#16

612 107 4
                                    

©ahsahie

Asahi menghembuskan nafasnya kasar, berulang kali memukul stir mobil miliknya sendiri sambil bergumam kecil.

"Ah, tak seharusnya aku berkata begitu" Gumamnya pelan sekali, hampir tak terdengar.

Dirinya kini berada didalam kendaraan beroda empat itu sendirian. Bibirnya terus meracau tak jelas serta mengumpat kecil, guna menenangkan dirinya sendiri walau kenyataannya amarahnya tak kunjung padam.

Asahi menyesal akan semua perkataan yang ia lontarkan pada Kwon Serim. Bagaimanapun juga Serim adalah seorang wanita, dan dirinya adalah pria, ia tak seharusnya berkata sekasar itu serta memojokkan seorang wanita yang berusia lebih tua darinya walau hanya beberapa tahun.

Asahi mengerti bahwa Serim pula memang tak bermaksud begitu, ia tahu jelas bahwa wanita itu juga dipaksa dijodohkan oleh Jaehyuk, walau wanita itu harusnya senang dijodohkan dengan pria yang ia cintai, jauh dalam lubuk hatinya, Serim menyayangkan satu fakta besar bahwa ia dinikahi Jaehyuk karena faktor paksaan, bukan karena keinginan alami pria itu atau karena Jaehyuk mencintainya.

Asahi tahu jelas bahwa wanita itu juga tengah berusaha memikat hati suaminya sendiri dengan berbagai cara, walau memang dengan cara yang salah.

Asahi mendesis, "Ah Serim, maaf.."

Emosinya lepas kendali beberapa waktu lalu. Asahi terus gelisah dan cemas jika Serim mungkin saja akan mengganggunya. Asahi sangat khawatir jika Serim akan melakukan suatu hal yang buruk kepadanya, dan Asahi tak menginginkan hal itu terjadi kepadanya.

Asahi takut Serim mengadukan masa lalunya dengan Jaehyuk pada Yoshi. Asahi sangat takut bukan main.

Sejak dirinya bertemu lagi dengan wanita itu setelah sekian lama, berbagai pikiran buruk terus bermunculan dalam benaknya. Asahi takut akan banyaknya kemungkinan yang terjadi termasuk Yoshi meninggalkannya, walau ia rasa tak mungkin pula.

Asahi bisa saja dengan mantap menceritakan semua masa lalunya pada Yoshi, ia tahu Yoshi tak akan merundungnya atau menghakiminya, namun tidak dengan kehadiran Jaehyuk yang semakin hari semakin mengganggunya.

"Aku jahat! Aku sangat jahat! Bagaimana jika Yoshi tahu bahwa aku menyembunyikannya?!"

Pikiran Asahi berkecamuk, dirinya gelisah bukan main.

Disaat seperti ini yang Asahi inginkan hanya bertemu dengan ibunya dan kedua sahabatnya. Asahi ingin mengadukan segalanya pada mereka, Asahi ingin mengeluh, Asahi ingin menangis, Asahi ingin mereka mengetahui bahwa hidup Asahi tak seindah yang mereka pikirkan bahkan sebelum Jaehyuk datang lagi.

"Ddrrrrt"

Ponsel Asahi bergetar, menampilkan sebuah nomor yang tak ia kenal menghubunginya.

+82*******

Asahi menukikan alisnya, "Ini bukan kode nomor telepon Jepang.."

Panggilan itu mati karena Asahi tak kunjung menjawab. Asahi mulai memejamkan matanya, memikirkan siapa kira-kira nomor sang penelepon ini karena ia tahu dengan jelas bahwa nomor pribadinya hanya ia berikan pada orang-orang terdekatnya.

"Apakah ini nomor baru milik Jihoon? Atau mungkin Junkyu?" Tanyanya menerka-nerka.

"Dddddrrrrt"

Ponsel Asahi bergetar lagi, masih menampilkan nomor ponsel yang sama seperti tadi.

Asahi meneguk ludahnya pelan, kemudian mulai menggeser icon telepon berwarna hijau bulat yang artinya ia akan menerima panggilan tersebut.

Asahi meneguk ludahnya pelan, "Ha-halo?" Tanya Asahi ragu, suaranya pelan sekali.

"Kau dimana? Aku dikantormu tapi kawanmu bilang tak menemukanmu diruanganmu" Jawab si penelepon dengan lugas, suaranya terdengar sangat berat.

Asahi membulatkan matanya, ia bahkan tak mengenali siapa sang penelepon yang nadanya terdengar akrab sekali bak seseorang yang telah lama Asahi kenal.

"Si-siapa ini?" Cicitnya pelan.

Asahi makin membulatkan matanya terkejut saat mendengar sang penelepon terkekeh. Tentu saja hal itu membuat Asahi bergidik ngeri.

Asahi baru saja ingin mematikan sambungan teleponnya hingga sang penelepon bersuara kembali,

"Wah, berapa tahun kita tak bertemu sampai kau benar-benar sudah melupakan suara adikmu sendiri? Atau memang suaraku sudah berubah?"

Asahi hampir saja berteriak kencang jika dirinya tak membungkam mulutnya sendiri dengan salah satu tangannya.

Wajahnya memerah padam dan detak jantungnya menjadi sangat cepat.

"Ha-haruto..?"

Detak jantungnya berdegup begitu kencang, Asahi bahkan tak tahu harus merespon kekehan cukup keras dari sambungan telepon itu, yang tak lain adalah kekehan sang adik.

"Kau- Bagaimana bisa kau?! Kau- kau dimana?!"

Dibalik telepon, Haruto mulai menggigit pipi dalamnya menahan gemas, tentu saja masih dengan kebiasaan lamanya.

"Aku sendirian, jangan khawatir. Cepatlah datang, kau tahu aku tak suka menunggu lama.." Jawab Haruto santai, suaranya terdengar sangat menenangkan.

Asahi cepat-cepat mematikan sambungan teleponnya sebelum ia lepas kendali untuk berteriak dan menyuruh Haruto pergi.

Asahi bukannya tak ingin Haruto datang, tapi ia tak mungkin membiarkan sang adik datang dalam situasi kini yang terbilang sedang kacau.

Ingatkan Asahi untuk menghubungi dalang dari datangnya Haruto. Asahi tak akan melupakan perhitungan dengan satu-satunya tersangka tepat malam nanti.

"AWAS KAU KIM JUNKYU SIALAN!"

• • •































HALOOOOO, long time no seee >_<

kalian apa kabar? masih kangen gak sama book ini? masih ada yang nungguin gak nih??

hari ini double update sebagai permintaan maafku karena udah hiatus sebulan :D


Shibuya | JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang