07 :: obrolan singkat

1.9K 237 14
                                    

***
'Entah sebuah kebohongan atau bukan, gue gak tahu. Semoga saja perkataan yang selalu ia lontarkan dari bibir mungilnya itu adalah sebuah kebenaran. Semoga saja.'
Sastra.

:
:


"Woi! Ndang ring mlaku!"

Satya berteriak dari kejauhan memanggil kembarannya dan dua adik kelasnya. Sekarang mereka sedang berjalan di trotoar jalan. Sesuai dengan ajakan Satya ketika jam istirahat pertama, Jum'at kemarin. Harusnya kemarin, tapi Gatra tak bisa ikut jika kemarin. Maka dari itu, di gantilah hari sabtu ini oleh Satya.

"Kak Sas sama Juna lepasin ih!" Protes Gatra dengan menggoyangkan kedua sisi lengannya.

Puk! Puk!

"Diem aja napa sih! Entar mak lampir ngamok kalo lo kagak ikutan!" Ucap Juna setelah menepuk pelan lengan temannya itu.

Sastra hanya mengangguk menyetujui ucapan Arjuna. Sedangkan Gatra sudah pasrah saja. Menurut dengan ajakan kakak kelasnya itu.

"Kak, Gatra mulih ae yo? Wis mendung kae langit'e," Gatra berucap sambil mendongak menatap langit siang kota Jogja yang mendung.

"No ... no! Lo mesti ikut, masalah nanti mau ujan tinggal ngebabuin Sastra buat nganter lo balik!"

Sastra langsung mendelik kearah kembarannya. Ya ini perannya jika bersaudara kembar dengan Satya, bukan menjadi seorang kakak saja namun merangkap menjadi babu sekaligus.

"Yayaya ... serah dah, gue anter balik nanti kok. Tenang ae."

Setelah Sastra selesai berucap tadi, kakinya melangkah mengikuti langkah Satya yang sudah berjalan menyeberang.

"Akhir'e tekan tujuan!" Teriak Arjuna dan Satya bersamaan.

Gandengan pada lengan Gatra pun sudah Arjuna dan Sastra lepaskan. Sekarang mereka tengah berada di alun-alun kota. Gatra tak menyangkan dirinya akan bermain sejauh ini.

"Kita mau ngapain di sini kak?" Tanya Gatra sambil meremas pelan lengannya yang lumayan pegal karena di gandeng Sastra dan Arjuna.

Sastra menoleh kemudian menggeleng, "kagak tahu gue, lo  tanya Satya aja lah. Dia yang ngajak kan?"

Gatra mengangguk samar kemudian tungkainya berjalan menghampiri Arjuna dan Satya yang tengah asik dengan drone yang sengaja Satya bawa.

"Kak? Kita mau ngapain di sini emangnya?"

"Ngapain aja lah terserah, lo mau jalan-jalan sama Sastra yo kana. Sek penting jo adoh-adoh."

Ucapan dari Satya makin membuat Gatra bingung. Aduh ... mau ngapain coba. Kalau tahu begini Gatra lebih milih pulang terus kerja. Daripada berdiri tak ada kerjaan, Gatra berjalan lunglai menghampiri Sastra yang sudah berbaring di tanah dengan pohon rindang yang meneduhinya.

"Satya pasti bilang gini ya, 'terserah ngapain aja deh'," ucap Sastra ketika merasakan kehadiran Gatra yang sekarang duduk di sampingnya.

Gatra mengangguk lesu, tak peduli apa Sastra melihat gerakan nonverbal-nya atau tidak. Mood nya turun, dia cuman mau pulang aja sekarang. Takut banget ketika pulang dia kena marah lagi.

"Eh ... eh!"

"Udah sini tiduran aja, lo jangan banyak pikiran deh kasian otak lo."

Gatra menyamankan kepalanya yang sudah berbaring di atas perut Sastra. Rasanya aneh ketika dia tiduran dengan berbantalkan perut Sastra. Ini baru pertama kalinya bagi Gatra.

"Kalo ngantuk, tidur aja. Nikmatin waktunya sekarang, kapan lagi lo santai dikit kan?"

Gatra mengikuti perkataan Sastra. Mengistirahatkan tubuhnya sebentar itu tak masalah bukan?. Dia memang butuh waktu seperti ini.

Gian Pramatya; Lee Haechan [ end. ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang