#15

799 126 9
                                    

©ahsahie


Asahi bangun dipagi hari saat mendapati dirinya berada dalam pelukan hangat milik sang kekasih yang masih terlelap dalam tidurnya.

Asahi menggerakan badannya secara perlahan, kemudian membulatkan matanya sedikit terkejut saat mendapati Akio yang tertidur menghadap ke tembok.

Jelas saja ini bukan posisi awal mereka tidur, karena Asahi sangat ingat dengan jelas semalam saat ia menempatkan Akio tertidur diantara dirinya dan Yoshi.

Lalu siapa yang memindahkan si kecil? Tentu saja ayahnya yang tak ingin menyiakan kesempatan bagus, selama ia pula tak akan melakukan sesuatu yang tak Asahi perkenankan, Asahi tak akan bermasalah dengan hal itu.

"Sayang, pukul berapa sekarang?"

Asahi menoleh saat mendapati Yoshi yang mulai membuka matanya sedikit. Hal yang menggemaskan dan tentu saja jarang ia lihat karena ia selalu melihat sang kekasih dalam keadaan rapih dan setelan maskulin.

"Entahlah" Jawab Asahi sekedarnya sambil menurunkan kepalanya sedikit, memutar tubuhnya, dan balas memeluk Yoshi sama eratnya.

Yoshi yang semula masih belum tersadar sangat terkejut dengan perlakuan Asahi.

Asahi terkekeh pelan, "Detak jantungmu berisik"

Yoshi hanya tersenyum kecil dibuatnya, tentu saja malu karena ia tahu bahwa Asahi mendengarkan detak jantungnya.

"Kau yang memindahkan Akio?" Tanya Asahi setelahnya, masih dalam posisinya yang membenamkan kepalanya pada ceruk leher serta dada bidang sang kekasih.

Yoshi mengangguk pelan, "Takut tertindih"

"Takut menindih Akio atau kau yang mau menindihku?" Tanya Asahi usil, kini Yoshi semakin heran dibuatnya. Apakah si manisnya ini salah makan?

Asahi tertawa kecil lagi, kemudian mengusapkan jemarinya pada alis Yoshi yang menukik, hal yang sama seperti yang sang ibu sering lakukan padanya.

"Aku rindu ibuku"

Yoshi menoleh, "Akhirnya setelah sekian lama"

Kini gantian Asahi yang menukikan alisnya heran, "Mengapa begitu?"

Yoshi menghembuskan nafasnya, "Aku tahu kau merindukan ibumu sejak lama. Lalu kenapa kau tak mau menemui ibumu?"

Asahi menggeleng pelan, "Aku ragu mereka masih mau menerimaku"

Yoshi yang mendengar hal itu langsung memejamkan matanya pelan, mulai mengingat memori pertama kali dirinya bertemu dengan Asahi sekitar 4 tahun yang lalu.

Yoshi ingat jelas bagaimana Asahi saat itu.

Tajam, dingin, tak banyak bicara, penuh kewaspadaan.

Namun tidak dengan bagaimana Yoshi mulai mendapati Asahi mulai mengajak Akio berbicara, berucap, bermain, bahkan bagaimana Yoshi dapat melihat dengan jelas Asahi dengan telaten dan tulus membersihkan bekas muntahan putranya.

Asahi jauh dari kata jahat.

Asahi hanya rapuh, Asahi butuh sosok yang dapat menguatkannya, dan Yoshi pikir ini giliran dirinya membantu Asahi keluar dari bayang-bayang hidup yang berat.

"Kau tahu, jika aku berkata bahwa tidak ada orang tua yang membenci anaknya maka aku salah besar, karena aku bahkan saksi dari seorang anak yang dibenci oleh orang tuanya sendiri, yang tak lain adalah kakak kandungku sendiri. Namun ketahuilah, hati anak yang tulus adalah pilihan mereka sendiri"

Asahi diam, menunggu Yoshi mengucapkan semua pembicaraannya.

"Kau tulus, dan aku tahu itu. Kau mengingatkanku akan kakakku yang kini telah tiada. Tulus, namun rapuh. Pertama kali aku melihatmu, aku dapat melihat tatapanmu yang kosong, seakan tak ada tanda kehidupan disana. Kau mungkin bisa berjalan, bekerja dengan baik, melukis dan menghasilkan karya yang indah, mengkonsumsi semua makanan yang kau suka, namun tidak dengan jiwamu. Kau seakan mati dengan tubuh berjalan" Jelas Yoshi logis. Matanya kini menatap pupil mata Asahi yang bergetar.

Shibuya | JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang