#6

1K 181 16
                                    

©ahsahie

"Selamat siang"

Dan hanya kata itu yang mampu Asahi ucapkan lewat bibir ranumnya sekarang. Lidahnya terasa kelu, hampir tak bisa berkata-kata lagi ketika pria Yoon itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Kelopak mata itu tampak berbinar, memancarkan kesedihan mendalam serta kerinduan tak terkira. Asahi dapat merasakan aura itu ketika ia mendekat dan duduk dihadapan laki-laki itu. Tubuhnya gemetar, semakin gemetar ketika mendapati gadis kecil dihadapannya yang kini berteriak heboh.

"KAK ARTHUR!" seru gadis itu heboh sambil berlari ke arah Asahi dan memeluk lengannya. Hal itu tentu membuat Jeongwoo terkejut, "Haneul mengenalnya?"

Haneul mengangguk heboh, "Tentu saja! Kak Arthur membantu Haneul saat itu!"

Asahi tersenyum manis setelahnya, mengangguk pelan dan mengelus surai Haneul pelan, "Namamu Haneul rupanya" dibalas anggukan heboh oleh Haneul.

Haneul menoleh ke arah sang ayah yang kini hanya berdiam diri tak bergeming. Haneul melepas tautan tangan Asahi dan kembali pada posisinya semula, yakni duduk disebelah ayahnya.

Walau usianya masih kecil, Haneul mulai memahami bahwa sepertinya ada masalah orang dewasa yang tak seharusnya ia ketahui. Ia memilih sibuk kembali dengan tontonan dalam layar tablet yang sang ayah berikan sebagai hadiah ulang tahunnya beberapa bulan lalu.

"Ah baiklah, Jaehyuk ini adalah Asahi atau Arthur. Dan Asahi, ini Jaehyuk kenalanku" ujar Jeongwoo seraya mengenalkan keduanya. Merasa kondisi tampak tak kondusif karena keduanya tampak canggung. Tak tahu saja jika Jaehyuk sedari tadi hanya bisa menatap wajah itu dengan terkejutnya.

"Arthur"

Asahi menjulurkan pergelangan tangannya ke hadapan laki-laki itu. Yang diajak berkenalan hanya bisa berdiam diri, mencoba memahami sulitnya kebetulan yang terjadi saat ini.

"Jaehyuk? Kau baik-baik saja?" tanya Jeongwoo pada Jaehyuk karena sedari tadi ia hanya bisa merenung dalam diamnya.

"Jaehyuk?" panggil Jeongwoo sekali lagi, menyenggol pelan lengan Jaehyuk untuk menyadarkan laki-laki itu.

Jaehyuk tersadar sejenak, membalas juluran tangan itu dan menarik nafas panjangnya, "Yo–yoon Jaehyuk" ujarnya gugup, bahkan hampir tak terdengar.

Jaehyuk menunduk, tak berani menatap mata yang ia puja selama ini. Walau sebenarnya ia ingin sekali menatap bahkan membawa si manis dalam dekapannya yang hangat.

"Baiklah, Jaehyuk bukankah kau ingin membeli karya milik Arthur? Arthur akan mengajakmu pergi melihat kar–" ucapan Jeongwoo terpotong saat Asahi tiba-tiba berdiri dari duduknya.

"Kupikir kenalanmu sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Aku tak bisa terlalu lama disini karena pekerjaanku cukup menumpuk. Jika kau belum matang merencanakannya, sebaiknya jangan buat janji denganku Jeongwoo" ujar Asahi kemudian, berusaha menatap Jaehyuk setajam mungkin agar laki-laki itu enggan membalas atau bahkan menahannya.

"Asahi, apa yang ka–"

"Aku permisi." potong Asahi cepat. Asahi baru saja akan melangkahkan kakinya menjauh sebelum sebuah tangan besar menahan pergelangannya.

Pergerakan Jaehyuk seakan berubah dalam sekejap. Jaehyuk yang baru saja kelihatan seperti seseorang yang gelagapan berubah menjadi Jaehyuk yang tak ingin Asahi lihat kehadirannya.

"Tuan Arthur, ku beli semua karya yang kau jual. Tak tersisa."

Dan perkataan yang lebih terdengar seperti perintah itu dibalas tatapn malas oleh Asahi. Sekarang Asahi mengerti, bahwa sikap memerintah dan penuh ke-otoriteran seorang Yoon Jaehyuk rupanya tak akan pernah hilang.

Shibuya | JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang