"Rel—"
Langkah Dimas terhenti saat Darrel memberi isyarat dengan tangannya untuk tak mendekat. Masih terdiam, menunggu bagaimana akhir dari keadaan ini
"Nanti aja kita bicarain lagi."
Begitu perempuan itu pergi Mario terlihat gusar. Bahkan saat Darrel menyuruhnya untuk duduk, laki-laki itu masih tak bergeming memandang kepergian kekasihnya.
Lantas Dimas menepuk pelan bahunya dan berkata, "Duduk dulu, Bro."
Meski tidak tau apa yang sedang terjadi, Dimas tetap menjalankan tugasnya sebagai teman yang memang sedang Mario butuhkan saat ini.
Tanpa diminta Mario mulai menceritakan keluh kesahnya. Memang bukan pertama kali mereka bertengkar, namun baru kali ini laki-laki itu nampak begitu resah.
"Trust her. Lo juga tau dia nggak mau ribut terus sama lo begini," kata Dimas.
Darrel mengangguk setuju. "Ayolah, percaya aja sama cewek lo. Karena cuma dia satu-satunya yang mau pacaran sama lo."
"Kurang ajar." Mario hanya tertawa kecil membalas, kemudian beralih pada Dimas. "Btw, lo ngapain ke sini?"
Segera membongkar isi tas dan memberikan sesuatu pada Darrel. "Punya lo. Ada yang titip tadi, katanya ketinggalan di kantin."
Mario langsung geleng-geleng kepala. "Katanya mau upgrade tab 'kan, ya? Buat gue aja kalo udah nggak butuh."
"Pala lo." Buru-buru Darrel mengamankannya. "Thanks, Dim."
Dimas mengangguk kecil. "Jus jeruk."
Jelas paham, Darrel langsung bangkit dari duduk untuk membelikan apa yang Dimas minta sebagai ucapan terima kasih.
"Lo lagi naksir siapa, Dim? Cewek gue bilang lo lagi deket sama orang tapi kok gue nggak tau?" tanya Mario tiba-tiba. Mulai melupakan sejenak masalahnya.
Senyumnya langsung merekah seketika. "Yang sering gue samperin ke fakultas intinya."
Mario langsung menatap keduanya tak percaya. "Darrel?"
"Bukan gue anjir!" sanggah Darrel cepat setelah duduk kembali. "Lo masih hubungan sama kak Yudha? Gue udah bilang dia—"
"Dia nggak punya pacar."
"Lo nggak tau kak Yudha gimana. Dia nggak pernah serius sama siapapun, selalu main-main aja."
"Lo juga nggak tau 'kan, kak Yudha aslinya gimana?"
Kini Darrel terdiam. Memang benar semua hanya didengarnya melalui mulut ke mulut dari sekitarnya.
"Bentar, bentar. Yudha ini siapa? Yang lo kenalin waktu itu, Rel?" tanya Mario bingung.
Darrel mengangguk kecil. "Rumor dia emang nggak begitu bagus di sini."
"Jadi, lo ada hubungan apa sama Yudha Yudha ini?" tanyanya lagi.
"Trial," jawab Dimas cepat selagi membalas pesan yang masuk ke ponsel. "Yaudah, gue cabut dulu."
Darrel ingin menghentikan, mencegah sebelum sesuatu terjadi nantinya. Karena dirinya juga yang akan bertanggung jawab sudah mengenalkan Dimas pada kakak tingkatnya itu. Tapi Mario langsung menahannya, dan hanya menepuk pelan pundak Dimas.
"Don't go too far."
Anggukan kepala kecil diberi sebagai balasan dan segera berpamitan pada mereka. Meninggalkan kantin menuju parkiran karena seseorang sudah menunggunya di sana.
Tapi saat berbelok, seorang perempuan menghentikan langkahnya tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Kopi, buat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
First Time
FanfictionJati diri yang baru membuat Dimas bukan apa-apa dibandingkan dirinya yang dulu. Nasihat percintaan yang biasa ia beri pada teman-temannya hanya menjadi angin lalu, karena tak memberi manfaat apa-apa pada dirinya. Semua hal kembali menjadi pengalama...