Cinta.
Hal yang dirasakan terhadap satu sama lain oleh kedua pemuda yang hatinya pernah dilukai oleh 'cinta' itu sendiri.
Perceraian kedua orangtua Donghyuck telah menjadi alasan utama bagi pemuda pekerja keras itu untuk tidak lagi mempercayai arti 'cinta'.
Sedangkan Mark yang selalu mengalami pengkhianatan dan kemunafikan orang-orang di sekitarnya juga berhasil membuat pemuda kesepian itu takut akan 'cinta'.
Namun, takdir tampaknya ingin sedikit mempermainkan kedua pemuda yang tak percaya 'cinta' itu dengan kerap kali mempertemukan keduanya di berbagai situasi. Setidaknya begitulah pikir Donghyuck, ia tidak menyangka kalau jawaban asalnya atas pertanyaan Mark pada 'hari itu' justru seakan menjadi kenyataan.
"Apa kita bisa bertemu lagi, Haechan?"
"Tergantung takdir."
Apakah benar takdir memang ingin mempermainkan mereka?
Atau justru membantu mereka?
***
Semenjak perjalanan tengah malam beberapa minggu lalu, Donghyuck dan Mark tidak pernah bertemu lagi. Mark tidak datang ke café kantor seperti biasanya, Donghyuck juga tidak memiliki keinginan untuk mencari pemuda beralis camar itu. Pernah satu kali mereka bertemu di Bar tempat kerja kedua Donghyuck, namun keduanya saling berpura-pura tak melihat. Padahal tidak ada pertengkaran yang pernah terjadi.
"Kenapa kalian tidak saling bertemu lagi?" tanya Jaemin dengan dahi mengkerut dan kedua tangan di pinggang. Donghyuck yang sedang sibuk di dunia game online-nya memutuskan untuk mengabaikan pertanyaan teman sekamarnya itu.
"Kalau tidak jawab pertanyaanku, aku matikan ya!" ancam Jaemin yang tangannya siap menarik kabel komputer Donghyuck.
"Hah! Jangan gila!"
"Oh, aku memang segila itu untuk menarik kabel ini!"
"Iya, iya! Tunggu, aku pause dulu!" Donghyuck mendecak kesal dan menghentikan permainannya sementara. Ia pun memutar kursinya mengarah Jaemin dengan ekspresi sebal. "Apa?"
"Kenapa kamu tidak bertemu lagi dengan Mark Lee?" ulang Jaemin, kini tangannya digulung di dada.
"Tidak ada alasan," jawab Donghyuck singkat, namun sosok di hadapannya terlihat tidak puas atas jawaban tersebut. Ia pun menghela napas panjang. "Oke, kurasa dia menjauhiku. Puas?"
Jaemin mengerutkan keningnya sekali lagi, tidak memahami jawaban Donghyuck. "Kenapa?"
"Tidak tahu." Donghyuck mengangkat bahunya. "Mungkin dia sadar kalau apa yang terjadi malam itu sudah melewati batas. Tapi baguslah, aku jadi tak perlu repot."
"Apanya yang melewati batas?" selidik Jaemin lebih dalam, ia menyadari bahwa ada yang belum diceritakan oleh sahabatnya. Betul memang, Donghyuck tidak menceritakan mengenai dirinya yang malah menutup kedua matanya ketika Mark mendekatkan wajahnya.
"B-bukan apa-apa!"
DING!
Notifikasi ponsel Donghyuck berbunyi, dengan cepat tangannya meraih ponselnya untuk mengecek dari siapakah pesan tersebut. Jaemin dapat melihat sekilas ekspresi kecewa Donghyuck setelah ia buka pesan itu, sepertinya bukan pesan dari orang yang ia harapkan. Jaemin menyadari kebiasaan baru sahabatnya akhir-akhir ini, begitu suara notifikasinya berbunyi, Donghyuck akan segera mengeceknya dengan cepat lalu terlihat kecewa setelahnya. Dan hal tersebut terjadi semenjak ia menyaksikan Donghyuck diantar pulang oleh Mark.
"Bukan Mark, ya?" tanya Jaemin yang kemudian dijawab dengan anggukan kepala oleh Donghyuck. Tapi lawan bicaranya itu langsung gelagapan akibat ia secara tidak langsung mengakui bahwa ia menunggu pesan dari seorang oknum bernama Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND DATE | MarkHyuck
FanfictionBerawal dari Jaemin yang merancang kencan buta untuk Donghyuck dan Jeno. Namun, Malatang Renjun membuat Jeno kena diare di hari-H. Mark yang anti-romantic pun harus menggantikan adiknya kencan buta dan malah jatuh cinta pada kaki Donghyuck. @FullSun...