eight

35 9 0
                                    

Jeno membelalakkan matanya begitu melihat yena keluar dari ruang lab nya dengan keadaan yang berlumuran darah. Jeno langsung panik, pikirannya berkecamuk tentang kemungkinan mengerikan yang terjadi pada mark.

dan benar saja, yena langsung menahan tangan jeno ketika jeno hendak masuk kedalam lab. " jangan, ada api" ucap yena dengan tatapan kosong.

urat-urat diwajah jeno langsung menonjol menunjukkan betapa marahnya dia.

"YENAAA!!" teriak jeno marah. dia langsung mendorong yena untuk menjauh dari pintu. dan benar saja, alarm kebakaran langsung berbunyi nyaring disudut ruangan. jeno mendapati ruangan lab nya sudah penuh dengan asap. para penjaga sekolah juga datang untuk menertibkan murid yang penasaran dengan apa yang terjadi di lab mark.

air otomatis keluar dari langit-langit lab. ya, pemadam api disini menggunakan teknologi ciptaan yena, dan sekarang ciptaan yena terpakai sepenuhnya.

"kak mark!!!!" jeno menangis histeris didepan pintu sambil meneriaki nama mark. bahkan kaki jeno pun rasanya tak bisa menopang tubuhnya sendiri. ini terlalu berat bagi jeno. jeno hanya bisa menangis karna yena sudah pergi duluan saat jeno ingib memukulnya.

sedangkan yena, dia berlari ke lantai atas, untuk melakukan hukuman. dia langsung digiring oleh profesor pembimbing untuk memasuki ruangan hukuman. yena membuang jas lab dan pisau lipatnya ke tempat sampah yang tersedia disepanjang lorong lantai 2.

"kamu keterlaluan yena" ucap profesor itu penuh penekanan.

"makasih" jawab yena pendek.

mata yena menatap kosong, hingga diujung depan sana yena melihat sosok yang sedari tadi dia cari.

"choi yena!" ucap lelaki itu. dengan kaku panjangnya dia langsung berlari mendekat ke arah yena.

yena menatap lino sendu. "choi yena.." lirih lino. yena hanya diam. lino memluk yena dan yena langsung melepaskan pelukan lino.

"aku mau dihukum, dan kamu jangan temuin. urus jeno" yena melenggang begitu saja meninggalkan lino dan sang profesor.

yena masuk ke sebuah ruangan kosong dengan sebuag kursi single dengan sekeranjang coklat disampingnya. ya, itu adalah tempat hukuman yena.

yena memandang kursi lusuh itu dengan pandangan kosong. ntah jiwanya berada dimana sekarang.

diluar sana, lino langsung berlari kearah lab mark, dia hendak menemui jeno. ya, lino harus menjadi samsak tinju jeno untuk menggantikan yena.

"BANGSAT!!!" teriak jeno begitu melihat lino mendekat kearahnya. jeno langsung menghajar lino habis-habisan, dan lino tidak boleh melawan. karna lino hanya menggantikan posisi yena saja.

"LO BUNUH KAKAK GUE! MATI LO! MATI LO DITANGAN GUE SIALAN!" ucap jeno sambil memukuli lino. mata jeno benar-benar menggambarkan amarah dan kesedihan. dan lino memahami hal itu.

didalam ruangan hukuman, yena duduk sendiri sambil makan coklat yang tersedia disampingnya. tak lama, suara ketukan pintu terdengar. dan masuklah 2 sosok tinggi lelaki dan perempuan.

mereka masing-masing membawa sekeranjang kecil coklat bar. mereka membawakan pesanan coklat yang yena inginkan.

"ini kak coklatnya" ucap si lelaki dengan sopan. yena hanya mengangguk.
"ini kak.." ucap si perempuan dengan suara lebih pelan.

2 junior yena itupun membungkuk untuk berpamitan.
"bentar!" ucap yena.
"sini!" yena menaik turunkan tangannya untuk memanggil kembali 2 junuornya itu.

mereka berdua kembali ke arah yena.
"duduk, gue mau periksain bawaan kalian dulu, kalo udah bener baru kalian boleh pergi" yena menaikkan sebelah alisnya dengan nada mengatur.

2 juniornya itu langsung duduk bersimpuh dilantai.

"park sunghoon, lumayan tapi bukan ini yang gue mau" yena melempar keranjang makanan itu ke lantai didepan sunghoon.

"dan lo, jang wonyoung. bahkan ini bukan makanan yang gue suka" yena merendahkan tubuhnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah cantik wonyoung.

"payah!" sinis yena dengan wajah sombongnya pada wonyoung. dia pun melemparkan keranjang makanan itu kearah wonyoung.

sunghoon dan wonyoung langsung menundukkan kepala mereka.

"kalian berdua itu payah! ambil makanan aja nggak becus! gimana mau jadi ilmuwan? mending mati aja sana!" sarkas yena dengan nada menjengkelkan.

sunghoon mengepalkan tangannya kuat-kuat, jelas dia tersinggung, tapi dia berusaha mengontrol amarahnya. berbanding dengan wonyoung yang langsung menatap yena balik dengan tatapan menantang.

"lo pikir lo siapa? lo siapa bisa-bisanya nentuin kehidupan seseorang? dasar pembunuh!" teriak wonyoung yang tak bisa menahan emosi.

"apa lo bilang? pembunuh? gue pembunuh? justru gue yang nyelametin mark dari neraka ini!" yena menaikkan suaranya.

"biadab! abadi lo dineraka!" ucapan wonyoung terhenti saat sunghoon menahannya untum berbicara.

"udah wony, jangan dijawab" lirih sunghoon.
"tapi dia keterlaluan kak, dia harus dikasih pelajaran" wonyoung yang emosi tidak bisa membiarkan yena begitu saja. bahkan lihatlah, ruangan hukuman ini masih terasa seperti kantin karna ada banyak makanan. ini tidak adil.

"inget wony, dia kak yena!" sunghoon berucap lirih penuh penekanan.
"dia yena, bukan tuhan" wonyoung lalu membisikkan sesuatu kepada sunghoon. dikepalanya terlintas sebuah ide untuk membalas yena.

yena tidak peduli dengan kedua juniornya itu, dia hanya fokus memakan coklat dan sesekali melirik kearah sunghoom dan wonyoung yang saling berbisik dan mengangguk dengan jarak 2 meter didepannya. yena benar-benar tidak peduli.

setelah sekian menit sunghoon dan wonyoung berdiskusi. mereka berdua kembali tenang sambil menatap yena penuh harap.

"kenapa lo berdua? mau minta makanan gue?" tanya yena sinis.
"kita mau minta maaf kak, karna bawa makanan yang salah ke kakak" jawab sunghoon.
"baguslah kalo kalian sadar" yena membuang sampah coklatnya sembarangan kearah wonyoung dan sunghoon.

"dan aku juga minta maaf karna tadi lancang ngomong ke kakak, sekali lagi aku minta maaf, aku cuma kebawa perasaan aja karna baru ditinggal senior yang baik kaya kak mark" jelas wonyoung panjang.

"hemm" jawab yena cuek.
"gimana kalo sebagai gantinya, aku bakal traktir kakak makanan dikantin. kakak bisa pilih sendiri makanan yang kakak mau biar kita ngga salah pilih lagi" wonyoung tersenyum manis kepada yena.
"lo ngga liat gue lagi dihukum?" yena menaikkan sebelah alisnya pada wonyoung.

"kita bakal lindungin kakak kok, kan ke kantinnya bareng kita, pasti dibolehin, lagian kakak juga kan pemilik nametag hitam, ngga ada yang berani marahin kakak, yakin deh" wonyoung menatap yena penuh harap.

"gue emang ngga takut sama siapapun, tapi gue orang yang berkomitmen, kalo gue salah ya gue harus dihukum" jawaban yena sukses membuat hembusan nafas putus asa sunghoon dan wonyoung keluar dari pernapasan mereka masing-masing.

yena menatap 2 juniornya ini lamat-lamat. jelas mereka berdua kecewa.
"lo sesedih itu ngeliat gue nggamau lo traktir?" tanya yena.
"karna ini sebagai ucapan maaf kak, agam sedih sih" wonyoung mengerutkan bibirnya kedepan.
sunghoon menatap yena, dan begitupun sebaliknya, hingga mata yena mengkilap kan cahaya merah. hal itu membuat sunghoon terkejut.

yena menaikkan senyumnya, tatapan licik yena kembali terbit dimata sayunya itu.
"yaudah yuk! kita kekantin, habis dari sana gue bakal kesini lagi" yena tersenyum dan hal itu membuat wony dan sunghoon senang.

"ayo kita ikuti permainannya" ucap yena pelan saat berjalan dibelakangan wonyoung menuju ke kantin.

human school (CHOI YENA) //tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang