12 | dia juga menyerah

560 102 3
                                    

Sorot dari warna jingga yang sedikit menyilaukan pengelihatan Haruto menatapnya dengan mata yang berbinar, dia tidak sendiri ada Kim Junkyu yang tersenyum damai sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan yang kebetulan di sebelah kirinya terpasa...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sorot dari warna jingga yang sedikit menyilaukan pengelihatan Haruto menatapnya dengan mata yang berbinar, dia tidak sendiri ada Kim Junkyu yang tersenyum damai sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan yang kebetulan di sebelah kirinya terpasang selang infus.

Junkyu tidak tahu bagaimana caranya bersikap adil pada dirinya sendiri. Sebab sudah sering terlukai atas segala kenyataan dari takdir hidupnya selama ini.

Mereka ada di sebuah taman rumah sakit pemuda Kim itu yang mengajaknya kemari, katanya hanya ingin menikmati waktu bersama. Namun, anehnya tidak ada yang di nikmati jika sekedar diam tanpa sepatah katapun.

Barangkali hanya terlalu asik dalam pemikirannya masing-masing, atau memang tak ada niatan untuk mengatakan satu  perihal saja. Mungkin karena tidak ada pembahasan yang semestinya di bahas, Junkyu hanya butuh di temani saja.

Haruto yang merasa keadaan seperti ini sangat tak mengasikan, ia pun menyentuh punggung tangan Junkyu yang terbebas dari selang infus, tersenyum manis dan meminta agar Junkyu mengatakan sesuatu yang awalnya akan ia katakan.

Sambil menepuk jidatnya Junkyu tertawa ia benar-benar lupa jika akan mengatakan sesuatu pada Haruto. Padahal seharusnya dia mengatakan lebih awal, bukan hanya saling diam karena menikmati pemikirannya sendiri.

Junkyu mengajaknya ke sini juga karena ada sesuatu yang harus dibahasnya. Aneh, akhir-akhir ini dia terlalu sibuk akan pemikiran naifnya.

"Aku beneran lupa lho kalo nggak kamu ingetin pasti gak bakalan aku kasih tau," ucap Junkyu yang mentertawakan dirinya sendiri, masih muda tapi pelupanya tingkat akut.

"Katakan aja kak."

"Pertahankan kakakmu, kau menyayanginya kan? Jangan pikirkan tentang biaya karena mamaku sudah membayar administrasinya," ucap Junkyu dia lega sekali karena sudah mengatakannya sekarang.

Mata itu melebar, Haruto tidak sepenuhnya paham apa yang di maksud oleh Junkyu barusan. Tapi, yang lebih tepatnya anak itu sedang mengatakan sebuah administrasi yang kemungkinan akan membuat kakaknya tetap berada di rumah sakit.

"Kakak?"

"Aku yakin aja kakakmu pasti bertahan," ucap Junkyu menyakinkan Haruto sesuai yang dirinya harapkan juga.

"Kak Junkyu binarmu mirip seperti senja jadi aku juga yakin kakak akan bertahan."

Rasanya Haruto ingin terus mengatakan banyaknya kata terimakasih untuk sosok sebaik Kim Junkyu. Ia terlalu membantu banyak untuknya, dan kini ia juga melakukan kebaikan lagi. Haruto berjanji akan akan membantu Junkyu agar bertahan lebih lama. Sosok sebaik Junkyu berhak untuk tetap hidup di dunia ini, sebab dunia pun membutuhkan seseorang seperti Kim Junkyu.

Cowok baik hati yang semestinya bertahan. Dunia pasti ingin juga membantunya karena dunia yang kejam tak butuh manusia belagak kuat.

Banyak yang sudah di pendam sendirian oleh Junkyu, padahal tahu itu pun tidak baik. Memang semuanya butuh waktu tapi yang terluka butuh pengobatan agar sembuh, bukan waktu yang katanya menyembuhkan.

Slowmotion[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang