Shopping

184 28 2
                                    


Pulang dari bukit beberapa hari lalu, Seokjin minta diturunkan di salah satu kafe dekat komplek rumah mereka dan menyuruh Namjoon pulang terlebih dahulu. Takut jika pulang bersamaan akan ketahuan Taehyung, dan dia tak mau itu terjadi. Hari ini dia ada janji makan dengan Namjoon lagi dan bertepatan dengan Taehyung yang sibuk di UKM Dance hingga malam. Namjoon bilang mereka akan ke salah satu toko kaset. Ada salah satu kaset yang sangat diinginkan Namjoon dan pria itu menyanggupi akan mengajak Seokjin makan sushi.

Janjian di depan GOR milik kampus, Seokjin berjalan dari gedumg jurusannya dengan melirik kanan-kiri. Takut jika bertemu kenalannya. Dia menatap pada mobil hitam yang dikenalinya dan bergegas. Memasuki mobil itu dan menyuruh Namjoon segera tancap gas seraya memasang sabuk pengamannya. Dia begitu ketakutan setiap pergi bersama Namjoon, selalu berdebar dan was-was. Mengapa ini membuatnya tak nyaman? Dan mengapa juga walau dirinya sudah tahu hal ini membuatnya tak nyaman, dia tetap mau menemui Namjoon secara sembunyi-sembunyi begini?

Ketika mobil berhenti di parkiran sebuah mall, Seokjin tersadar dari lamunannya. Selama perjalanan dirinya diam dan bergelut dengan pikiran sendiri. Tak menyadari Namjoon yang mencoba mengajaknya berbicara beberapa kali. Pria itu berhenti meraih Seokjin dari lamunan dan fokus menyetir.

Mall hari itu lumayan ramai, Seokjin merassa khawatir lagi hingga telapak tangannya dingin. Debaran jantungnya juga menggila. Namjoon yang menyadari ketegangan tetangganya mengajak pemuda melewati rute sepi menuju toko kaset langganannya. Mencoba meraih tangan yang dingin itu dan menggenggamnya. Rasa hangat membuat Seokjin sedikit rileks. Dia benar-benar merasa aman ketika sampai di sebuah toko kaset bergaya tua yang memajang berbagai gramofon dan vinyl.

Seokjin berkeliling sembari melihat-lihat berbagai bentuk kaset sert alat pemutar musik dari berbagai generasi. Sementara Namjoon berbicara dengan sesorang yang Seokjin duga pemilik toko. Entah apa yang mereka bicarakan, Seokjin tak mau tahu. Seokjin suka mendengarkan lagu, tapi dia tak paham tentang hal-hal yang lebih dalam layaknya Namjoon. Musik lama yang Namjoon sering ocehkan kadang tak dipahami. Dia hanya suka pada musik atau lagu yang menurutnya enak. Tak mempunyai preferensi tertentu.

"Gimana menurutmu?" Seokjin tersentak dengan suara Namjoon yang berada di sebelahnya. Pria itu memegang sebuah vinyl bergaya lawas dengan nama penyanyi yang asing bagi Seokjin. "Jackson selalu ingin ini tapi belum kesampaian karena barangnya langka. Aku mau hadiahin ini untuk pernikahannya besok."

Seokjin hanya menatap polos. Mengangguk-angguk saat menatap vinyl itu lalu menatap Namjoon. "Bagus. Covernya bagus. Aku tak paham selera musik orang tua, jadi pendapatku mungkin nggak membantu sama sekali." Namjoon melongo. Seokjin mengatainya tua? "Kalau untuk kado, oke-oke aja sih. Selama yang nerima kado suka musik, hadiah itu oke sih. Kata kak Nam itu langka, mungkin itu adalah kado terbaik." Seokjin menghendik di akhir kalimatnya.

"Oke. Aku akan membayarnya. Kau mau ke suatu tempat setelah ini?"

"Daiso! Aku mau beli beanie dan peralatan dapur." Seru Seokjin semangat. Lupa pada kekhawatirannya yang mendominasi beberapa waktu lalu. Dia lupa karena terlalu antusias menyusuri mall besar itu. memandang penuh minat pada deretan toko pakaian dan sepatu. Melirik beberapa benda yang menarik di matanya, berharap suatu saat bisa membelinya.

Ketika sampai di toko yang dimaksud, Seokjin menghambur menuju bagian yang memajang berbagai aksesoris dan benda-benda yang biasa dipakai sehari-hari. Menghadap pada deretan beanie berwarna gelap dan sesekali melirik wadah kacamata berbagai motif dengan warna pastel yang lembut. Namjoon berkeliling melihat benda-benda yang baru pertama kali dilihatnya. Sedikit kagum pada toko serba ada dengan harga yang murah itu. Barang-barang yang mayoritas produk buatan negeri Sakura itu beberapa diantaranya sangat unik dan multifungsi. Diambilnya sebuah gelas berbentuk binatang dan gelas bening yaang elegan. Lumayan buat dia letakkan di ruangannya. Namjoon melihat-lihat hal lain, mencari beberapa hiasan yang mungkin bisa dia pajang di ruang kerjanya.

Promise | NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang