"Lah? Dim? Gue kira yang tadi sama kak Yudha itu elo?"
Hanya menunggingkan senyum tipis sebelum menggeleng kecil. "Udah dua kali gue ditanyain hal yang sama."
"Dua kali?" Perempuan itu langsung menoleh pada dua laki-laki di sisinya, tapi hanya Mario yang menjawab pertanyaan dari tatapannya tersebut.
"See? Gue bilang juga apa," ucap Darrel.
"Tapi kan dia emang friendly orangnya," sahut Sisil, pacar Mario.
"Gue bisa bedain orang lagi pacaran sama yang cuma temen doang. Dan juga, gue kenal dia udah lama."
Mario langsung menyanggahnya, "Tapi lo bukan temen dia, Rel. Nggak bisa asal simpulin gitu aja."
Alih-alih menimpali perdebatan mereka, Dimas justru menaruh sebelah tangannya pada pundak Darrel, kemudian berkata, "Makasih udah khawatirin gue."
"Nggak ya anjir." Tawa mereka pecah seketika saat Darrel langsung menjauhkan diri.
Mereka tahu batas masing-masing untuk urusan pribadi, tapi sebagai seorang teman tentunya akan saling mengingatkan. Untuk itulah Dimas cukup merasa bersyukur bisa dipertemukan dengan mereka berdua.
Apalagi Yudha.
Bila ingin berpuitis, Dimas dapat mengatakan jika pertemuannya dengan Yudha adalah sebuah takdir yang tak pernah ia duga dan tak pernah terpikirkan olehnya sekalipun hingga sampai pada tahap menjalin sebuah kasih sungguhan.
Dimas bukan termasuk orang yang mudah jatuh hati pada pandangan pertama, tapi dalam sekejap mata Yudha berhasil mendapatkannya.
He got him under his spell, and Dimas didn't know he could fall in love with him.
Katakanlah Dimas sedang dimabuk cinta pertama. Karena nyatanya ini memanglah yang pertama untuknya.
"Gue cabut duluan."
Tangannya hanya melambai kecil, mengabaikan segala pertanyaan teman-temannya. Karena tanpa dijawab mereka juga tahu kemana dirinya akan menuju.
Benar, Yudha.
Kini hanya laki-laki itu tujuannya. Dan Dimas harap dia juga demikian.
"Dimas!"
Yudha langsung memanggil saat melihat kedatangannya, senyum manisnya juga tak luput hadir menyapa.
Sampai Dimas baru sadari jika Yudha tidak sendiri. Seperti kata dua temannya, ada laki-laki lain yang tengah bersamanya.
"Kenalin ini Marchel," ujarnya.
"Gue Dimas."
Dimas tak menaruh kecurigaan atau apapun. Karena memang tidak diperlukan.
Dari pembicaraan mereka dapat disimpulkan jika laki-laki ini cukup akrab dengan Yudha, juga ternyata adalah kakak tingkat Dimas yang bahkan baru diketahuinya.
"Kalo ada apa-apa, tanya gue aja."
"Iya. Pasti, Kak."
Seperti dugaan, memang tidak perlu menaruh prasangka. Laki-laki bernama Marchel ini tidak lebih tahu Yudha dibandingkan dirinya. Anggaplah Dimas sedang tinggi hati.
"Lo beneran nggak masalah?" tanya Marchel tiba-tiba.
Jelas bingung dan tidak mengerti apa maksudnya. "Kenapa?" Berakhir itu yang keluar dari bibirnya.
"Yudha deket sama banyak orang."
"Gue nggak masalah."
"Mantannya Yudha banyak kalo lo belum tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
First Time
FanfictionJati diri yang baru membuat Dimas bukan apa-apa dibandingkan dirinya yang dulu. Nasihat percintaan yang biasa ia beri pada teman-temannya hanya menjadi angin lalu, karena tak memberi manfaat apa-apa pada dirinya. Semua hal kembali menjadi pengalama...