Eunbi menarik yena keluar. "ngapain kamu disini? mau bunuh kita? berani-berani nya kamu!" begitulah eunbi memaki yena yang masih mencerna ingatannya.
rasanya yena sangat familiar dengan sosok eunbi. tapi yena lupa dimana dia pernah bertemu eunbi.
"eunbi! kamu apa-apaan sih?!" teriak yuri pada eunbi yang tiba-tiba menyeret yena keluar.
"kak yuri! dia itu pembunuh! dia itu orang jahat! bajingan kamu!" eunbi menunjuk-nunjuk wajah yena dengan penuh amarah.
"eunbi! kwon eunbi!! kamu kenapa sih!"
yuri menarik tangan eunbi kasar."kak yuri! dia yang bunuh bapak ibu sepuluh tahun lalu. dia dan pengikutanya yang bantai keluarga kita! dia itu setan!" ucapan eunbi langsung menampar hati kecil yena. kepala yena rasanya sangat sakit. ada beberapa ingatan yang berlalu lalang dikepalanya, tapi yena tidak bisa mengingat kenangan apa itu.
yena memukul kepala berkali-kali. semakin eunbi berbicara maka semakin sakit kepala yena.
"dengan ngga tau dirinya kamu kembali lagi ke sini. bahkan dengan baju yang sama atau sekarang lebih parah, karna banyak darah dibaju kamu! orang mana lagi yang kamu bunuh hah!!" ucapan marah eunbi membuat air mata yena luluh. ya, dia pembunuh.
"apa ngga cukup kamu bunuh bapak ibuku? apa ngga cukup bikin aku dan kakakku yatim piatu dalam semalam? apa ngga cukup bikin kamu menderita? kamu bisa-bisanya kesini lagi?" eunbi menggigit bibir bawahnya sendiri.
"kak yuri harus relain pendidikannya biar kita bisa bertahan hidup. kita harus bertahan tanpa orang tua gara-gara kamu! kamu itu setan!!" eunbi menangis histeris dalam pelukan kakaknya.
"udah eunbi, udah! jangan kaya gini" yuri menenangkan sang adik.
yena hanya bisa diam, sambil menangis merasakan sakit yang luar biasa dihati dan kepalanya. dia tidak mengerti dengan kepalanya yang tidak bisa mengingat siapa eunbi.
"kamu pergi dari sini sebelum pengikut sialanmu iti bunuh kakakku! kamu harusnya malu! pergi dari sini!!!" teriakan eunbi membuat yena tersadar, jika eunbi benar-benar terluka.
yena melepas antingnya dan meletakannya di tanah tempat dia berdiru. "permisi dan maaf" ucap yena, lalu di membungkuk 90 derajat pada eunbi dan yuri yang menangis tersedu.
ntah kemana kakinya melangkah. yang pasti, yena hanya berlari mencari sudut paling gelap dikota itu. yena merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. yena berjongkok diatas jembatan besar. dia menelungkupkan wajahnya dan menangis dengan keras disana.
bahkan yena tidak tahu dia siapa. yena mulai kehilangan kewarasannya. dia siapa? dia kenapa? eunbi siapa? mengapa eunbi terasa tidak asing? dan kenapa yena lupa? dia ini apa?
yena menangis histeris diatas jembatan itu sambil memukuli kepalanya berulang-ulang. rasanya yena hampir gila. yena pun bangkit, dia hanya berharap ada keajaiban yang menghampirinya. yena terus berjalan mengikuti panjangnya aspal hitam dengan garis putih ditengahnya.
"aku ini apa? aku siapa? kenapa aku ngga inget apapun? kenapa? kenapa? kenapa?" monolog yena.
"bahkan aku ngga bisa baca pikiran mereka. mereka itu apa? kenapa chip dikepaka mereka tidak bisa dilacak?"
"aku ini apa? siapa yang siapa?" gumaman yena mengiringi langkah gontainya yang sangat putus asa.
hingga pandangan mata yena mendapati sebuah bangunan sekolah yang berdiri kokoh disudut kota. air mata yena kembali mengalir. dia merindukan asrama. dia merindukan sekolahnya. dia merindikan istananya. dan dia merindukan lino.
"lino....." lirih yena saat dia berada tepat didepan gerbang sekolah yang bertuliskan 'taeyang high school'.
yena duduk bersimpuh dijalanan yang keras dan dingin itu. dia merinduka lino yang selalu menjaganya. dia ingin lino ada disini sekarang. yena pun mengeluarkan sebuah jepit rambut bergambar bebek yang diberikan lino padanya. yena menggenggam jepit rambut itu. dia mengucapkam beribu permohonan pada langit agar lino datang padanya sekarang juga. yena terlalu hancur dan dia butuh lino sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
human school (CHOI YENA) //tamat
Fanfictiontentang hari-hari terakhir yena berada di istana yang mengurungnya. hingga sebuah fakta terungkap. base berdasarkan mimpi writer-nim.