Keduanya menoleh saat benda pipih itu mendarat di ranjang. Sang empunya sibuk menenggelamkan wajah dibalik bantal.
"Kenapa lo?" Sudut bibir Mario tersungging begitu meraih ponsel Darrel. "Yaelah masuk close friend doang, gue kira jadian."
"Jangan dibuka DM-nya!" Darrel benar-benar lupa belum membalas. Ia juga lupa teman-temannya ini tidak beradab.
"Lo lucu banget wkwkwk, jalan yuk." Dibaca dengan lantang, setelahnya Mario geli sendiri. "Bapak Dimas, waktu dan tempat dipersilahkan."
Dimas menoleh sesaat sebelum kembali berkutat dengan laptop.
"Kenapa lagi lo?" Berhasil mengamankan ponselnya, Darrel membalas DM dengan singkat sebelum pindah posisi duduk.
Sorot matanya begitu sayu. "Kenalin cewek dong."
"Mar, coba cek itu temen lo kenapa."
Bahkan diam saja saat Mario memegang kepalanya. "Waduh, pola pikirnya kena ini."
"Gue serius, kenalin cewek."
"Cewek bukan pelarian."
Dimas menutup laptopnya. Kini memandang dua temannya. "Kayaknya, gue tertarik sama cowok."
"Bukan berarti cowok bisa lo jadiin pelarian ya anjir."
Dimas dalam mode seperti ini memang tidak ada yang berani menyanggah. Bahkan kini keduanya bungkam.
"Are you... Bisexual?" tanya Darrel hati-hati.
"Nggak tau, gue masih bingung."
Begitu berat hingga Darrel menyenggol lengannya, memaksa Mario melanjutkan. "Selama ini lo gimana? Pernah ada rasa ketertarikan gitu?"
"Iya."
"Terus, gimana lo klaim diri lo? Akhir-akhir ini ada yang buat lo tertarik?"
Dimas mencoba mengingat rutinitasnya belakangan ini. Selain ke kampus atau mengerjakan tugas, ia tak jauh-jauh dari dua temannya ini.
"Jangan bilang... Gue?"
"Gue homo pilih-pilih."
Ucapan Darrel membuat Mario mati-matian menahan diri untuk tidak tertawa.
Keduanya tau sebesar apa rasa percaya Dimas pada mereka hingga membawa topik ini. Mungkin memang cukup terkejut mendengar hal ini dari seseorang yang begitu dekat.
"Menurut lo berdua, gue harus gimana?"
"Lo masih denial. Coba lo kenali dulu diri lo sendiri, Dim."
Ada benarnya yang diucapkan Mario. Tapi masalahnya, bagaimana cara Dimas melakukannya?
"Gimana?"
"Gue ada kenalan kalo lo mau tanya tentang ini. Gue yakin sih dia mau bantu. Tapi balik lagi ke diri lo, lo siap nerima diri lo apa adanya?"
Apa Dimas siap?
***
Darrel
lantai 2 pojok
hoodie abuDimas
kirim aja nomornyaDarrel
nggak bisa, nomor itu privasi
gue harus izin dulu ke diaDimas
yaudah namanya?Darrel
yudha
KAMU SEDANG MEMBACA
First Time
FanfictionJati diri yang baru membuat Dimas bukan apa-apa dibandingkan dirinya yang dulu. Nasihat percintaan yang biasa ia beri pada teman-temannya hanya menjadi angin lalu, karena tak memberi manfaat apa-apa pada dirinya. Semua hal kembali menjadi pengalama...