Ini merupakan sebuah pertemuan yang tidak pernah Junkyu duga ia pikir tidak akan bertemu dengan Haruto lagi setelah seminggu yang lalu berjumpa. Haruto menatap sekilas tangan Junkyu yang terdapat selang infus, ia ingin sekali bertanya namun tidak enak hati. Haruto pernah dengar Junkyu menceritakan tentang sebagian hidupnya juga. Tidak ada yang namanya kebahagiaan tanpa penderitaan terlebih dulu, itu hanya perkiraan Haruto tidak yakin ada manusia yang tak memiliki masalah dalam hidupnya.
Ternyata yang dia pikirkan itu salah, sebab yang Junkyu katakan kehidupan itu pun tidak mudah. Rupanya dia diam-diam tidak mengatakan apapun tentang masalahnya di sini. Bisa jadi Junkyu sakit, itulah yang Haruto pikirkan setelahnya.
"Kenapa kau ada di sini?" Pertanyaan itu sengaja Haruto ucapkan karena selain penasaran, dia juga sedikit khawatir akan keadaan Junkyu.
Ia takut jika yang Junkyu katakan padanya memang suatu kenyataan tanpa tipuan belaka. Yang menyembuhkan luka tidak akan terluput dari yang terluka.
"Aku kan sakit bukannya aku sudah memberitahumu, Haruto? Tapi aku sedikit lebih baik karena kau di sini," ucap Junkyu binarnya yang indah untuk di tatap oleh Haruto.
"Ke-kenapa aku?"
"Ya karena kamu aku berpikir lagi jika nggak seharusnya mengakhiri hidupku sekarang. Kau di kuatkan olehku kemudian kau mengurungkan niat, aku juga ingin seperti itu," jelas Junkyu yang ukiran kurvanya tidak pernah tak tercipta barang sebentar saja.
Haruto menunduk ia sebenarnya bukan penguat ia hanya butuh di kuatkan. Namun, apa salahnya ia membuat Junkyu bertahan nyatanya anak itu yang paling kesakitan.
Tidak masalah sekarang, bisa jadi Junkyu terlalu sibuk dengan dirinya sendiri beberapa minggu yang lalu. Karena dia sadar orang lain tidak akkan mau memahaminya terus-terusan.
Anehnya lagi di saat semenyakitkan ini Junkyu bisa-bisanya bertahan ia tetap kuat padahal sangat menyakitkan, Junkyu masih bisa tertawa lepas mengukir kurvanya sampai mata itu selayaknya bulan sabit. Junkyu tidak beranggapan penyakitnya suatu hal yang mesti ia jadikan alasan kenapa ia merasa hidupnya menderita.
Ini waktu yang tepat bagi Haruyo untuk membantu Junkyu bertahan walau hanya pertemuan yang tidak mengistimewakan, bukan hal yang harus menjadi masalah besar. Haruto juga ingin menjadi penguat orang lain yang sudah menyelamatkan nyawanya yang sudah hampir menyerah waktu itu.
Junkyu pasti sama dengannya, terlalu sering memaksakan diri untuk bertingkah tidak kesakitan. Terus tersenyum padahal sedang terluka, dan juga sentiasa berprilaku baik. Semua hal yang semacam itu hanyalah untuk menjadi sempurna tapi tanpa sadar menyiksa dirinya sendiri. Yang menjadikan pembeda, hanya Junkyu yang paling kuat ketimbang Haruto.
"Kakak ingat pernah bilang ke Haru ingin bertahan kan?"
Junkyu segera menoleh ia mengangguk karena yang di katakan Haruto memang seratus persen ada benarnya. Dia yang sempat mengatakan perihal seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slowmotion[✓]
Fanfiction𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖. 𝐾𝑒𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 ℎ𝑎𝑙 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝𝑖 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑟𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛, 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑔𝑖 𝑖𝑡𝑢...