"Mark."
"Mark?"
"MARK!"
"Aduh, apa sih? Bikin kaget saja!" kata Mark yang hampir hilang keseimbangan dari kursinya.
"Habisnya sudah dipanggil berkali-kali pun kamu masih melamun. Ada masalah lagi dengan Ayahmu?" tanya seorang pemuda jangkung yang meja kerjanya tepat di sebelah Mark.
Dia adalah Kim Jungwoo, rekan magang Mark. Mereka baru saling kenal ketika keduanya sama-sama memulai hari pertama magang mereka di perusahaan L Group ini, tapi bisa dibilang Jungwoo kini adalah sahabat terdekat Mark. Ditambah lagi Jungwoo adalah orang yang memperkenalkan Mark kepada dunia game online, dimana Mark sangat bersyukur dapat mengetahui dunia baru tersebut walau harus diumpati oleh orang asing atas permainannya yang payah. Setidaknya game online itu kini menjadi sarana hiburannya satu-satunya di tengah kehidupannya yang rumit selama ini.
"Oh, bukan apa-apa. Ada urusan apa?" ujar Mark sembari menepuk kedua pipinya beberapa kali agar kembali fokus pada pekerjaannya. Tidak perlu ditanya lagi apa yang mengganggu pikiran seorang Mark Lee di jam-jam terakhir menuju waktunya pulang kerja, tentu saja itu tentang si barista imut siang tadi.
"Itu ... Pak Kim memintamu untuk ikut dengannya teken kontrak dengan klien jam 8 malam nanti," jelas Jungwoo memberikan Mark tatapan puppy-eyes yang mencurigakan.
"Aku? Apa benar yang dia minta ikut itu aku bukan kamu?" Mark menyipitkan matanya dan menatap Jungwoo tajam untuk mengonfirmasi kebenaran dari wajah sahabatnya.
"Please, Mark! Hari ini aku benar-benar tidak bisa lembur, pasangan kencan butaku minggu lalu mengajakku untuk makan malam bersama. Aku tidak ingin mengecewakannya," mohon Jungwoo kepada Mark. "Aku akan traktir makan siang besok, apapun yang kamu mau!"
Mark terkekeh, ia mendapati wajah sahabatnya begitu lucu. Pemuda beralis camar itu mengusap kepala Jungwoo dan mengangguk, membuat sahabatnya kini tampak begitu senang dan segera mengemas barangnya untuk pulang.
"Terima kasih, Bro. Adios, A-S-A-P!" ujar Jungwoo penuh semangat melemparkan Bahasa inggris asalnya, lalu pergi.
"Oke, mari kita temui Pak Kim Doyoung." Mark pun memasukkan dokumen-dokumen yang tadi diberikan Jungwoo ke dalam tasnya dan berjalan menuju ruangan atasannya.
***
Donghyuck meregangkan tubuhnya yang kaku akibat membuat pesanan kopi pelanggannya seharian. Jam sudah menunjuk pukul 6 sore yang berarti sudah tiba waktunya untuk pulang, ia melepaskan apron-nya dan berganti pakaian. Setelah ia selesai beres-beres, barulah Donghyuck pergi keluar dari gedung besar itu dan berjalan menuju halte bus.
Apakah dia hendak pulang ke rumah? Tidak, Donghyuck masih memiliki pekerjaan lain yang dimulai pukul 7 sampai 12 malam nanti. Pemuda pekerja keras itu sudah terbiasa bekerja banting tulang sejak ia masih duduk di bangku SMA, hal tersebut ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Ya, Donghyuck hidup sebatang kara semenjak kedua orangtuanya bercerai dan seakan tidak ingin menghidupinya. Sehingga Donghyuck memutuskan untuk hidup sendiri setelah ia lulus SMA. Beruntungnya, tempat kuliahnya kini menyediakan asrama bagi mahasiswa-nya. Jadi Donghyuck memiliki waktu empat tahun dalam mengumpulkan uang untuk membeli apartemennya sendiri kelak setelah ia lulus. Maka itu ia harus bekerja keras bagai kuda agar targetnya tercapai.
Donghyuck kini tiba di tempat kerjanya yang kedua, ia disambut ramah oleh rekan kerjanya yang lain. Sekali lagi Donghyuck berganti seragam dan memulai aktivitasnya sebagai seorang barista dengan nama 'Haechan' di sebuah bar ternama di kota Gangnam.
HOLY NIGHT BAR.
***
"Pak Kim ... Anda yakin mau teken kontrak di tempat seperti ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND DATE | MarkHyuck
FanfictionBerawal dari Jaemin yang merancang kencan buta untuk Donghyuck dan Jeno. Namun, Malatang Renjun membuat Jeno kena diare di hari-H. Mark yang anti-romantic pun harus menggantikan adiknya kencan buta dan malah jatuh cinta pada kaki Donghyuck. @FullSun...