two

79 14 1
                                    

"ju!" panggil yena pada partner kelompoknya.

"iya kak!" jawab minju.

"lo langsung ke lab dilantai 1 aja, lab di ujung aula sebelah kiri, pojok" titah yena.

"serius kita kesana kak? lab disana bener-bener ngga ke urus loh kak" minju memasang wajah bingung.

"makanya harus kita pake biar ngga mubazir, sayang banget duit brainy buat bangun istana kalo ngga ke urus gitu" yena berdecak pinggang melihat minju yang meragu.

minju diam, dia ingin banyak protes tapi nyalinya tidak sebesar itu.

"ck!" decak yena keras.
"udah deh! percaya sama gue. gue lebih tau kondisi sekolah ini daripada lo!" tatapan yena menajam.

minju mengangguk pelan, kepalanya tertunduk dalam.

"elo kesana duluan, nanti gue nyusul, gue mau patroli dulu. gue mau liat candelier baru gue di lorong utama" yena berlalu begitu saja meninggalkan minju yang oveethinking.

bukannya minju tidak percaya pada yena, hanya saja yena itu susah dipercaya. dan minju tau persis keadaan lab 1 dekat aula, disana tidak ada air dan hanya berisi alat listrik. lab itu juga jarang dipakai, minju yakin disana pasti banyak debu.

di sisi lain, yena tersenyum gemas melihat candelier baru dilorong utama. candelier hitam itu menggantung megah diatap sekolah bak istana itu. yena adalah penggemar candelier, tidak heran jika disetiap sudut sekolah ini terdapat banyak candelier, tentu saja itu ulah yena.

"bagus juga kalo item-item begini, apa kamar gue juga diganti aja ya?" monolog yena pada dirinya sendiri.

yena tersenyum memandangi lampu gantung itu. hingga dia tidak menyadari kehadiran lino yang berdiri didekatnya.

aroma tubuh lino menyeruak kedalam indra penciuman yena. yena hapal diluar kepala tentang milik siapa aroma mewah ini.

yena berbalik dengan manja kearah lino.

"aku tau kamu bakal nyamperin aku disini" ucap yena penuh keimutan. kini yena terlihat seperti siswa pada umumnya, yang terlihat ceria dan imut.

"tapiii..." yena meluruhkan senyumnya, bibirnya mengerucut kedepan.

"aku nggak kebagian lab atas, aku nggak mau pake lab bawah lino" yena mulai merengek pada lino yang masih diam.

"linoooo..... aku mau tuker lab sama mark! aku nggak mau pake lab bawah! aku mau pindah!" teriak yena sambil menangis pada lino.

yena meremas-remas tangan lino yang besar itu sembari memohon.

"aku nggak mau kalo nggak tukeran lab sama mark!" yena sesegukan sambil menarik-narik tangan lino.

lino tidak merespon apapun. dia langsung menarik yena untuk berjalan kearah lab yang ditempati mark.

lino jarang sekali berbicara. dia akan cenderung diam dengan semua perlakuan tidak jelas yena. contohnya seperti saat ini. lino yakin bahwa yena tahu jika ada puluhan lab disekolah yang luas ini. dan lino juga tau, bahwa yena hanya ingin mengacaukan kelompok mark saja. lino terlalu memahami yena, hingga dia malas untuk menasehati yena. lino lebih memilih bertindak untuk mengabulkan keinginan yena. karna memang itulah tugasnya.

yena kelelahan mengimbangi langkah besar lino. yena juga menyayangkan, kenapa disekolah yang seperti istana ini tidak ada lift? kan yena capek naik tangga kaya gini.

"pelan-pelan woy! lo naik tangga disingkat-singkat begitu lo pikir gue ngga capek apa? lo mau gue pecat hah?" omel yena yang hanya tak dihiraukan lino. langkahnya tetap besar, merangkum 2 anak tangga sekaligus dalam satu langkah, membuat yena belingsatan mengimbangi langkahnya.

human school (CHOI YENA) //tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang