14. Love is

202 20 6
                                        

"Lo pasti udah kenal dia. Jadi, kenalin ini Mario." Dimas ganti mengarahkan tangannya dari Darrel ke Mario. "Mar, ini Kak Yudha. Pacar gue."

Yudha membalas senyum Mario selagi bertanya, "Lo teknik industri, kan?"

"Kok tau?"

"Temen gue pernah cerita kalo punya temen yang sering ribut sama pacarnya."

"Waduh, udah bukan rahasia umum lagi ya kayaknya."

Dimas memang termasuk orang yang selalu memperkenalkan kekasihnya pada teman-temannya. Karena selain sang pujaan hati berhasil memasuki hatinya, dia juga telah memasuki dunianya, dan Dimas harap dengan mengenalkan dunia miliknya mereka dapat saling mengerti satu sama lain.

Kunci dalam suatu hubungan adalah kepercayaan. Dan bila sudah memiliki hal itu tak perlu khawatir akan apapaun.

Dimas harap Yudha akan percaya padanya, sebagaimana ia mempercayainya.

"Tujuan lo ajak Kak Yudha biar gue makin ngenes sendiri di sini, kan?" tanya Darrel.

"Iya."

"Anjir lo."

"Abis ini gue mau cabut, tenang aja." Dimas melirik Yudha di sampingnya hingga membuat laki-laki itu membalas tatapannya dan diakhiri senyum tipis. "Thanks ya, Rel. Udah kenalin Kak Yudha."

Darrel hanya mengangguk sebelum membalas, "Cat winsor."

"Ngelunjak amat."

"Yah, Dim, beneran butuh ini gue."

Dimas merogoh saku celana guna mengambil ponsel, setelah beberapa saat berkutat dengan benda pipih tersebut ia langsung meraih tas dan bangun dari duduk. "Tuh, udah gue transfer."

Buru-buru Mario menyodorkan ponsel dan memperlihatkan sesuatu. "Gue juga butuh ini."

"Lo itu nggak diajak."

"Oh, gitu lo sekarang?"

Suasana yang hangat dan menyambut ini membuat Yudha seakan lupa dengan segala prasangka. Tentunya ia sempat ragu dan meminta uluran waktu, karena bagaimanapun juga kabar dirinya tidak sebagus itu.

Memang sudah tahu jika dua teman Dimas ini tidak akan memandang sebelah mata hubungan mereka, tapi tetap saja berbagai keraguan hadir begitu saja.

"Titip Dimas, Kak," ucap Darrel saat mereka berpamitan.

Yudha mengangguk pasti seraya berkata, "Thanks udah percaya sama gue."

Yudha juga tidak ingin mengecewakan Dimas atau siapapun, karena perasaan kecewa nyatanya sesakit itu untuk dirasakan.






***





Singkat pertemuan tadi di kantin membuat mereka melanjutkan tujuan menuju Goethe Institut untuk melihat resital piano.

Ramai orang berlalu-lalang membahas beberapa hal yang sebagian kecil dapat Dimas pahami. Sebagai orang yang hanya hobi bermain piano tentunya cukup tertarik saat Yudha mengajaknya, maka langsung disetujui begitu saja.

Banyak hal baru yang Dimas lakukan setelah mereka bersama. Kehadiran Yudha begitu berpengaruh pada perubahan hidupnya. Semua jelas positif dan membawa pengaruh baik dalam keberlangsungan Dimas menjalani hari-harinya.

Dimas juga jadi banyak belajar dari laki-laki itu, apalagi tentang hubungan yang baru pertama kali dijalaninya ini. Semua kembali menjadi pengalaman pertama baginya.

"Lo bisa main klasik? Apa improvisasi aja?" Bisik Yudha saat mereka sudah duduk.

"Gue lebih ke improvisasi dibanding klasik."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang