13 | harapan singkat

502 102 3
                                    

Rasa sakit yang ditahan dan membiarkannya perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa sakit yang ditahan dan membiarkannya perlahan. Keperlahanan yang semestinya menyakitkan jika terus-terusan berlangsung awalnya Junkyu melakukan itu hanya untuk membuat orang-orang tulus didekatnya tidak merasa akan ditinggalkan.

Namun, apa yang menjadi pilihan Junkyu merupakan kesalahan. Ia tak seharusnya memikirkan mereka. Setumpuk harapannya akan segera menjadi kekhawatirannya.

Kini ia kesakitan mencengkram selimut tebal rumah sakit, dan menutup matanya dengan ringisan kecil yang tetap di usahkan agar tidak terdengar. Junkyu tidak ingin menyerah ia memang ingin mati tapi tidak begini juga caranya, keringat dingin yang terus mengalir membasahi sekujur tubuhnya yang bergetar. Tak ada orang di sana hanya daksanya yang hampir melenggang dengan keputus-asaan.

Setelah terlalu lama menahan semua rasa sakit yang sempat terasakan. Kini dia juga menyesal. Junkyu sebenarnya lebih takut jika dia gagal dalam pertahanannya, ketimbang meninggalkan orang-orang yang pernah menghargainya.

Jika ini merupakan hari terakhirnya ia tak akan menyesali apapun, Junkyu telah menitipkan orang terkasihnya pada sosok terbaik pula. Junkyu juga yakin sang papa akan menjaga mamanya walau mereka tak lagi bersuami istri. Tidak apa Hyunsuk kan ada di sana dia akan menggantikan peran yang luar biasa.

Setidaknya jika ia memang mati Junkyu sudah menjadi orang baik. Saat matanya hendak terpejam pintu terbuka dan seseorang yang baru menatapnya terlihat panik, Junkyu tidak melihatnya jelas karena kegelapan merengkuhnya cepat.

"Kim Junkyu! Kau---"

Suara EKG yang tiba-tiba memekakan, Jihoon lantas menatap benda di dekatnya benar saja yang tampak di sana hanyalah garis yang lurus. Jangan, Junkyu pasti akan tetap hidup sesuai pintanya waktu itu.

Bukan karena Junkyu tidak bisa mendengarkan segala keluh kesah milik orang lain. Dia pun juga punya kesulitan, itu sebabnya Junkyu memilih mendengarkan segala keluhannya sendiri.

Jihoon berlari keluar ia tak tahu harus menuju ke mana lagi selain mencari dokter untuk menangani Junkyu. Air matanya sudah berlinang, Jihoon mengumpati langkah kakinya yang tak terbilang kencang, jangan bilang ia tak punya waktu saat ini.

Dunia terlalu memberikan banyak harapan tidak bagus untuk mengakhirnya sekarang, lagian masih ada yang ingin berjuang dan berniat untuk sembuh.

Jihoon juga belum siap menyaksikan sahabatnya meregang nyawa padahal ia belum bahagia. Mereka belum sempat membuat kebahagiaan yang sepenuhnya, masih sedikit dan tidak bisa dikatakan kebahagiaan sesungguhnya juga.

Meskipun pada dasarnya memahami pesakitan orang lain itu lebih sulit, setidaknya Jihoon sedikit mengerti bagaimana berada di posisi Junkyu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Slowmotion[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang