12. The Wedding 🔞

1K 23 0
                                    

Aku kasih sedikit pemanasan,  dan untuk yang the real panasnya akan aku publish di next bab yaaa...


.



Jangan lupa like nya


.


Selamat membaca



...



***


Celine merasa menang. Apa yang ia harapkan akhirnya dapat terwujud dengan begitu mudahnya. Arina – wanita itu benar-benar menghilang dari kehidupan Jevin dan tak pernah kembali lagi. Tidak ada halangan yang berarti hingga tibalah saat yang Celine tunggu-tunggu. Yaitu, hari pernikahannya bersama Jevin.

Pesta itu diselenggarakan dengan sangat mewah. Hanya orang-orang penting dan memiliki jabatan tinggi lah yang bisa masuk ke ballroom hotel tempat diadakannya pesta resepsi itu. Dan di antara ratusan orang yang ada, tentu Celine merupakan sosok yang paling bahagia. Ia menyalami tamu sambil tersenyum elegan seperti biasa, meski ia sadar pria di sampingnya tidak melakukan hal yang sama.

“Cel, kamu yakin semua akan baik-baik saja?” Entah sudah berapa kali Alvin menanyakan hal itu pada Celine hari ini.

“Semua pasti akan baik-baik saja, Kak. Lagi pula, memang apa sih yang Kakak takutkan?” heran Celine.

“Kakak hanya takut kamu tidak bahagia. Kamu bisa bicarakan tentang perasaan kamu yang sebenarnya pada Kakak. Kalau kamu tidak suka dengan semua ini, Kakak janji akan bantu kamu,” tawar Alvin.

“No. Ini sudah sesuai dengan apa yang aku mau. Jadi aku mohon, Kakak ngerti, ya? Aku janji, kalau sampai ada apa-apa, aku pasti akan langsung bilang ke Kakak. Tapi, sejauh apa yang aku jalani saat ini, aku masih ngerasa ini baik-baik saja, kok, Kak. I’m happy with my life,” ujar Celine yang tidak ingin kakak sepupunya itu terlalu mengkhawatirkannya.

Celine sangat menyayangi Alvin. Bisa dibilang, hanya di depan Alvin lah Celine bisa bersikap layaknya ia manusia biasa. Hanya Alvin yang bisa menerima segala kekurangan dan sisi manusiawi Celine yang tidak pernah bisa ia tunjukkan pada kedua orangtuanya.

“Oke, Kakak percaya. Tapi jangan lupa buat-“

“Ya ya ya. Pokoknya Kakak tenang saja. Kakak akan tetap jadi orang pertama yang tahu kalau terjadi sesuatu sama aku, oke?” potong Celine, membuat Alvin bisa menghela napas lega.

Celine menoleh ke samping kanannya. Tampak pria di sampingnya itu masih memasang raut wajah yang sama sejak beberapa jam yang lalu, meski ibunya sudah menegurnya berkali-kali. Celine tidak ingin peduli sebenarnya. Namun ia tidak mau citranya menjadi jelek hanya karena suasana hati yang terlalu mudah ditebak milik pria di sampingnya.

“Jev, sadar nggak sih, kalau saat ini kamu sedang menjadi bintang utama di pesta ini? Semua mata sedang tertuju pada kita, tapi wajahmu malah menunjukkan ketidaksukaanmu begitu,” tegur Celine untuk pertama kalinya.

“Aku tidak peduli,” balas Jevin dingin.

Celine menghela napas panjang. Meski sebenarnya kesal, tetapi ia masih harus menjaga ekspresinya dengan sebaik mungkin. Ia harus memperlihatkan wanita yang sedang berada di puncak kebahagiaan sekarang, untuk mengelabui para tamu tentang kehidupannya dan Jevin yang sesungguhnya.

“Aku pun malas mempedulikan mood mu yang naik-turun itu. Tapi kalau aku membiarkanmu seperti ini terus, yang ada besok akan muncul gosip buruk tentang hubungan kita,” ujar Celine.

Jevin masih enggan menanggapi. Ia bahkan memilih menulikan telinganya dan bersikap seolah ia tidak menyadari keberadaan Celine di sampingnya.

“Jev, kamu nggak lupa kan sama tanggung jawab kamu? Apa iya, hanya demi ego kamu, kamu tega membiarkan nama baik keluarga kita tercemar?”

Sweet Lips's AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang