10. menyerah sebelum berlangsung

516 102 1
                                    

Jika bukan sebuah paksaan yang sedari tadi wanita penggoda itu lakukan pada Kai mungkin ia tidak berakhir di cafe seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika bukan sebuah paksaan yang sedari tadi wanita penggoda itu lakukan pada Kai mungkin ia tidak berakhir di cafe seperti ini. Duduk saling berhadapan dan diam sebagai bentuk keadaan, wanita itu menghela napas sebelum mengatakan perihal yang membuatnya ingin memberitahu beberapa hal.

Sebenarnya ia terlalu menyesal telah melakukan hal-hal yang keji. Membuat sebuah rumah tangga yang telah berdiri kokoh. Hancur dengan begitu mudahnya, ini kesalahan. Dan bisa saja tidak termaafkan, kenapa juga di saat seperti ini dia justru mengakui kesalahannya sendiri.

"Apa yang ingin kau katakan, Lisa? Aku tidak punya banyak waktu," ujar Kai setelah ia merasa bosan berada di tempat seperti sekarang.

Lisa─seketaris yang jatuh cinta pada atasannya. Ia mengakui kesalahan itu dan tidak ada hari lain untuk meminta maaf, lagian ia juga tidak bersungguh-sungguh menyukai Kai. Pikirnya jika membuat Kai jatuh cinta dia akan memiliki segalanya namun itu kesalahan terbesar. Dia benar-benar tidak mengerti jalur pemikirannya sendiri waktu itu.

Anaknya tidak lagi menegurnya di tambah si sulung yang koma sangat lama, tanpa ada kepastian kapan ia terbangun. Mungkin ini juga merupakan hukuman untuknya karena terus saja mengabaikan.

"Maafkan aku sebenarnya tidak mencintaimu aku sengaja membuat tuan menyukaiku lalu tuan bisa melakukan kebaikan apa yang aku inginkan," lirih Lisa ia akhirnya jujur, bagaimana pun dengan caranya mengatakan kejujuran yang terpenting ini yang sekali dikatakannya.

Kai terlihat begitu frustasi tidak seharusnya ia terperangkap oleh wanita jalang itu. Ah tidak, Lisa tak sejalang itu mungkin ia memang sengaja. Kesengajaan yang berakibat fatal dalam hidupnya.

"Lalu apa kau puas membuat keluargaku hancur?!" Ketus Kai wajahnya bahkan memerah.

"Maaf tuan aku juga hancur keluargaku tidak ada bedanya dengan tuan. Aku hampir kehilangan seorang putra, maaf aku berharap kebaikan darimu dengan cara yang salah," jelas Lisa ia benar-benar mengaku bersalah, dia tidak seharusnya membuat keluarga milik orang lain hancur.

Kemudian Kai menatapnya sendu ia tahu bagaimana rasanya hampir kehilangan, Kai juga merasakan hal tersebut. Keadaan putra bungsunya yang tidak dapat di jamin, entah kapan ia bisa sembuh dan tersenyum tanpa sebuah kebohongan.

Ujian ini belum ada apa-apanya percuma menyerah sekarang, jika rasa sakit saja tidak berkurang. Kai memutuskan untuk memperlakukan orang-orang di sekitarnya dengan baik, meski mereka memperlakukan Kai dengan luka.

"Anakmu kenapa?" Kai mencoba untuk mempertanyakan hal tersebut.

"Dia koma suamiku melakukan kekerasan, aku minta maaf karena aku ingin Haruto tidak membenci ibunya sendiri," isak tangis itu mulai terdengar jelas pada rungunya.

Kai bukan seorang pria yang mudah mengabaikan ia memberikan beberapa tisu dan menenangkan Lisa. Keadaan mereka kali ini sama, dan apa salahnya jika sama-sama memperbaiki sebelum terlambat. Ya walaupun keadaan sekarang lebih pantas dikatakan berantakan.

Slowmotion[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang