21. Bintang

103 32 25
                                    

❝Hidup aku udah hancur, kalau aku sembuh nanti, aku bakal ngerasain kesakitan yang lebih perih lagi.❞

•••















































Di rumah sakit, beberapa bulan yang lalu.

"Lo udah mendingan?"

Aora mendengar suara seseorang di sampingnya. Meski kepalanya terasa sangat sakit, ia memaksakan diri untuk membuka mata. Seketika ia melihat seorang lelaki sedang tersenyum padanya, menatapnya dalam-dalam, sembari membelai rambutnya.

"Kamu?"

"Kata dokter lo harus dirawat di sini sampe dua bulan." Lelaki itu memberitahunya. "Tapi tenang, semua biaya rawat lo udah gua bayar. Jadi lo ga perlu khawatir."

"Kamu malaikat ya?" Ucap Aora tersipu. "Baik banget."

"Haha." Lelaki itu tertawa. "Gua terlalu jahat buat jadi malaikat."

Aora tersenyum, bahagia bisa melihat lelaki ini lagi. Meski ia belum tahu siapa namanya.

"Gua yang bikin lo kayak gini, jadi gua yang harus tanggung jawab." Ungkap lelaki itu dengan raut wajah penuh penyesalan. "Sorry. Andai gua lebih hati-hati bawa mobilnya, lo pasti ga akan kayak gini."

Lelaki itu mencium punggung tangan Aora. "Maafin gua."

"Jangan merasa bersalah." Aora berusaha keras menggelengkan kepalanya. "Lagipula gara-gara kecelakaan itu aku jadi bisa ketemu sama kamu, bintang."

"Bintang?" Alis lelaki itu terangkat. "Why?"

"Boleh ga aku panggil kamu bintang?" Pinta Aora.

Lelaki itu mengangguk sambil tertawa. "Bebas."

"Kamu ganteng," puji Aora pada Bintang.

"Lo juga cantik," balas Bintang.

Aora menggeleng. "Aku kotor."

"Apa hubungannya?" Bintang mengernyit bingung.

"Pas aku kecelakaan kemarin sebenarnya aku lagi depresi, harusnya aku mati aja ya pas itu." Celoteh Aora tiba-tiba.

Bintang terkejut. "Lo ga boleh ngomong gitu," pungkasnya. "Nanti gua nangis gimana?"

"Yakin kamu bakal nangis? Kita aja baru kenal, Bintang." Ucap Aora yang sungguh merasa nyaman dengan laki-laki di sampingnya ini.

"Ya..." Bintang berpikir sejenak. "Justru itu yang bisa bikin gua nangis. Kita baru ketemu masa lo langsung pergi gitu aja." Bintang mengelus lembut pipi Aora. "Lo harus sembuh, oke? Gua bakal temenin lo terus. Sejak awal lo keliatan rapuh banget. Tapi gua yakin abis ini lo bakal baik-baik aja."

"Darimana kamu tau?" Tanya Aora.

"Ada gua," jawab Bintang. "Mulai sekarang lo bisa datang ke gua setiap ada masalah."

Aora terdiam. Ia sangat terharu mendengar ucapan Bintang. Tanpa sadar air matanya mengalir.

"Kenapa nangis?" Bintang panik. "Ada yang sakit?"

Aora menggeleng. "Aku cuma ga nyangka aja bisa ketemu sama cowok sebaik kamu."

Bintang mendekatkan wajahnya ke Aora, menghilangkan air mata gadis itu, berbisik pelan, "Everything will be fine. Gua ga telat kan datangnya?"

I AM GROSS [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang