❝Aku selalu ada untukmu, walau tidak dibutuhkan.❞
Aora Visces Aquela
by author━━━━━━━ ◩◪ ━━━━━━━
Kelas Aora sangat sepi. Semua anak, termasuk Eva, pergi ke kantin untuk mengisi kekosongan perut mereka.
Aora tidak ikut karena ia sudah... kenyang. Kenyang akan perkataan pedas Han yang ia dapat tadi pagi. Ya, Aora masih memikirkan itu.
"Aku selalu ada untukmu, walau tidak dibutuhkan." batin Aora.
Moodnya turun drastis. Ia tak tahu kapan Han bisa menghargai perasaannya.
Mungkin benar perkataan Eva waktu itu, bahwa ia tak seharusnya banyak berharap pada Han. Itu bisa membunuh hatinya, yang sudah terlebih dahulu membeku, terbalut dinginnya luka yang tertoreh dimana-mana.
Sudah seharusnya Aora paham bahwa hatinya sangat rapuh. Bahwa sudah terlalu banyak luka yang harus ditambal, walaupun tambalan itu takkan berguna. Setiap saat luka itu selalu terbuka, membiarkan pisau lain masuk mengiris lebih dalam.
Aora merobek kertas dari bukunya. Lalu melipat kertas itu, membentuknya menjadi sebuah pesawat.
Setelah jadi, Aora pergi ke balkon kelas. Ia menerbangkan pesawat kertas itu.
"Yah kok ga bisa terbang," ucap Aora sedih, melihat pesawat itu yang bukannya terbang tinggi bagai ekspektasi, namun malah jatuh terpuruk bagai realita.
"Cara nerbanginnya salah," kata seseorang.
Aora menoleh, matanya terpancang pada seorang laki-laki yang duduk di atas pembatas balkon. Lelaki itu memandang pesawat kertas Aora yang jatuh di halaman sekolah.
"Kertas yang lu pake juga lecek, ga akan bisa terbang dengan baik." tambah Brian.
"Kamu?" Aora bergumam, ia tertegun karena seorang idol seperti Brian sedang bicara dengannya.
"Gua jadi teringat masa kecil," ucap Brian. "Ketika gua ga punya temen, kerjaan gua tiap hari cuma nerbangin pesawat kertas."
Aora mengerutkan dahi.
"Kamu pernah kesepian?" tanyanya heran, sekaligus mengecek apakah Brian akan merespon kata-katanya.
"Sekarang juga kesepian," jawab Brian memandang Aora.
Aora tak percaya. "Kamu idol. Banyak orang yang suka sama kamu."
"Lu mau ngomongin para fans gua?" kata Brian mengangkat alis. "Mereka semua munafik. Mereka cuman suka sama kegantengan gua."
"Tapi..." tukas Aora. "Kamu masih punya Irene." Ia teringat kalau Brian berpacaran dengan selebgram tersebut.
Brian tidak menyahut. Lelaki itu menatap Aora dengan raut wajah seolah ingin menyampaikan sesuatu. Aora memalingkan wajahnya, kegugupan menerpanya.
Ia tak pernah bicara pada Brian sebelumnya, meskipun saat kelas 10 dulu mereka pernah satu kelas. Tetapi Aora mengira Brian juga membencinya seperti anak laki-laki yang lain.
"Gua ga terlalu tau tentang lu," ungkap Brian. Aora kembali memandangnya.
"Gua cuman denger dari pembicaraan orang-orang yang ga bisa gua percaya sepenuhnya." lanjut Brian. "Bisa lu kasih tau, kenapa lu jadi kupu-kupu malam?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM GROSS [TELAH TERBIT]
Teen Fiction❝Kita berdua sama-sama pendosa, yang memang pantas berakhir di penjara.❞ ────── Kisah kelam antara dua pendosa, Han dan Aora. Antara cinta dan duka. Antara rindu dan sendu. Antara manis dan miris. Awal yan...