15 :: Masih berharap dan rasa penyesalan

2.9K 194 6
                                    

***

Gatra terima kasih sudah pernah hadir di dunia ini lalu pergi dan tak akan kembali.

--

:
:

Guruh baru saja selesai menerima panggilan dari salah satu orang bayarannya yang mencari tentang bundanya. Sudah sekitar dua minggu lamanya, Bundanya menghilang entah kemana. Bahkan saat Yuda berada di  rumah sakit bundanya sudah tak bisa di hubungi. Guruh langsung mengerahkan seluruh orang kenalannya yang bisa membantu mencari keberadaan bundanya.

Netranya menatap ke arah dua adiknya yang sedang tidur di bangku depan ruang ICU. Enggan menganggu tidur keduanya, lantas Guruh memandang ke arah Gatra yang terbaring dengan berbagai alat terpasang di bagian tubuhnya.

Ingatannya memutar memorinya dengan Gatra yang tak begitu banyak karena Guruh yang sejak kecil tinggal bersama kakeknya. Dia hanya tahu jika ia memiliki adik bungsu bernama Gatra saat itu. Dan dia baru tinggal bersama orang tuanya saat Gatra sekitar umur 4 tahun.

Guruh menghela nafas pelan, dia harus kuat untuk keadaan sekarang ini. Dia tidak boleh lemah atau bahkan membiarkan adik-adiknya merasakan rasa sakit lagi terutama untuk Gatra. Guruh tak akan membiarkan anak ini menderita kembali. Setelah semua membaik Guruh akan menanyakan alasan Yuda melakukan semua ini.

Kakinya melangkah mendekat ke arah pintu ruang ICU, matanya menatap grafik jantung dan pernafasan Gatra yang lemah. Hanyut dalam kegiatannya saat itu hingga kedua alisnya bertaut. Grafik jantung dan pernafasan Gatra lurus di barengi dengan suara nyaring dari dalam ruangan.

"Dokter!" teriaknya sampai membuat Ditya dan Raksa terbangun dari tidurnya. Tak lama tenaga medis datang dan menangani Gatra.

Jaya dan Sastra yang baru saja kembali ke rumah sakit setelah pulang sebentar untuk mengambil barang dan juga mengantar Satya dan Arjuna istirahat, langsung menghampiri ketiganya. Sastra menatap Guruh cemas, menatap Guruh meminta penjelasan.

"Gatra kenapa?! Ada apa?! Bilang Mas!" Sentak Sastra saat respon Guruh hanya diam dengan sorot mata khawatirnya. Sedangkan Raksa, pemuda itu menatap bagaimana tenaga medis tengah berusaha menyelamatkan adik bungsunya. Kepalanya menunduk dalam setelahnya, tak kuat ketika melihat keadaan Gatra.

"350 joule!" titah dokter. Dan tak selang berapa lama monitor kembali menunjukan terdeteksinya detak jantung meski dibawah kisaran normal dan lemah. Dokter keluar dari ruang ICU dengan beberapa tenaga medis lainnya.

"Saya bersyukur sangat bersyukur karena pasien masih bisa bertahan, awalnya saya tak yakin jika pasien akan bertahan lama tetapi ternyata dugaan saya salah. Meski pasien selamat dari kematian tetapi detak jantungnya masih sangat lemah."

Semua orang bernafas lega. Allah masih ingin melihat Gatra bahagia karena itu Dia tak memanggilnya secepat ini. "Terima kasih dokter, apa adik saya akan segera bangun?" Tanya Ditya pelan.

Dokter terdiam sebentar sebelum mengangguk ragu. "Emm.. saya tidak yakin, tetapi kemungkinan itu sangatlah kecil. Tetapi, tidak ada salahnya kita berdoa dan berharap bukan? Saya hanya bisa mengatakan jangan patah semangat untuk terus menunggunya. Kalau begitu saya pamit permisi dulu."

"Saya yakin Gatra bakalan bangun," ucap Jaya. (seenggaknya untuk beberapa menit) lanjutnya dalam hati.

Satu jam kemudian ...

Gian Pramatya; Lee Haechan [ end. ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang