Gangguan belajar

436 41 0
                                    


"Jin, Seokjin. Tolongin gue dong, please."

"Gak!" Seokjin melanjutkan menulis rangkuman materi dari buku Sastra guna mempertajam ingatan karena besok adalah ujian akhir.

"Jin, hari ini aja ya. Bantuin gue ya?" Sedangkan, tetangga setan ini memaksanya untuk menemaninya ke rumah Jimin, sahabat sejatinya untuk meminjam buku catatan.

"Lo kenapa nggak nyatet sih pas kemarin?"

"Guenya chatan sama kakak manis. Sayang banget kalo dilewatin. Dia belain libur kerja waktu itu."

"Pacaran mulu sih otak lo!" Seokjin menyelesaikan kalimat terakhir dan meletakkan bolpoin ke tengah buku lalu menutupnya. "Yaudah ayo!" diambilnya jaket dan ponsel, tanpa dompet. Karena yang ngajak kan anak sultan, apapun pasti dibeliin kalau dia meminta.

"Yeeaayyy. Pulangnya gue traktir Burger King, oke?" Seokjin hanya berdeham lalu mengikutinya keluar dari kamar.

Seokjin dan Taehyung beda jurusan. Taehyung jurusan IPS, dan Seokjin Bahasa. Jimin yang sekelas dengannya. Karena Jimin sedang dalam hukuman dari orang tuanya serta dia digembleng masuk jurusan hukum, jadilah Taehyung yang mengambil buku catatan ke rumah pemuda manis itu. Jimin itu teman mereka juga sedari SMP, seperti parabatai nya Taehyung. Tapi dia bukan orang yang suka jajan foto erotis seperti Taehyung.

Yang meracuni Taehyung adalah sahabat yang satunya, namanya Jungkook. Pemuda berwajah imut tapi menyembunyikan sisi liar saat dunia berganti malam. Menurut Seokjin, dia pengaruh buruk Taehyung. Kadang mereka hang out berempat. Hanya membicarakan yang hits di sosmed atau membicarakan gosip sekolah.

Saat sampai di rumah Jimin, ibunya menyambut mereka. Wanita itu tersenyum dan memeluk Seokjin, sudah hafal dengannya yang sering berkunjung bersama Taehyung. Ibunya Jimin senang sekali memuji Seokjin secara terang-terangan. Karena wajah tampan pemuda itu menarik di mata wanita itu.

"Jimin di kamarnya. Langsung ke sana saja." Seokjin mengangguk dan tersenyum lalu mengikuti Taehyung menuju ke lantai atas tempat kamar Jimin berada. Jimin sama kayanya dengan Taehyung. Orang tua mereka berdua bahkan berteman juga.

"Jim!" Taehyung masuk tanpa mengetuk dan langsung duduk di kasur Jimin. Seokjin hanya berdiri di dekat Taehyung, masih tak berani untuk langsung duduk dimanapun. Karena dia masih canggung di rumah Jimin. Apalagi dihadapan Jimin.

"Duduk sini, Jin." Jimin menyodorkan kursi kecil berbentuk bola pada Seokjin. "Belajarmu diganggu si setan ini ya?" Seokjin terkekeh dan mengangguk.

"Aissh! Kalian berdua selalu menyebutku setan."

"Ya karena kelakuan lo kayak setan." Sahut Jimin membuatku tergelak.

"Benar tuh. Sebelas duabelas sama Jungkook yang keturunan iblis." Tambah Seokjin.

"Apaan lu ngomongin gue kayak iblis." Seokjin menjadi diam. Terkejut mendapati Jungkook yang mendongak dari sofa yang membelakangi mereka. "Lo selalu ngatain gue kayak iblis. Emang dasar lo apa ngatain gue iblis." Seokjin masih diam. Tak kuasa menjawab. Kicep sudah. "Kenapa diam lo? Nggak berani ngadepin gue langsung? Beraninya ngomongin dibelakang. Bocah bang--"

"Jung, udah." Jimin akhirnya memotong.

"Ganggu tidur gue aja lo!"

"Sorry." Dia mendongak lagi setelah sebelumnya meletakkan kepalanya di sofa.

"Hah? Gasalah dengar gue?"

"Sorry. Gue keterlaluan. Mau bercanda tadi." Dia mendecih lalu kembali berbaring.

"Hati-hati nanti yang kayak gini jadi cinta."

"Mulut lo Tae!" Seokjin memukul pahanya dengan kencang.

"Sial! Sakit Jin!"

"Cepetan selesain minjam bukunya. Gue mau belajar lagi." Sungut Seokjin membuatnya meringis.

"Jim..."

"Noh udah gue fotokopi." Jimin menunjuk dengan dagunya ke arah meja komputer. Jimin mempunyai dua meja belajar. Satu untuk komputer, dan satu lagi berisi buku-buku pelajaran serta beberapa novel. Meja yang berisi buku ini sebenarnya jadi satu dengan rak buku di kedua sisinya. Seokjin memicing memindai judul novel-novel yang terpampang di sana.

"Mau pinjam kah, Jin?" Seokjin tersentak lalu menggeleng dan tersenyum kikuk. "Nggak apa kali kalo emang kamu tertarik dengan novelnya. Lihat dulu aja sini."

"Boleh?" Seokjin tersenyum kikuk seraya bangkit dari dudukny. Dia menatap Taehyung yang sudah bersama Jungkook menatap layar ponselnya masing-masing. Pasti mabar lagi.

"Sini, lihat aja. Kamu mau yang mana, bawa aja." Seokjin mendekati satu baris rak yang penuh novel. Beberapa novel dia punya di rumah dan lainnya nol. Tapi dia mengetahui judul-judul itu yang sering dilihatnya di toko buku. Tentunya ingin dia miliki, tapi terkendala dana.

"Waahhh banyak sekali yang masuk list pembelianku di sini. Ini sih surga." Jimin terkekeh.

"Ambil aja yang mau kamu baca. Kamu bisa meminjamnya selama yang kamu mau. Aku sudah baca semuanya kok."

"Waahhh, tak kusangka ternyata seorang Jimin juga suka roman picisan." Seokjin menatapnya yang tersenyum.

"Aku membaca apapun, Jin. Jadi, tak ada salahnya kalau aku membaca yang beginian juga." Jimin menarik satu novel dan menunjukkannya padaku. "Rekomendasiku. Sedikit mature memang, tapi cara penulisannya membuatku terhisap dari realita. Penulis lokal." Seokjin menerimanya. Covernya sederhana. "Kamu harus membacanya dan ceritakan padaku kesanmu pada karya itu."

"Ah, kamu membuatku mengalami gangguan belajar kalau begini." Seokjin menatapnya setelah membaca sinopsisnya sekilas. Jimin menaikkan sebelah alisnya, bertanya. "Kalau aku sudah penasaran, aku akan membaca ini sepulang dari sini sampai entah kapan."

"Oops." Dia menutup mulutnya pura-pura terkejut dan menyesal. "Bagaimana ini? Kurasa kamu harus segera membacanya deh."

"Aissshh." Seokjin berpaling saat dia tergelak. Mencari novel lain diantara tatanan rapi itu. Dia berniat memborong novel Jimin ke rumahnya.
.
.
.
To be continued

Promise | NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang