10

95 17 0
                                    

Selamat membaca
(´∩。• ᵕ •。∩')

"Hakam! Bangun Kam, ayo sini!" Ucap Arsya membangunkan Hakam yang tidur.

Hakam langsung terbangun dan melihat kelas sudah tidak ada orang selain Hakam, dan Arsya.

"Kenapa?" Tanya Hakam.

"Air dilaut mulai surut, lu ngerti kan?" Jawab Arsya.

Hakam langsung melotot dan keluar kelas.

Juhan, Jehan, Jewo dan keluarga masing-masing sudah menunggu Hakam dan Arsya.

Bahkan beberapa keluarga ada yang membawa tas berisi baju dan selimut.

Semua orang sibuk menyelamatkan dirinya berlarian, kesana kemari.

Dan ombak besar mulai muncul sebelum semua warga disana naik ke bukit.

"Lari!!"

Teriakan-teriakan warga yang sudah terseret ombak, mulai memasuki telinga mereka.

"Jefa! Pegang tangan Kakak, jangan dilepas oke?" Ucap Jehan sambil berteriak agar Jefa mendengarkan.

•••

"Ayah, adek kangen Kak Arsya sama Bunda, boleh telepon?"

"Boleh."

Gadis itu mulai menelpon Arsya.

Tapi hanya berdering, tak diangkat.

Sudah berkali-kali dia menelpon tapi tidak diangkat.

"Ayah, adek nelpon kok gak bisa? Cuma berdering," ucap Adik Arsya bernama Ana.

"Jam segini kan Kakakmu masing sekolah, pasti di kecilin biar gak ganggu," ucap Ayah Arsya.

Ana hanya mengangguk sebagai jawabannya.

•••

Sudah seperti sungai, mereka berenang untuk pergi ke tempat yang tinggi.

Baju mereka sudah basah.

"Bunda! Bunda pegang tangan Arsya, Bunda!" Ucap Arsya saat melihat Bundanya yang hampir tenggelam.

Mereka berhasil pergi ketempat tinggi, tidak terlalu tinggi, jika air sudah naik satu meter saja mereka sudah basah lagi.

Kini mereka mencari tempat yang lebih tinggi, dan rumah-rumah penduduk sudah tinggal atap.

Hakam tiba-tiba menunjuk satu tempat yang tinggi.

"Mau kesana?" Tanya Dian pada Hakam.

"Iya, daripada ombak dateng lagi," ucap Hakam.

Mereka berenang lagi.

Melihat ombak datang lagi, mereka mempercepat berenangnya.

Akhirnya mereka sudah sampai ditempat yang ditunjuk Hakam, mereka hanya harus naik.

Arsya menaiki satu tempat yang tinggi, sedangkan teman-temannya yang dibelakang hampir sampai ditempat tinggi itu, namun mereka sudah terseret ombak.

Jehan melempar botol yang berisi kertas.

Arsya memegang tangan Hakam yang masih bergandengan tangan dengan yang lain.

"Enggak! Kalian bisa naik kesini! Jangan nyerah! Ayo! Jangan tinggalin Arsya!" Arsya berusaha menarik tangan mereka tapi hanya Arsya yang sudah naik ketempat itu dan Arsya harus menarik tangan orang yang lebih dari 5.

"Satu-satunya yang bisa bertahan cuma lo Arsya," ucap Jehan, Jehan berada dipaling akhir.

Hakam dan yang lain sudah berusaha  berpegangan tangan pada suatu tiang, agar mereka bisa selamat.

Namun, tiang itu tidak kuat, tiangnya patah dan Mereka terbawa arus kecuali Arsya.

Arsya hendak masuk kedalam air lagi namun ditahan oleh seseorang.

"Arsya jangan! Lo bisa celaka!" Ucap seseorang.

Ia adalah teman sekelas Arsya, bernama Cio.

"Enggak! Mereka keluarga gw! Lo jagain botol ini!" Arsya menyuruh Cio memegang botol yang diberi Jehan.

Saat ingin masuk kedalam air, seseorang menahan lagi.
Cowok itu bernama Jaja, teman sekelas Arsya.

"Dibilangin jangan ngeyel! Udah jadi tempat tinggi lagi ayo!" Ajak Jaja.

Air mata Arsya mengalir, tapi dia sudah ditarik oleh Jaja untuk pergi ke tempat yang lebih tinggi, oh ya, botol yang dipegang Cio sudah ada ditangan Arsya lagi.

Lagi-lagi Arsya yang naik pertama, dan Jaja juga Cio terbawa arus lagi.

"Arsya sini!" Ucap kedua orang bersamaan.

Orang itu bernama Yudis dan Dodi.

To be continued

Kalian tau gak sih, author pake namanya dari yang Shopee itu:))
Maaf...

Agak panjang ya ini?
Eh ini cuma fiksi loh.
Author ke abisan ide plis:))

Yudistira Putra: Hyunsuk
Dodi Dirgantoro: Doyoung
Jaja Suharja: Jihoon
Cio Kurniawan: Mashiho

T5✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang