Di suatu café 24 jam, hanya ada dua pemuda yang duduk satu meja tanpa sepatah kata pun di dalam sana. Keduanya seakan memahami perasaan satu sama lain yang tidak ingin ditanya 'kenapa' atas kehadirannya di tempat itu, jam segini, dan raut wajah yang suram. Donghyuck pun tersadar dari lamunannya, ia perhatikan sosok di depannya yang masih hanyut dalam pikirannya sendiri. Sepertinya baru kali ini ia perhatikan paras orang itu dengan saksama. Mereka memang sering bertemu di kantor, tapi Donghyuck lebih banyak membelakanginya untuk membuat pesanan sehingga ia tak memiliki banyak kesempatan menelaah rupa pemuda itu.
Saat bertemu pertama kali di kencan buta hari itu pun, Donghyuck sibuk memikirkan cara untuk pulang cepat saja dan tidak menyadari betapa bulatnya mata Mark, hidungnya yang mancung, rahangnya yang tegas, serta betapa sempurnanya komposisi wajah manusia di hadapannya itu. Donghyuck sadar sejak awal kalau Mark itu tampan, tapi ia baru saja sadar bahwa Mark 'sangat tampan'.
'Sial, apa yang baru saja aku pikirkan?'
Donghyuck menampar dirinya sendiri, membuat sosok yang sedang termenung itu kini memperhatikannya.
"Oh, ada nyamuk di pipiku," alibi Donghyuck sebelum Mark menanyakan tingkah anehnya barusan.
Mark terkekeh melihat pipi Donghyuck memerah akibat tamparannya sendiri, ia pun mengangkat gelas berisi barley tea dinginnya dan menempelkannya ke pipi pemuda manis itu.
"Apa kamu ingat? Ini café tempat kita kencan buta dulu lho," ujar Mark membuka pembicaraan. "Tanpa sadar aku menyetir kemari, seakan berharap menemukan sesuatu di sini."
'Tak kusangka aku benar-benar menemukan apa yang aku cari di sini'
Pikir Mark sambil tersenyum sendu.
Sedangkan Donghyuck mulai melihat seisi café, ia baru menyadari bahwa pernyataan Mark benar adanya. Padahal ia hanya memasuki sembarang tempat yang kebetulan ada di hadapannya untuk bersembunyi dari Ayahnya. Pas sekali café ini terletak di tempat terpencil yang jauh dari asramanya.
Mereka pun kembali hening, tapi kali ini keheningan itu membuat Donghyuck tidak nyaman.
"Aku tidak akan tanya 'apa yang terjadi padamu?' jika kamu tidak ingin," sahut Donghyuck berusaha memecah keheningan. Mendengar pertanyaannya tersebut, Mark kembali tertawa.
"Yah ... masalah keluarga," jawab Mark dengan suara pelan. Pemuda bersurai coklat di hadapannya hanya mengangguk-angguk, Mark lalu tersenyum sebelum bertanya kembali. "Aku juga tidak akan tanya seperti 'kenapa kamu juga tampak murung malam-malam?' jika kamu tidak ingin."
Kali ini Donghyuck menertawai bagaimana Mark mencuri caranya bertanya tentang kehadirannya di tempat seperti ini tengah malam.
"Dasar, pelanggaran hak cipta tuh," ujar Donghyuck sebelum menjawab Mark lagi. "Aku juga ... masalah keluarga."
Donghyuck menundukkan kepalanya sambil ia memainkan sedotan pada gelasnya. Perasaan sedih bercampur kesal itu kembali menyelimuti hatinya. Mark menyadari wajah pemuda manis itu menjadi murung lagi, ia menyesal telah bertanya.
Tiba-tiba saja sebuah ide melesat di benaknya, namun Mark ragu untuk menyampaikannya. Tapi ia pikir ide itu tidak buruk juga, jadi ia pun memberanikan diri untuk mengatakannya.
"Mau jalan-jalan?"
.
.
.
Sebuah mobil sedan hitam melaju cepat membelah jalanan malam yang sepi. Lagu 'Queen - Somebody to Love' mengiringi perjalanan kedua pemuda yang sedang dilanda kekecewaan, tapi tampaknya beban keduanya sudah sedikit terangkat berkat angin malam dari jendela mobil yang menerpa tiap helai surai mereka. Donghyuck, sebagai penggemar lagu lama ikut bernyanyi bersama suara radio yang menggaung di dalam mobil. Sedangkan Mark yang pada dasarnya ingin menjadi musisi juga sangat familiar dengan lagu populer itu pun turut bernyanyi bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLIND DATE | MarkHyuck
FanficBerawal dari Jaemin yang merancang kencan buta untuk Donghyuck dan Jeno. Namun, Malatang Renjun membuat Jeno kena diare di hari-H. Mark yang anti-romantic pun harus menggantikan adiknya kencan buta dan malah jatuh cinta pada kaki Donghyuck. @FullSun...