Ep 19 : Lee Donghyuck

3K 309 8
                                    

A/N: Backsound Recommendation > Yiruma, (이루마) - Reminiscent (disarankan dibikin 'on repeat' gais biar musiknya muter terus sampe chapter-nya abis hehe)

-----------------------------

"Mark, apa mimpimu yang sebenarnya?"

Oh, Haechan? Apa yang dia lakukan di seberang sana?

"Mimpiku yang sebenarnya? Aku ingin menjadi musisi."

Aku menghampiri Haechan yang membelakangiku sambil menatap sungai luas di hadapannya. Tapi sebenarnya kita sedang berada dimana?

Aku mengedarkan pandanganku, sepertinya aku tertidur di dalam mobil. Kakiku melangkah ke luar, melihat ke sekelilingku dan merasa lingkungan ini begitu familiar.

Ternyata ini Sungai Han.

Aku pun menghampiri dan berdiri di sebelah Haechan, merangkul pinggangnya dan ia langsung menyenderkan kepalanya di pundakku.

Langit sudah gelap dan tidak ada siapapun di sini selain kita berdua.

Oh, pakaian kami sama seperti waktu pertama kali ke Sungai Han berdua. Apa sekarang aku kembali ke masa itu? Atau segala hal yang telah terjadi selama ini hanyalah sebuah mimpi?

Tapi tidak apa-apa, asalkan ada Haechan di sisiku.

"Musisi, ya? Cocok untukmu," kata Haechan masih menatap sungai sambil tersenyum. Aku diam-diam perhatikan wajah manisnya, rasanya seperti tidak akan bosan jika bisa melihatnya setiap saat.

"Kamu sendiri, apa mimpimu?"

Haechan tidak langsung menjawab, tapi ia malah berjalan menjauhiku tanpa menoleh ke arahku sama sekali. Aku mengikutinya dari belakang, aku dapat mendengar dirinya yang bersenandung begitu merdu. Kupandangi punggungnya, serta surai coklatnya menari-nari diterpa angin malam. Apa dia tidak kedinginan? Pakaiannya hanya selembar kaos dan celana pendek seperti itu.

"Aku ingin bebas, Mark. Aku ingin bahagia, itu mimpiku."

Haechan kini berbalik menghadap ke arahku. Bicaranya seperti itu, tapi ekspresinya justru sebaliknya. Aku tidak dapat mendeskripsikannya dengan baik, ekspresinya begitu ambigu. Sorot matanya tampak begitu sedih, namun bibirnya tersenyum.

Ah, betapa aku ingin mengabulkan mimpinya dengan segala hal yang bisa kulakukan dan kuberikan untuknya.

"Bagaimana caranya?" tanyaku sambil menyusul ke tempatnya kini berdiri mematung. "Bagaimana caranya agar aku bisa membuatmu bahagia, Haechan?"

Haechan menyuruhku untuk berhenti mendekatinya, aku pun menurutinya. Entah kenapa hatiku terasa tidak tenang, apakah karena ekspresi ambigunya? Atau karena mimpinya yang terdengar begitu putus asa?

"Kamu harus bangun, Mark. Setidaknya itulah yang bisa kamu lakukan untuk membuatku bahagia," ujar Haechan yang tak bisa kumengerti apa maksudnya. Aku ini dalam keadaan sadar, dia bisa lihat aku berdiri di hadapannya dan bicara kepadanya kan sekarang?

"Tapi ... aku kan sudah bangun, Haechan." Aku tertawa, mungkin Haechan sedang bercanda lagi. Tapi dia justru menggelengkan kepalanya.

BLIND DATE | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang