Pagi harinya, Jane tidak menemukan Nate di mana pun. Tanpa perlu memastikan pun, Jane jelas tahu di mana Nate sekarang berada. Karena itu, Jane segera menghubungi Jo untuk menemaninya ke suatu tempat.
"Aku sudah menemukan siapa pria yang membawamu keluar dari kamar semalam."
Di samping Jo yang mengemudi dengan wajah datar, Jane menoleh bertanya.
"Dia ternyata mengenal Ava," ucap Jo, lalu menggerakkan dagunya ke arah dashboard—meminta Jane untuk mengambil berkas-berkas yang berhasil ditemukan anak buahnya dengan sangat cepat.
Setelah membaca tiap laporan di sana, Jane seketika tertawa sambil menggelengkan kepala tak percaya mendapati informasi yang dibacanya. "Apakah ini yang dinamakan karma berjalan tanpa perlu dikejar?" gumamnya dengan senyum mengejek. "Kasihan sekali seorang Nathanael Axton bisa dikelabui sampai sejauh ini."
"Berhenti merasa kasihan. Kau bisa saja kembali jatuh cinta jika membiarkan perasaan itu berkembang."
Jane berdecak keras, memilih mengabaikan sindiran Jo. "Tapi... apa menurutmu, pria ini juga yang bersama Ava semalam?"
Kepala Jo mengangguk sekali. "Aku rasa begitu. Tapi sejujurnya itu hanya keyakinan tak berdasarku saat membandingkan bentuk tubuh pria itu."
"Jadi, dia sengaja menyeretku keluar dari kamar itu untuk menjebak Ava?"
"Ava memutuskannya seminggu yang lalu. Kurasa, dia merasa marah setelah selama ini mengorbankan diri menjadi pria simpanan, tapi justru dibuang begitu saja oleh kakak tirimu."
Jane mendelik malas mendengar sebutan 'kakak tiri' yang Jo ucapkan. "Kau bisa mendapatkan informasi sampai sejauh ini, Jo?" tanyanya tanpa menutupi rasa kagum.
"Kau hanya perlu memberi umpan pada mangsamu yang sedang lapar," jawab Jo tanpa memberi penjelasan lebih lanjut pada Jane. Setelah tahu pria yang bersama Ava bukan orang suruhannya, Jo langsung mengirimkan orang lain untuk membuntuti pria itu. Hanya bermodalkan memberi sebuah ancaman pada pria itu, orang suruhannya berhasil mendapatkan informasi soal alasan pria itu menjebak Ava.
"Woah!" Jane tiba-tiba berseru kencang. "Kurasa, pria ini pasti menginginkan kehancuran Ava," ucapnya dengan senyum mengembang. "Kita harus segera membuat janji untuk bertemu dengannya, Jo."
Jo melirik Jane melalui sudut matanya. "Apa yang mau kau lakukan dengannya?"
"Tentu saja merakit amunisi lainnya," seringai Jane menatap Jo. "Tapi nanti saja. Setelah aku mengakhiri segalanya dengan Nate."
Tadinya Jo ingin bertanya kapan Jane akan mengakhiri segalanya dengan Nate, tapi mereka sudah lebih dulu sampai di tempat tujuan.
Jane tersenyum sinis saat dugaannya benar karena mendapati mobil Nate memang berada di rumah keluarga Harald.
"Kau tidak turun sekarang?"
"Ayo," ajak Jane sambil merapikan diri. "Aku ingin melihat bagaimana paniknya wajah Nate sekarang."
Setelahnya, Jane dan Jo keluar dari mobil memasuki pintu besar yang langsung disambut oleh beberapa pelayan. Langkah kaki Jane seketika terhenti saat menemukan Nate terduduk di bawah kaki Ava yang sedang menunduk dengan wajah memerah dan air mata yang masih mengalir deras. Jane mengulas senyum miring saat melihat bagaimana Nate menggenggam lembut kedua tangan Ava—seolah sedang memberi kekuatan pada kerapuhan wanita itu.
Seharusnya, tidak ada lagi rasa sakit yang dirasakan Jane. Seluruh kebohongan dan pengkhianatan yang Nate lakukan di belakangnya, seharusnya sudah menjadi alasan kuat untuknya benar-benar membuang perasaannya. Tetapi sialnya, sekeras apa pun Jane menyangkal, hatinya tetap saja terluka saat menyadari bahwa pria yang sudah diijinkan masuk ke dalam hidupnya justru hanya bertujuan memberi luka. Menjijikkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back [Completed] ✔️
General FictionSong Series #3 I wish I could turn back the time And let you know I never meant to hurt you [Sorry - Pamungkas] Pada akhirnya, Janice Harald yang kaku dan dingin berhasil membuka hatinya untuk Nathanael Axton karena kegigihan pria itu meluluhkannya...