"Dimas?"
Lantas menoleh saat suara itu menyapa telinga, sesaat setelah Dimas menghentikkan langkah. "Iya?"
Perempuan itu menyodorkan sebuah paper bag padanya. "Makasih buat jaketnya, udah gue cuci tenang aja."
"Ah, iya. Sama-sama."
Pikirnya akan segera pergi karena sudah tidak ada lagi yang perlu mereka bicarakan. Tapi perempuan itu menanyakan sesuatu yang cukup membuat dahi Dimas mengernyit.
"Yudha, dia... He's okay?"
"Sorry, pardon?"
Buru-buru menggeleng, merasa salah bertanya. "Glad to know you're his boyfriend. See you."
Dimas tak sempat untuk bertanya lebih jauh apa maksud dari perkataannya saat ponselnya berdering, menunjukkan sebuah pesan dari Yudha yang berkata sedang menuju ke tempatnya.
"Beneran cuma minta date aja? Bisa minta yang lain padahal," tanya Yudha.
Sudah mengira Dimas akan lupa dengan taruhan hari itu, semalam Yudha mengingatkannya kembali dan menanyakan ingin apa darinya karena laki-laki itu berhasil memenangkan permainan.
Dimas mengangguk kecil. "Tapi sebelum itu, gue boleh minta satu hal lagi?"
"Apa dulu?"
"Can we... Do a skinship like a couple?"
"Of course! Why are you asking?" Kedua matanya memicing menyadari sesuatu seketika. "Jangan bilang, selama ini lo nggak pernah skinship karena nggak—"
"Bukan begitu."
Hangat terasa, saat jemari yang sedikit lebih mungil itu menggenggam tangan kiri Dimas. "Listen. We are a couple, you can do anything you want."
"Tapi kita—"
"I'm yours, got it now?"
***
Selama berkeliling, Yudha tak melepaskan genggaman tangan mereka barang sedetikpun. Meski beberapa orang begitu terang-terangan memandangnya, ia tidak peduli.
Senyum lebar Dimas saat mendengarkan segala ucapannya dan sesekali menatap genggaman tangan mereka, hanya itu yang Yudha pedulikan.
"Lo tipe yang go public gitu, ya?" tanya Yudha tiba-tiba.
Dimas tersenyum tipis kemudian mengangguk kecil. "Makannya gue sering dibilang terlalu mengumbar kemesraan. Ya, menurut gue, selagi bisa buat gue bahagia kenapa enggak."
Cukup menenangkan karena pikirnya Dimas akan terusik. Mungkin benar, seakan dunia hanya milik berdua.
Puas melihat-lihat berbagai pameran Dimas mengajaknya ke tempat yang lain. Tempat yang menjual berbagai kaset dan piringan hitam.
Kali ini Yudha sampai tak bisa mengendalikan diri karena begitu senangnya diajak ke tempat ini. Dimas jelas paham, maka ia yang melepas genggamannya agar Yudha puas berkeliling.
"Esa, ya?" Sudah lama berencana ke tempat ini bersama Esa, meski hanya berakhir menjadi wacana.
"Yah, ketebak ya?"
Dimas turut senang melihat senyum lebar Yudha begitu mendapatkan apa yang dicari. Kedua matanya membulat berbinar nampak berkilau, sangat menggemaskan.
"Gue suka lagunya. Apa ya judulnya, don't look..."
"Don't look back in anger? Lo dengerin Oasis juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
First Time
FanfictionJati diri yang baru membuat Dimas bukan apa-apa dibandingkan dirinya yang dulu. Nasihat percintaan yang biasa ia beri pada teman-temannya hanya menjadi angin lalu, karena tak memberi manfaat apa-apa pada dirinya. Semua hal kembali menjadi pengalama...