Celine berjalan di tengah kerumunan orang yang sedang asyik berpesta. Ia tampak tenggelam dalam lautan manusia yang kini tengah menari di atas lantai dansa, di bawah lampu temaram.
Suara musik memenuhi setiap sudut telinga Celine. Tapi perempuan itu tetap tampak anggun, tak terganggu atau merasa tidak nyaman sedikit pun.
Celine sudah biasa dengan pesta seperti ini. Bahkan, setidaknya seminggu sekali perempuan itu memang rutin mengunjungi tempat hiburan malam yang masih lebih buruk dari ini.
Celine terdorong hingga tubuhnya miring ke kanan dan bahunya bersentuhan dengan seseorang.
"Sorry," ungkap Celine.
Tak ada yang ia kenal di sini. Ini hanyalah pesta yang diadakan rekan kerjanya. Ia datang sebagai perwakilan dari kantornya, sekaligus untuk berlibur di tengah padatnya pekerjaannya di kantor.
Siapa juga yang tidak tertarik menghadiri pesta pernikahan di atas kapal pesiar? Terlebih itu perempuan seperti Celine, yang memang menghabiskan sepertiga dari hidupnya untuk menikmati dunia malam.
"Boleh saya bergabung di sini?" Celine bertanya pada seorang pria yang duduk sendirian di dekat meja bar.
Pria itu meneliti penampilan Celine dari atas hingga bawah, kemudian mengangguk.
"Mau saya pesankan minum? Tampaknya kamu baru saja datang," tawar pria itu.
"Tidak perlu. Nanti saja saat ada pelayan lewat." Tak lama berselang, lewatlah seorang pelayan yang membawa nampan berisi beberapa gelas minuman. Celine segera memanggilnya.
"Thank you," ungkap Celine begitu ia mendapatkan gelasnya.
Celine nyaris lupa jika ia tak sendirian di sini. Ia baru ingat saat laki-laki itu bangkit, sembari berkata, "saya akan mentraktirmu beberapa botol wine. Tunggulah di sini!"
Celine tidak punya kesempatan untuk menolak. Melihat punggung laki-laki itu kian menjauh, Celine tersenyum kecut.
"Dasar pria kesepian," ejek Celine.
Kemudian perempuan itu menatap gelas wine-nya yang indah. Rasanya sangat mudah bagi Celine untuk membaca karakter pria itu. Bahkan, dibanding pria muda yang nyaris bercinta dengannya tempo hari, sepertinya pria ini jauh lebih polos meski dari segi penampilan sudah tampak dewasa.
Saat pria itu kembali, Celine segera menyodorkan gelasnya yang kemudian diisi oleh cairan berwarna kekuningan dengan aroma aneh.
"Ini bukan wine?" tanya Celine. Ia memang tak biasa minum selain wine. Celine tidak sehebat itu dalam urusan minum, hingga berani mencoba jenis minuman beralkohol lainnya.
"Brandy. Saya pikir kamu akan lebih menyukainya," ujar lelaki yang belum Celine ketahui namanya itu.
"Ah, tapi bukankah kadar alkoholnya sedikit lebih tinggi?" Celine malu mengakui secara gamblang kalau ia tidak terlalu baik dalam hal minum. Ia tak pernah mencoba jenis-jenis minuman beralkohol lain selain wine. Itupun, biasanya ia akan memeriksa kadar alkoholnya dulu.
"Coba dulu saja! Tapi saya yakin kau akan suka," usul pria itu.
Celine menatap gelasnya ragu. Namun akhirnya ia mulai mencicipi cairan itu. Rasanya memang berbeda. Celine belum pernah merasakan rasa seperti ini sebelumnya.
"Bagaimana? Better than your wine, right?" tanya si pria.
Celine menatap pria itu dan mengedikan bahunya. "Saya tidak bisa bilang mana yang lebih baik. Tapi rasanya memang berbeda."
Tepat setelah Celine mengatakan itu, si pria kembali mengisi gelas Celine yang tinggal menyisakan setengah cairan itu.
"Jadi, kenapa Anda tidak turun ke lantai dansa dan hanya duduk menyendiri di sini?" selidik Celine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Lips's Affair
RomanceWarning mature 21+ Tubuh wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu menegang bersamaan dengan datangnya gelombang gairah yang mengakhiri kegiatan panasnya malam ini bersama seorang pria. Keduanya saling berpelukan hingga si pria menarik kepunyaannya d...