Ingin Dekat

221 26 2
                                    

*Italic : flashback

Seokjin melirik Kijoon yang terantuk di kursi sebelahnya. Mencoba membangunkannya, lagi dan lagi. Sejak beberapa saat lalu, teman sekelasnya itu memejamkan mata dan seolah menyerah pada rasa kantuknya. Beberapa kali ditegur panitia yang berkeliling memeriksa. Seokjin tak habis pikir, mereka berada di aula Fakultas dan sedang menghadiri seminar, tetapi Kijoon malah tertidur seolah tak peduli pada sekitarnya. Sebenarnya dia tak berminat mengikuti seminar, tetapi dari jurusan mewajibkan ada perwakilan dari masing-masing kelas di masing-masing angkatan untuk ikut.

Mau-tak mau dia menurut saja ketika ditumbalkan oleh teman-teman sekelas bersama Kijoon yang sedang malas mengikuti kelas Budaya. Walau tak jauh beda di kelas, di seminar Kijoon juga malas dan malah tertidur. Laki-laki di sebelahnya itu hanya bertahan di beberapa menit pertama setelah menghabiskan dua kudapan yang diberi panitia.

"Lo kalau tidur mulu, bisa dikeluarin panitia nanti." Seokjin meletakkan tangan Kijoon di genggamannya dan mencubit punggung tangan itu agar sang empunya tetap melek.

"Biarin. Enak kalau dikeluarin, gue bisa tidur di belakang gedung. Ngantuk banget, sumpah." Kijoon melirik tangannya yang dicubiti Seokjin. "Lo kalau mainin tangan gue gitu, malah bikin gue ngantuk Jin." Seokjin melepaskan tangannya sambil terkekeh.

"Lo ngapain aja sih semalam sampe gini hari masih ngantuk?"

"Jaga di bar kakak gue. Sialan emang. Gue bilang ada kuliah pagi, malah disuruh jaga sampe subuh." Kijoon menguap lagi dan mengundang tatapan aneh dari beberapa peserta yang duduk di sekitar mereka.

"Lo nggak nolak?" Seokjin menatap pada layar proyektor yang menampilkan power point perihal wirausaha.

"Nggak bisa nolak sih. Di sana tuh asik, cuma ya waktunya nggak tepat aja. Itu bisnis keluarga, dan mau gak mau gue juga harus ikut ngurusin."

"Asik karena banyak cewek ya?"

"Tentu saja. Banyak ABG penasaran yang baru pertama kali datang ke sana dan gue dengan senang hati memandu mereka."

"Di bar lo ada ruang privat gitu nggak sih?"

"Oh, tentu ada. Kalau VVIP ingin pesan tempat privat dan tertutup, kita selalu sediakan. Tapi, yang bukan VVIP juga bisa sih jika pesan di hari sebelumnya. Kenapa emang? Lo mau pesen?"

"Yakali. Gue bisa disate mama gue."

"Anak baik-baik sih ya." Seokjin terkekeh. "Ngomong-ngomong nih...gue udah nemuin siapa yang bawa obat laknat ke pesta gue waktu itu."

"Oh ya? Siapa?" Seokjin menunduk ketika Kijoon menunjukkan gestur akan berbisik.

"Habis acara ini gue ceritain lengkap."

"Ck! Lama."

"Kalau gue cerita sekarang, yang ada kita jadi sasaran buat disuruh tanya. Nanti gue ceritain sambil ngemil batagor."

"Iye dah. Gue sabar-sabarin nunggunya."

****

"Lo ngelamunin apa?" Taehyung membanting tubuhnya di kasur kamar yang ditempati Seokjin. Menelungkupkan badan dengan menatap pada sahabatnya yang duduk bersandar pada headboard dan menatap kosong tembok di depannya. "Serius banget kayaknya."

"Hanya...beberapa hal." Sahut Seokjin tak mengalihkan pandangan. Dia teringat cerita Kijoon saat makan siang di belakang gedung jurusan mereka. Sambil menatap parkiran dan lalu lalang mahasiswa lain yang membeli batagor di samping gedung seni, Kijoon memberitahunya perihal siapa yang membawa obat itu.

"Itu ternyata milik kawan semasa SMP gue. Dia kebetulan seorang yang lumayan jadi incaran dan masih berhubungan dengan gu. Jadi, gue undang dia karena ya...kayaknya dia kenal dengan beberapa selebgram dan manusia hits di kota. Dia juga lumayan hits sih, tapi emang kelakuannya agak-agak. Suka main cewek dan yahh...berengsek sih. Dia ngaku ke gue setelah gue bikin pengumuman di salah satu grup berisi anak-anak hits."

Promise | NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang