03. Date

260 51 8
                                    

"Serius, lo nonton itu di depan dia?"

Darrel tak kuasa menahan tawa lebih lama lagi. Perutnya sampai sakit karena mendengar cerita Dimas.

"Itu lo, gimana?" tanya Mario.

"Dia tau."

Kini Mario ikut tertawa. Keduanya tak menyangka, temannya ini begitu penurut pada orang yang baru dijumpa.

"Gue mau nolak bingung. Tapi kalo nggak gitu, gue nggak akan seyakin ini."

Mengusap sudut matanya yang basah, Darrel berusaha berhenti meski kekehan masih keluar dari bibirnya. "Jadi, apa yang bakal lo lakuin selanjutnya?"

"Kak Yudha bilang, gue disuruh coba dulu."

"Coba apa? Yang di film? Kalo ngomong jangan setengah-setengah, Dim."

Pipinya kembali memanas. "Diem lo."

Mario menahan tawanya. "Coba deketin cowok?" 

Dimas mengangguk. "Lebih tepatnya, date with a guy."






***





Mall di pusat kota jadi tujuan. Datang lebih awal agar tidak membuatnya menunggu. Meskipun artinya, Dimas yang harus menunggu.

Kencan.

Bagi Dimas, kencan itu bukan hal yang menyulitkan. Hampir semua kencan pertamanya berjalan mulus tanpa hambatan. Itulah mengapa Mario tak segan menanyakan saran.

Kepercayaan diri jelas sudah ia miliki. Strategi, ataupun sebatas pick up line sudah ia kuasai. 

"Maaf? Dimas bukan ya?"

Hal pertama yang harus dilakukan saat bertemu seseorang adalah memuji penampilannya.

Semua itu butuh effort. Memberikan sebuah pujian baginya tak seberapa dibanding usaha orang itu untuk berpenampilan menawan.

Cantik. Suit on you. Itu yang biasa keluar dari bibirnya.

"Halo? Dimas bukan?" ulangnya karena diabaikan.

Kalimatnya tersangkut di tenggorokan saat mendapati seseorang dengan atasan yang senada dengan celana biru dongker beludru, terlihat seperti sebuah seragam.

Rambutnya tertutupi dengan wig white blonde. Jangan lupakan kain hitam sebagai penutup mata yang entah untuk apa.

"I-iya. Kak Esa?"

Dengan tangan kanan yang sibuk menahan penutup matanya agar tidak turun, Esa mengangguk antusias.

"Maaf ya, udah buat nunggu. Mau langsung nonton aja atau cari makan dulu nih?"

Oke mungkin strategi pertamanya tak berhasil. Masih ada langkah berikutnya.

"Cari makan dulu aja, Kak."

Setelah berhasil memutuskan untuk makan apa kini keduanya duduk berhadapan. Esa memulai obrolan dengan ringan, basa-basi pada umumnya.

"Kak, apa enggak mau dicopot dulu itunya?" Dimas agak terganggu karena Esa terus-terusan mengangkat kain itu jika berbicara padanya.

First Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang