❝Bintang udah pergi, jauh, lo ga akan bisa menggapai dia di atas sana.❞
•••
"Liat aja, gua bakal bikin lo nyesel udah nolongin cewek itu."
Perkataan Mely masih terngiang di kepala Han.
Lelaki itu membuang vape yang telah habis dihirupnya ke tong sampah. Dengan kedua tangan tersembunyi dalam saku, gurat wajah yang sangat menampakkan kebingungan bercampur kecemasan, Han menyenderkan punggungnya pada tiang listrik.
Mata Han melirik dengan malas pada setiap kendaraan yang lewat di jalan.
Jalan ini, jalan dimana ia tanpa sengaja menabrak Aora hingga buru-buru membawanya ke rumah sakit. Untuk sebulan ini, Han bersyukur ia telah menjadi teman baik untuk Aora, sebagai tebusan rasa bersalahnya pada gadis itu.
Meski demikian, Han masih memiliki segurat penyesalan di dadanya. Andai pada malam itu para polisi tidak sedang mengejarnya yang membuatnya harus menyetir dengan terburu-buru, kecelakaan itu pasti takkan pernah terjadi.
Han pikir ia telah membuat hidup Aora bertambah sengsara dengan membuatnya dirawat di rumah sakit, sementara, tampaknya gadis itu tak memiliki keluarga yang baik yang bisa menjenguk dan melihat keadaannya.
Han menghembuskan asap vape yang sedari tadi disimpan dalam mulutnya, mendongak menatap langit malam yang suram, segala hal tentang gadis itu membuatnya cemas. Ia benci perasaan manusiawi seperti ini.
Dan yang lebih membuatnya jengkel, malam ini ia harus melaksanakan tugas dari ayahnya; membunuh seorang pejabat menteri.
Ia tak bisa menolak, karena ia juga butuh melakukan itu untuk menuntaskan hasrat busuknya. Sungguh jika Han bisa memilih, ia tak mau ditakdirkan menjadi psikopat seperti ini. Dengan kata lain, ia benci dirinya sendiri.
Dengan penuh perasaan yang campur aduk; kesal, marah, sedih, bingung, cemas, Han menghampiri motor yang telah terparkir tak jauh dari posisinya. Ia harus menyelesaikan tugas itu secepatnya. Agar ia bisa kembali menemani Aora, gadis lucu yang selalu memanggilnya 'Bintang' itu.
Jika Aora memanggilnya Bintang, ia sendiri memanggil Aora apa? Bulan?
Han memakai helmnya, tersenyum sendiri membayangkan wajah gemas Aora yang sedang menunggunya di rumah sakit. Setelah menstarter motornya, ia segera melaju ke tempat tujuan: rumah menteri keuangan.
Di tengah jalan, seseorang dengan motor besar mengikutinya di belakang.
Dor! Dor!
Seseorang itu menembakkan peluru ke arahnya. Tidak kena, Han menoleh dan segera memutar motornya untuk menghampiri orang itu.
Belum sempat Han mengambil senjata dari saku jaket, orang itu lebih dulu menembaknya beberapa kali. Salah satu pelurunya mengenai ban motor Han hingga membuat Han terjatuh dan terguling cukup jauh.
Tepat ketika tubuh Han tergeletak lemah di aspal, tertatih berusaha berdiri, orang yang tak dikenal itu mendekatinya. Bersama motornya, sambil melewati tubuh Han, dia menembakkan pelurunya dua kali.
DOR! DOR!
"ANJING!" umpat Han yang tak sempat menghindar, dua peluru tersebut telak mengenai dadanya,menyeruak masuk bersama rasa nyeri.
Dor! Dor! Dor!
Dengan sisa tenaganya Han berusaha membalas orang itu dengan pistolnya, namun orang asing tersebut terlanjur jauh dan peluru yang ia tembakkan tidak tepat sasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
I AM GROSS [TELAH TERBIT]
Teen Fiction❝Kita berdua sama-sama pendosa, yang memang pantas berakhir di penjara.❞ ────── Kisah kelam antara dua pendosa, Han dan Aora. Antara cinta dan duka. Antara rindu dan sendu. Antara manis dan miris. Awal yan...