Jangan lupa vote sebelum baca
***
Celine memijat pelipisnya yang terasa pening begitu ia membuka mata. Ia menarik dirinya untuk duduk, lalu bersandar pada headboard berwarna maroon di belakangnya. Ia baru sadar, villa tempatnya menginap kini menghadap langsung ke pantai. Ia bahkan bisa mendengar dengan jelas deburan ombak dari dalam kamarnya.
Kakinya turun menyentuh lantai. Wanita itu berjalan ke arah jendela yang ada di hadapannya. Sejak tadi, kain gorden jendela itu bergerak senada dengan suara debur ombak yang ia dengar. Dan pantas saja. Ternyata jendela itu menghadap langsung ke laut. Di depan sana ada sebuah tebing, lalu di belakangnya, tampak laut lepas berwarna kebiruan yang indah.
Celine tersenyum melihat pemandangan di hadapannya. Sejenak, ia lupa dengan beberapa masalah dan beban pikiran yang menimpanya akhir-akhir ini. Ia bahkan juga lupa, jika saat ini dirinya sedang berada di tempat yang tidak seharusnya. Hingga suara ketukan pintu dari luar kamarnya membuat ia tersadar pada akhirnya.
Arya berdiri di depan pintu kamar Celine begitu wanita itu membukanya. Pria itu tersenyum manis menyambut Celine yang masih tampak berantakan.
"Apa aku mengganggu tidurmu? Kamu bisa tidur lagi setelah kita sarapan," kata Arya manis.
"Kamu mau aku masakan makanan?"
"Nope, Honey. Aku sudah pesankan makanan buat kita, dan sekarang semua sudah tersedia di ruang makan. Gimana kalau kita makan sekarang? It's almost 8 o'clock dan aku nggak pengen kamu sampai telat makan," ajak Arya.
Celine mengangguk. "Aku mau mandi sebentar. Kamu tunggu saja di ruang makan!"
Saat Celine akan menutup kembali pintu kamarnya, Arya menahannya. Celine menatap pria di hadapannya itu dengan alis mengernyit.
"Nggak boleh aku nunggu di dalam aja?"
Celine berdecak. "Nggak usah aneh-aneh! Tunggu di ruang makan! Aku nggak akan lama."
Setelah itu, Celine menutup pintu kamarnya. Ia mencari pakaian santai yang cocok untuk ia kenakan hari ini, kemudian beralih ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat Celine keluar dari kamar, senyum Arya menjadi hal pertama yang menyambutnya. Pria itu sangat patuh. Dia benar-benar menunggu Celine di ruang makan hingga gadis itu menyelesaikan urusannya di kamar mandi. Keduanya pun segera makan sambil mengobrol santai.
"Apa rencana kamu hari ini? Mau jalan-jalan ke pantai? Di sekitar sini ada private beach milik villa ini," tawar Arya.
"Aku rasa aku nggak bisa. Aku harus tanya di mana Jevin. Kalau dia udah on the way pulang, aku juga harus sampai rumah secepatnya," tolak Celine.
"Harus banget? Lagi pula dia juga belum tentu peduli, kan?"
Celine tertawa dengan nada sumbang. Kenapa makin lama ia jadi makin merasa jika Arya sudah tahu terlalu banyak tentang kehidupan pribadinya?
"Aku berencana pura-pura pulang bareng dia, biar Bibi yang kerja di villa nggak curiga kalau aku sama Jevin pergi sendiri-sendiri semalam. Biar gimana pun, dia kenal sama keluarga Jevin, kami nggak mau orang tua kami curiga," terang Celine.
Arya mengangkat kedua bahunya acuh. "Terserah lah. Tapi, kalau sewaktu-waktu kamu mau ke sini atau butuh aku, jangan sungkan buat kabarin aku! Aku bakalan langsung jemput kamu di mana pun kamu minta."
Celine memilih untuk tidak menanggapi tawaran Arya. Ia tahu, itu adalah hal yang salah dan sangat berbahaya untuknya. Meski Arya dan dirinya sama-sama memiliki kekuasaan yang besar, tapi Jevin dan keluarganya pun juga demikian. Celine tidak bisa menganggap remeh orang-orang di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lips's Affair
RomanceWarning mature 21+ Tubuh wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu menegang bersamaan dengan datangnya gelombang gairah yang mengakhiri kegiatan panasnya malam ini bersama seorang pria. Keduanya saling berpelukan hingga si pria menarik kepunyaannya d...