Ep 15 : Disapproval

2.9K 301 10
                                    

Mark sedang merapikan pakaiannya di dalam lemari. Ya, dia telah meninggalkan hotel dan kembali ke rumahnya. Ia sudah tidak perlu lagi menghindari Ayahnya yang terus membahas pertunangannya dengan keluarga Park, toh Jisung juga sedang berupaya untuk menggagalkan rencana orangtuanya. Jadi Mark sudah sedikit lebih santai sekarang, tinggal menyelesaikan masalah penurunan posisi CEO kepada dirinya saja.

"Hyung, dipanggil Ayah ke ruangannya." Jeno, Adik Mark itu masuk tanpa mengetuk pintu lalu pergi lagi tanpa menutup pintu. Benar-benar tabiat seorang adik yang berbakti, bukan?

Pemuda yang baru mau menyalakan komputernya untuk bermain game itu hanya memutar bola matanya malas.

'Mau bicara apa lagi, sih?' batinnya sebelum pergi menuju ruangan Ayahnya.

Mark sudah tiba di tempat yang dimaksud, hanya berdiri di dekat pintu dengan ekspresi datar. Di sana Ayahnya duduk bersandar pada kursinya sambil menunjukkan beberapa lembar foto ke arah putranya. Pemuda di ujung ruangan itu mendekat akibat tak dapat melihat foto tersebut dengan jelas. Begitu hanya tersisa dua langkah lagi hingga ia sampai ke depan meja Ayahnya, pria paruh baya itu justru melempar foto tadi dengan kasar ke tubuh Mark sampai foto-foto itu berserakan di lantai.

"Jelaskan pada Ayah," ujarnya sembari menggulung tangan di dada.

Putranya berjongkok untuk meraih foto-foto itu, betapa terkejutnya dia saat menemukan dirinya dan Donghyuck dalam foto-foto itu. Dari mulai foto mereka di café kantor, bar di Gangnam, restoran-restoran, sampai fotonya saat berkunjung ke asrama Donghyuck bersama Jeno beberapa waktu lalu.

"Apa hubunganmu dengan anak ini? Kalian terlihat cukup dekat sampai makan malam bersama hampir setiap hari," tambah Ayahnya. Mark berdiri perlahan, masih sambil memperhatikan foto-foto itu.

"Sekarang Ayah juga menguntitku?" tanyanya tak percaya. "Setelah memaksaku melakukan ini dan itu, mengatur segala keputusanku, dan kini juga merampas privasiku?"

"Jangan malah bertanya kembali saat orang bertanya padamu. Apa hubunganmu dengan anak ini, Minhyung?" kata Ayahnya tak mempedulikan protes dari putranya. "Ayah tidak ingin dengar jika kamu punya hubungan spesial dengan bocah yang bekerja di bar seperti dia. Jangan sampai mempermalukan keluarga kita lebih jauh lagi."

"Apapun hubunganku dengan dia, bukan urusan Ayah." Mark merobek foto-foto itu dan meletakkannya di meja Ayahnya. "Jangan ikuti aku lagi dan jangan pernah ganggu dia."

Mark lekas berbalik badan hendak meninggalkan Ayahnya.

"Minhyung, kamu tidak tahu mengenai latar belakangnya, kan?" ujar Ayah Mark lagi, berhasil membuat pemuda itu menghentikan langkahnya dan terbungkam. "Lihat, kamu tidak bisa menjawab berarti benar bahwa kamu tidak mengetahui apapun tentang anak itu."

Ia mengepalkan kedua tangannya kesal. Mark memang tidak mengetahui latar belakang Donghyuck, tapi sebenarnya ia hanya tidak peduli akan hal tersebut. Ia menyukai pemuda manis itu tanpa memandang latar belakangnya, melainkan ketulusan Donghyuck yang selalu memberinya rasa nyaman dan kebahagiaan.

"Dia itu penipu. Dia pasti sedang memanfaatkanmu," timpal Ayah Mark yang kemudian ditatap nyalang oleh putranya itu. "Apa kamu tidak belajar dari pengalaman? Dia itu sama saja seperti orang-orang yang hanya mengejar keuntungan dari orang seperti kita."

"Setidaknya dia jauh lebih memahamiku daripada Ayahku sendiri," balas Mark tak terima Donghyuck-nya dilabeli sembarangan oleh orang yang jelas lebih tidak mengenali pemuda manis itu dibandingkan dirinya.

"Lee Minhyung. Sebaiknya kamu menjauh dari anak itu atau kamu akan menyesal lagi," kata Ayah Mark, berusaha menjaga intonasinya agar tak meninggi.

Namun, putranya sudah tak mau lagi mendengar apalagi menuruti perkataan Ayahnya. Mark melanjutkan langkahnya meninggalkan ruangan itu tanpa merespon permintaan Ayahnya. Pria paruh baya itu mengusap wajahnya kasar sambil bergeleng, sudah tak tahu lagi harus melarang anaknya seperti apa untuk menurutinya.

BLIND DATE | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang