04. Trial

265 52 3
                                    

"He's still confused."

"That's why you wanna help him, right?"

Anggukan kecil membalas. Rengkuhan yang melingkar di pinggang seakan tak ingin lepas walau berkali-kali Yudha lepaskan.

"Udah ah, lepas. Mau pulang." Singkirkan tangan yang kini tak lagi berulah, kemudian raih pakaian yang bisa digapai.

Dibanding Yudha yang sibuk membenarkan penampilan diri, laki-laki itu hanya memperhatikan selagi duduk bersandar.

"Besok nggak bisa kesini dulu."

"Oke."

Bahkan tak bertanya ada apa atau ingin apa. Memang ia tau akan begini, tapi tetap saja terkadang ingin diperhatikan walau sesekali.

"Mau temenin Esa cari roll film." Biarlah meski tak ada yang bertanya.

"Ke pasar baru aja."

"Iya, emang mau ke sana."

Selesai dengan penampilannya. Sempatkan untuk rapihkan kekacauan yang dibuat.

"Pulang dulu."

"Nggak jadi mandi di sini?"

Tangannya ditahan begitu Yudha meraih kenop pintu. Satu kecupan mendarat di bibir.

"Hati-hati."

Lagi-lagi merutuki ekspektasi. Memang dari awal harusnya ia sadar diri.





***




"Menurut lo, Dimas orangnya gimana?"

"Dimas? Baik kok, sopan anaknya, banget malah. Man with manners."

Esa cukup menikmati kencan hari itu walau hanya sesaat. Pikirnya Dimas akan pergi diam-diam saat mengetahui bagaimana penampilan dirinya, seperti yang dilakukan partner kencannya yang lain, tapi ternyata Dimas menerima apa hobinya.

"Gue penasaran," kalimatnya terjeda. "Kenapa lo mau bantuin orang-orang, Yud?"

Cepat atau lambat, Yudha tau akan dilontarkan pertanyaan seperti ini.

"Gue atau bahkan lo sendiri pernah ada di posisi gimana bingungnya sama keadaan diri sendiri, nggak tau arahnya kemana, nggak tau mau tanya siapa. Gue cuma mau mereka jadi diri mereka sendiri tanpa nutupin jati diri mereka yang sebenarnya."

Memang yang dilakukannya tak seberapa. Melihat mereka mulai menerima diri sendiri, bagi Yudha itu sudah cukup.

"Terus gimana nih, kelanjutannya?" tanya Esa lagi.

"Dimas masih agak denial. Gue saranin dia main dating apps sekalian ketemu sama orang-orang baru."

"Kenapa nggak lo aja, Yud? Lebih gampang, 'kan?"

"Apanya?"

"Kenapa nggak sama lo aja trial-nya?"

Memang selama ini dirinya hanya menjadi pendengar sekaligus memberi saran pada orang-orang yang membutuhkan. Terjun langsung ke lapangan? Tak pernah Yudha pikirkan sebelumnya.

"Kak Esa beneran nggak mau gue anter?" tanya Dimas begitu sampai. Esa tetap menolak, lantas pamit pergi.

Yudha terkesiap dengan penampilan Dimas saat ini. Hanya dengan kemeja hitam biasa namun aura yang dipancarkan berhasil memikatnya.

"Pasti Kakak sekarang jadi buronan di Disneyland, ya?"

"Hah? Kok?"

"Iya, soalnya pangerannya malah ada di sini."

First Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang