12. I Want

182 20 7
                                    

"Hati-hati, kak Yudha udah punya pacar."

"Kata siapa? Nggak punya?"

"Lo nggak tau kak Yudha gimana. Dia nggak pernah serius sama siapapun, selalu main-main aja."

"I'm yours, got it now?"

"Dimas?"

Dimas langsung tersentak dari lamunan kala pundaknya disentuh seseorang. Kembali pada dunia setelah bergumul dengan pikirannya sendiri, entah mengapa jadi teringat kata-kata Darrel yang berbanding terbalik dengan apa yang Yudha katakan padanya.

"Gue panggilin diem aja lo." Laki-laki itu langsung menarik kursi untuk duduk dan bertanya, "Kenapa? Abis diputusin pacar?"

"Bukan."

"Biar gue tebak..." Menatap lekat kedua matanya selagi bertopang dagu. "Kenapa lo ragu?"

"Gue rasa dia deket sama seseorang juga, kayaknya sih."

"Hubungan lo sama dia gimana?"

Mereka memang sempat bertukar cerita atas waktu yang telah berlalu. Menanyakan kesibukan masing-masing dan tentunya kabar asmara. Tapi pancingan tersebut mampu membuat Dimas menceritakan kegelisahannya tanpa segan, melupakan tujuan awal mereka sepakat untuk bertemu.

"Tapi lo nikmatin, kan? Kalo iya, lanjutin aja. You know what you want."

Apa Dimas menikmatinya selama ini?

Tentu saja!

Dimas juga tidak masalah akan status 'trial' yang sedang mereka jalani selagi ia masih bisa bersama Yudha.

Lantas, apa yang membebani pikirannya sekarang?

"Kira-kira cewek gimana yang bisa bikin lo bingung begini, ya?" Godanya yang sudah tahu jam terbang laki-laki itu.

"He."

Terdiam beberapa saat sebelum kembali buka suara, "Jadi lo beneran suka sama gue in romantically?"

Kedua mata Dimas membulat begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan tanpa ekspresi apapun itu. "K-kenapa lo—"

"Isn't it obvious?"

"Beneran?"

Dimas masih tidak menyangka Aksa akan begitu tepat dan menyadari perasaannya selama ini yang bahkan tidak disadari olehnya hingga baru-baru ini.

"Udah gue duga semenjak turnamen kita waktu itu. Tapi kayaknya lo baru paham sekarang. Bener, kan?"

Lagi-lagi dibuat takjub akan ucapannya. "Selama ini gue selalu denial, dia yang buat gue yakin sama diri gue." Dimas ragu-ragu membalas tatapannya. "Maaf, pasti aneh banget—"

"Gue juga gay," sela Aksa cepat. "Alasan gue pindah—dipaksa pindah lebih tepatnya, karena gue ketahuan pacaran sama wali kelas gue."

"Hah? Wali kelas? Wali kelas lo waktu itu bukannya..."

"Iya, pak Erwin."

"Tapi dia masih ngajar sampai gue lulus?"

"Hidup emang bajingan, Dim."





***




Kos-kosan Yudha seakan menjadi tujuan utama Dimas disaat sedang tidak ada kegiatan apapun, tidak ada janji dengan teman-temannya, dan tentunya karena ingin bertemu langsung dengan Yudha.

Tapi kali ini ia memiliki alasan jelas. Matcha latte dan beberapa kudapan manis berada di genggaman selagi Dimas memberi kabar jika sudah sampai di depan kos-kosan melalui sebuah pesan singkat.

First Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang