Di pinggir sebuah kelab malam, seorang perempuan duduk sendirian dengan beberapa botol wine di hadapannya. Perempuan itu menunduk. Tampaknya minuman di hadapannya sudah berhasil menguasai wanita itu.
"Hello, girl," sapa seorang pria.
Celine- nama wanita itu, segera mengangkat wajahnya kemudian tersenyum saat melihat pria yang baru saja menyapanya.
Celine bangkit kemudian mengikis jarak di antara mereka. Perempuan itu dengan santainya memajukan wajahnya, melahap bibir pria yang baru saja mengganggunya.
Dan tentu saja, si pria menyambut dengan senang hati. Ia mendapat jackpot malam ini. Wanita di hadapannya tampak begitu menarik. Seksi, cantik, dan yang paling menarik perhatiannya adalah... bibir wanita itu terasa manis seperti wine.
Baru saja si pria membalas permainannya, Celine menarik diri. Kedua tangannya bertengger di leher pria muda itu.
"Siapa namamu?" tanya Celine.
"Kenan," jawabnya. Celine terkekeh.
"Sudah pukul sepuluh malam. Bukankah besok kamu masih harus kuliah, anak muda?" goda Celine.
"Oh ayolah! Anda baru saja menggoda saya barusan," rengek Kenan.
"Maaf, tapi saya tidak tertarik bermain dengan anak kecil," jawab Celine.
Wanita itu menarik tangannya kembali, kemudian menjauh dari Kenan. Namun Kenan yang sudah terlanjur terpesona oleh wanita yang baru saja menggodanya segera menarik wanita itu kembali, kemudian menyerang bibirnya dengan ciuman memabukkan.
Celine sempat memberontak. Namun, untuk sekelas anak kuliahan, Kenan tampak begitu lihay memanjakan tubuh Celine. Bahkan tangan nakal Kenan kini sudah mulai menggoda leher Celine.
"Sepertinya Anda harus menarik kata-kata Anda tadi. Right?" goda Kenan setelah merasakan reaksi Celine yang seolah menuntut lebih.
"Jangan permainkan saya, Kenan!" kesal Celine. Namun, justru di mata Kenan, Celine tampak seperti sedang menggodanya.
Kenan meraih dompetnya. Mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dan meletakkannya di meja untuk membayar minuman Celine, sebelum akhirnya menggiring Celine menuju mobilnya.
Kenan membawa Celine ke sebuah hotel yang tak jauh dari kelab. Begitu pintu terbuka, Kenan langsung menyerang Celine dengan ciuman panas sembari kedua tangannya bergerilya menyentuh setiap inch tubuh Celine.
Celine menggeliat. Di usianya yang sudah dua puluh tujuh tahun, hal seperti ini bukan lagi hal tabu. Terlebih dia memang hobi keluar-masuk kelab. Circle pertemanannya juga merupakan orang-orang yang 'bebas' sama sepertinya.
Tapi, bermain dengan mahasiswa berusia awal dua puluhan, apakah itu tidak menantang?
Celine membiarkan tangan nakal Kenan menggerayangi tubuhnya. Celine yang memang sudah berada di bawah kendali alkohol memang begitu mudah terangsang. Terlebih, diusianya yang baru menginjak dua puluh, Kenan sudah ahli memanjakan Celine.
"Kenan," panggil Celine, sambil membawa wajah Kenan ke hadapannya.
"Yes, Madame?"
"Seriously you want to play with me? I'am 27th now." Sekali lagi, Celine ingin menyararkan Kenan.
"Usia bukan masalah, selagi kita bisa saling memuaskan, bukan?" goda Kenan.
Celine mengumpat. Kemudian, ia memekik tak tertahan saat merasakan Kenan menyerang lehernya. Kenan bermain di sana, menyesap lembut hingga perlahan bagian itu memerah.
Naluri alamiah Celine menuntun wanita itu untuk mengaitkan lengannya di bahu pasangannya. Kenan tampak begitu buru-buru, hingga beberapa menit kemudian Celine bisa merasakan jika dia sudah ada di tempat tidur sekarang. Tentunya dengan Kenan di atasnya, dan pria itu juga masih asyik bermain di leher Celine.
Sebelah tangan Kenan bermain di bukit kembar Celine. Lalu, pelan namun pasti, satu yang lain bergerak semakin ke bawah.
Kaki Celine menggeliat gelisah. Ini bukan yang pertama kalinya, namun rasanya memang selalu membuat candu wanita itu. Foreplay seperti ini membuat Celine ingin merasakan lagi dan lagi. Celine mulai terbakar saat tangan Kenan mulai menyibak kain kecil yang menutupi pusat kenikmatannya. Namun, sesaat sebelum Kenan bergerak lebih jauh, deringan ponsel pemuda itu mengintrupsi kegiatan panas mereka.
Celine mendorong Kenan. Dengan sisa kewarasannya, ia memberi kode pada Kenan untuk mengecek dulu ponselnya.
Kenan mengumpat. Ia segera meraih ponselnya, kemudian siap memaki siapa saja yang berhasil mengganggu ritual panasnya.
"Apakah kau tidak punya sopan santun hingga menelepon orang selarut ini?!" Kenan tak segan-segan meluapkan emosinya.
Pemuda itu benar-benar sudah on dan siap menyergap Celine andai saja ponselnya tidak berdering.
"Kau tidak melihat dulu siapa nama kontak orang yang meneleponmu, Kenan?"
*
Di sebuah rumah besar di sudut ibu kota, seorang pria paruh baya menyesap segelas wine berwarna ungu tua. Pria itu tampak kesal menatap ponselnya di atas meja.
Di usianya yang sudah menginjak tiga puluh lima, ia memutuskan untuk sendiri karena memang tidak mau dibebankan oleh tanggung jawab sebagai suami ataupun ayah. Namun, ia tak menduga jika kakak laki-lakinya justru menitipkan putranya pada pria itu.
"Dasar anak nakal. Sudah berapa kali dia membawa perempuan bayaran ke hotel bulan ini?" keluh pria itu.
Ia menuang kembali wine-nya dari botol, kemudian tanpa ragu meminumnya.
Beberapa menit yang lalu ia baru saja menelepon keponakan laki-lakinya yang nakal. Namun anak sialan itu malah memakinya kasar, membuat emosinya kembali terpancing.
Tapi untunglah anak itu masih cukup waras untuk menuruti ucapannya. Keponakannya yang nakal itu segera pulang begitu ia memintanya.
Deringan benda pipih di atas meja menyita perhatiannya.
"Saya sudah memberikan pakaian ganti dan uang pada wanita itu. Tapi, Tuan. Sepertinya kali ini yang bersama Tuan Muda bukanlah wanita bayaran. Dia tampak-"
"Pada intinya dia bertemu keponakanku di kelab dan langsung mau diajak ke hotel. Jadi kamu sudah melakukan hal yang tepat. Sudahlah, aku harus bersiap menyambut kepulangan keponakanku dulu sekarang." Pria itu mematikan sambungan teleponnya.
Ia sudah lelah menasihati keponakannya dengan kata-kata mutiara. Ia tidak tahu apakah anak sialan itu akan mengadu ke orang tuanya atau tidak. Tapi, sepertinya anak itu memang perlu diberi sedikit pelajaran.
***
Bersambung
Sejauh ini, bagaimana tanggapan kalian terhadap karakter Celine? Bukankah sangat berbeda dibandingkan tokoh utama wanita pada umumnya? Sayang sayang untuk dilewatkan bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lips's Affair
RomanceWarning mature 21+ Tubuh wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu menegang bersamaan dengan datangnya gelombang gairah yang mengakhiri kegiatan panasnya malam ini bersama seorang pria. Keduanya saling berpelukan hingga si pria menarik kepunyaannya d...