Bab ini lebih fokus ke sudut pandang Jevin secara umum, ya...
Selamat membaca!
***
Jevin merasa terusik dalam tidur lelapnya. Kepalanya sedikit pusing, sehingga ia butuh usaha lebih keras untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kala matanya akan terbuka.
Bibirnya mendesis merasakan sensasi aneh pada tubuhnya. Dan ketika ia menyapukan pandangannya secara asal, secara tidak sengaja tatapannya terjatuh pada sesosok wanita cantik yang terlelap di sampingnya.
Pupil mata Jevin membulat begitu saja. Ia menarik tubuhnya untuk duduk sambil menatap horor wanita di sebelahnya.
“Tidak mungkin!” lirihnya.
Pria itu berusaha mengusir pikiran buruknya tentang apa yang mungkin terjadi semalam.
Namun, keadaannya dan wanita di sampingnya saat ini rasanya benar-benar tidak mungkin kalau mereka tidak melakukan apa-apa semalam.
“Jev, sudah bangun?” tanya wanita di sampingnya dengan nada serak.
Dia adalah Celine. Saat Celine berusaha meraih lengannya, Jevin langsung menempisnya kasar. Ia mengacak-acak rambutnya frustrasi. Ia tidak bisa mengingat apapun. Namun keadaan seakan sudah menjawab semuanya.
“Jev, are you oke? Kamu masih pusing?” tanya Celine.
“Diam, Cel!” kesal Jevin.
Ia segera bangkit dan memakai celananya yang ada di lantai dengan asal. Setelah itu, ia melesat menuju ke kamar mandi, dan suara shower mulai terdengar beberapa detik setelahnya.
Di atas kasur, Celine tersenyum puas sembari meneliti pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam. Rencananya benar-benar sukses.
Namun, ia tahu ini bukan akhir dari segalanya. Justru Celine harus berusaha lebih keras agar Jevin mau menyentuhnya kembali agar semuanya berjalan sesuai dengan rencananya.
Celine lekas memakai pakaiannya. Sembari menunggu Jevin membersihkan diri, Celine beralih menyiapkan sarapan seadanya untuk dirinya dan Jevin.
***
Baru saja Celine mematikan kompor, ia mendengar suara pintu terbuka. Tanpa menoleh pun ia tahu siapa pelakunya. Namun ia berpura-pura tidak tahu hingga orang itu lebih dulu buka suara.
“Soal semalam, aku belum bisa mengingat apa-apa,” ucap Jevin.
“Tapi, aku perlu tahu sejauh mana kita melakukannya,” imbuhnya.
Celine menoleh sebentar sebelum ia kembali menyiapkan makanan mereka.
“Menurut kamu?”
“Kalau aku tahu, aku tidak mungkin bertanya padamu,” ketus Jevin.
Celine tersenyum miring. “Kalau aku bilang kita melakukannya sampai selesai, apa kamu percaya?”
Jevin tak menjawab. Celine pun memilih untuk mengakhiri percakapan mereka dan fokus pada hidangan buatannya.
“Aku mau mandi dulu. Kamu bisa sarapan duluan kalau kamu mau,” ucap Celine, sebelum akhirnya meninggalkan Jevin sendirian.
Sepeninggalan Celine, Jevin berusaha keras mengingat apa saja yang terjadi semalam, sampai-sampai ia bisa meniduri Celine.
Ia tidak percaya jika hal itu benar-benar terjadi. Setelah dengan Arina, Jevin tidak pernah lagi punya keinginan untuk menyentuh wanita lain.
Namun, bagaimana mungkin tiba-tiba tadi pagi ia bangun dalam keadaan seperti itu bersama dengan Celine yang ia ketahui sebagai wanita licik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lips's Affair
RomanceWarning mature 21+ Tubuh wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu menegang bersamaan dengan datangnya gelombang gairah yang mengakhiri kegiatan panasnya malam ini bersama seorang pria. Keduanya saling berpelukan hingga si pria menarik kepunyaannya d...