Wajah Jane terlihat sembab setelah cukup lama menangisi kondisi Nate yang cukup serius. Luka tusuk yang diterima Nate ternyata menyebabkan cedera ginjal karena trauma tajam dari pisau yang menusuk pria itu. Beruntung kondisi yang Nate alami masih termasuk cedera minor. Tetapi tetap saja Nate memerlukan penanganan serius. Dan itulah yang membuat Jane sejak tadi tanpa sadar mengeluarkan air mata.
"Kau terlihat sangat kacau, Jane."
"Aku memang membencinya. Tapi bukan berarti aku ingin dia terluka seperti ini, Jo."
Awalnya Jane masih berpikir kalau penusukan tadi adalah salah satu rencana Nate untuk kembali menarik perhatiannya, tapi setelah mendengar penjelasan dokter tentang keadaan pria itu, Jane penilaian Jane seketika berubah. Sekalipun Jane tahu Nate adalah budak cinta, tapi ia yakin kalau pria itu tak akan mengorbankan nyawa hanya demi sebuah rencana.
"Aku tahu ini bukan waktu yang tepat, tapi aku rasa harus tetap memberitahumu."
Kepala Jane seketika menoleh menatap Jo penuh tanya.
Jo membuang napas berat, dengan tatapan yang masih mengarah pada Jane.
"Jo, ada apa?"
"Kau ingat sisa tiga belas saham Parviez Companies yang masih dimiliki oleh orang di luar kalian?"
Sebelah alis Jane terangkat. Tetapi detik selanjutnya, tubuh Jane sudah menegang karena tahu apa yang akan Jo sampaikan selanjutnya.
"Benar. Nate sudah membelinya. Jadi sekarang, Nate—atau mungkin Ava, sepenuhnya menjadi pemegang saham tujuh puluh persen di perusahaan kakekmu."
Kedua tangan Jane mengepal tanpa sadar. Tatapannya bergerak dingin ke arah ranjang di mana Nate masih terbaring tidak sadarkan diri. Detik-detik terlewat sampai akhirnya Jane mendengkus kasar dengan senyum ironi di bibirnya. "Aku memang mengatakan lebih baik menghancurkan perusahaan itu dibanding harus melepaskannya untuk mereka. Tapi ternyata tetap saja aku tak rela saat sadar kalau mereka memang sudah mengambil perusahaan kakekku," gumamnya.
"Jane..."
"Apa aku sekarang membunuhnya saja, Jo?"
"Jane! Jangan gila!"
Jane tertawa lamat-lamat. Tetapi tatapan matanya yang kosong tak mampu menyembunyikan luka yang lagi-lagi didapatkannya. "Aku tidak akan memaafkan satu pun dari mereka, Jo."
Dan melihat kilat tekad penuh amarah yang ditunjukkan Jane membuat Jo lagi-lagi hanya mampu membuang napas berat. Ketika Jo ingin bergerak memberi usapan menenangkan di bahu Jane, pintu ruang rawat Nate sudah lebih dulu terbuka dan menampilkan sosok mertua wanita itu.
"Jane, ya Tuhan! Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian??"
Jane bangkit dari duduknya saat mendengar pekikan panik dari sang ibu mertua. Ia berjalan menghampiri wanita paruh baya yang wajahnya sudah sembab itu, lalu memberi pelukan menenangkan—walau tangannya sudah sangat ingin meremukkan putra wanita ini. "Ada seseorang yang ingin menusukku, tapi Nate melindungiku lalu seperti inilah akhirnya. Maafkan aku, Bu."
"Oh, astaga! Kenapa kau harus minta maaf??" Aneth kembali memeluk sang menantu—walau air matanya mengalir lagi. "Ibu justru bersyukur Nate melindungimu."
Setelah memberi tepukan menenangkan di punggung sang ibu mertua, Jane perlahan menjelaskan kondisi Nate saat ini. Sedangkan Jo sudah berpamitan pulang setelah memastikan ibu mertuanya akan ikut menemaninya menginap di rumah sakit malam ini. "Dokter akan terus memantau kondisi Nate. Jadi Ibu tidak perlu terlalu khawatir."
Aneth menghapus air matanya yang kembali terjatuh, setelah mengusap lembut puncak kepala Nate yang masih terpejam. "Ayah mertuamu sedang mencari siapa dalang dari penusukan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back [Completed] ✔️
Fiction généraleSong Series #3 I wish I could turn back the time And let you know I never meant to hurt you [Sorry - Pamungkas] Pada akhirnya, Janice Harald yang kaku dan dingin berhasil membuka hatinya untuk Nathanael Axton karena kegigihan pria itu meluluhkannya...