin berangkat sekarang, aku juga tidak masalah—apa-apaan kau?!" geramnya saat tubuhnya yang sudah berbalik justru ditarik paksa berhadapan dengan pria itu.

"Apa aku harus menandai seluruh tubuhmu agar kau ingat siapa pemiliknya?" desis Nate tepat di depan wajah Jane.

"Lakukan saja jika urat malumu memang sudah putus," tantang Jane dengan tenang. "Jangan menantangku, Nate. Kau pasti akan menyesal jika aku menerima tantanganmu," bisiknya tenang sambil mencengkeram pelan rahang Nate dengan jemarinya. Jane tersenyum saat menemukan raut kaku di wajah Nate. "Ayo berangkat. Kau pasti sudah tidak sabar untuk bertemu dengan kekasihmu, kan?" ajaknya setelah menjauhkan diri.

Sedangkan di tempatnya berdiri, Nate masih bergeming sambil menatap kepergian Jane dari kamar mereka. Kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya mengepal kuat. Sekarang Jane benar-benar terlalu sulit untuk dikendalikan.

=•=

Malam ini adalah pesta perayaan ulang tahun perusahaan rekan kerja Parviez Companies. Jadi tentu saja keluarga Harald yang tidak tahu malu itu juga datang dengan wajah sumringah—padahal jelas ada beberapa orang yang menatap mereka dengan sorot aneh. Mungkin masih teringat dengan video menjijikkan yang tayang di acara perusahaan beberapa minggu lalu. Hebatnya, keluarga itu seolah tidak sadar sama sekali bahwa sekalipun usaha keras sudah dilakukan untuk membungkam orang-orang yang melihat video itu, tetap saja tidak akan pernah bisa menghapus ingatan mereka semua.

"Kurasa kau jadi sering mengikuti acara seperti ini. Apa kau mulai takut kalau akan ada yang menggeser posisimu?"

Jane membalikkan tubuhnya dan menemukan Ava sedang menatapnya dengan aura permusuhan yang kental. "Oh, akhirnya kau membuka topengmu?" sarkasnya, tapi dengan senyuman manis di bibirnya. "Setelah sebagian orang di sini tahu tentang betapa liarnya dirimu, kau akhirnya merasa tak perlu lagi bersandiwara sebagai putri baik hati yang penuh kelembutan? Hebat sekali."

Turn Back [Completed] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang